Sapu Angin ITS Sabet Gelar Ke-4 SEM
A
A
A
SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) patut berbangga. Tim Sapu Angin (SA) kembali berjaya di ajang Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2015, di Manila, Filipina.
Ini prestasi internasional kesekian kalinya yang diikuti Tim SA. Lebih membanggakan lagi, Tim SA ITS adalah satu-satunya wakil Indonesia yang sukses mengukir prestasi. Tim lain dari beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air, telah tumbang sebelumnya.
Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Bambang Pramujati mengatakan, event bergengsi ini digelar sejak 26 Februari hingga 1 Maret 2015. ITS dinobatkan sebagai juara pertama di kategoriurban concept diesel .
Disusul Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang menempati posisi kedua dan ketiga pada kategori yang sama. ”Alhamdulillah empat kali berturut-turut juara satu kategori urban concept diesel ,” kata Bambang saat kedatangan rombongan Tim SA, di Kampus ITS, kemarin.
Menurutnya, SEM merupakan kompetisi dalam merancang dan membangun kendaraan dengan efisiensi maksimal bahan bakar. Tahun ini, Manila yang merupakan Ibu Kota Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah. ”Kompetisi ini sedikitnya diikuti oleh 17 negara di seluruh Asia dengan total 129 tim yang berlaga,” kata Bambang.
Tahun ini, kata Bambang, ITS mengikutsertakan dua tim yang masing-masing beradu pada kategori prototype dan urban concept. Namun untuk kategori prototype, ITS hanya mampu bertengger di posisi keempat, di bawah tim dari Jepang, Thailand, dan Arab Saudi dengan perolehan laju 151 km/liter.
Untuk kategori urban concept diesel , ITS unggul dengan rekor baru 153 km/liter melebihi rekor yang diperoleh pada tahun lalu. Inilah yang akhirnya menobatkan ITS sebagai juara satu SEM 2015 kategori urban concept diesel . ”Perolehan ITS di ajang SEM ini bukanlah kali pertama. Sejak 2012 ITS telah rutin menjadi juara satu di kategori serupa di ajang yang sama. Namun dengan rekor yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” ucapnya.
Dari sekitar 29 tim dari perguruan tinggi Indonesia yang berlaga di SEM 2015, hanya ITS yang mampu mengibarkan Merah Putih di podium juara. Ke depannya, Tim SA akan terus berbenah dalam segala bidang. Setelah SEM 2015, mereka harus bersiap lagi untuk ajang Student Formula Japan 2015 yang akan dihelat September 2015 mendatang di Prefektur Shizuoka, Jepang.
Teknik Mesin Juara di AS
Sementara itu, mahasiswa ITS jurusan Teknik Mesin juga meraih penghargaan dalam kompetisi Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2015 di Harvard University, Amerika Serikat (AS), pada 12-15 Februari.
”Dua dari 10 anggota tim, yaitu saya dan R Aditya Brahmana (jurusan Teknik Informatika ITS) berhasil merebut gelar The Best Social Venture Challenge,” kata anggota Tim ITS Yabes David Losong, kemarin.
Mahasiswa dari Jurusan Teknik Mesin ITS itu mengaku, tim mahasiswa ITS tidak menyangka hasil itu, karena ajang simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergengsi itu baru pertama kalinya diikuti. Apalagi, Aditya dan Yabes berhasil menyisihkan sekitar 3.000 mahasiswa dari 70 negara di dunia.
Mereka berdua dianugerahi satu dari lima penghargaan yang diperebutkan dalam kompetisi tersebut. Dengan perolehan itu, keduanya menempatkan nama ITS di posisi puncak di antara pemenang lainnya dalam kompetisi yang digelar di Harvard University.
”Social Venture Challange (SVC) itu merupakan gelar juara yang diberikan kepada tim yang memiliki proyek sosial yang memberikan dampak paling besar bagi perekonomian masyarakat. Dalam ajang itu, keduanya mengangkat proyek sosial berupa pemberdayaan petani dan peternak di Desa Mojosari, Kabupaten Mojokerto untuk membuat vermikompos berbahan dasar cacing tanah dan limbah kotoran sapi.
”Vermikompos tersebut kami jadikan pupuk untuk meningkatkan produktivitas jagung saat kemarau,” ujar mahasiswa angkatan 2011 itu tentang karya yang menjadi juara dalam salah satu cabang dari kompetisi HNMUN itu. Menurut Yabes, juri sangat terkesan dengan proyek mereka karena berhasil mengubah hal yang jorok menurut orang banyak, menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi.
”Orang bule itu tertarik dengan hal-hal yang menjijikkan, tapi bisa menghasilkan uang. Pesaing berat kami adalah tim dari negara-negara di Amerika Latin yang sangat ambisius,” katanya.
Soeprayitno/ant
Ini prestasi internasional kesekian kalinya yang diikuti Tim SA. Lebih membanggakan lagi, Tim SA ITS adalah satu-satunya wakil Indonesia yang sukses mengukir prestasi. Tim lain dari beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air, telah tumbang sebelumnya.
Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Bambang Pramujati mengatakan, event bergengsi ini digelar sejak 26 Februari hingga 1 Maret 2015. ITS dinobatkan sebagai juara pertama di kategoriurban concept diesel .
Disusul Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang menempati posisi kedua dan ketiga pada kategori yang sama. ”Alhamdulillah empat kali berturut-turut juara satu kategori urban concept diesel ,” kata Bambang saat kedatangan rombongan Tim SA, di Kampus ITS, kemarin.
Menurutnya, SEM merupakan kompetisi dalam merancang dan membangun kendaraan dengan efisiensi maksimal bahan bakar. Tahun ini, Manila yang merupakan Ibu Kota Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah. ”Kompetisi ini sedikitnya diikuti oleh 17 negara di seluruh Asia dengan total 129 tim yang berlaga,” kata Bambang.
Tahun ini, kata Bambang, ITS mengikutsertakan dua tim yang masing-masing beradu pada kategori prototype dan urban concept. Namun untuk kategori prototype, ITS hanya mampu bertengger di posisi keempat, di bawah tim dari Jepang, Thailand, dan Arab Saudi dengan perolehan laju 151 km/liter.
Untuk kategori urban concept diesel , ITS unggul dengan rekor baru 153 km/liter melebihi rekor yang diperoleh pada tahun lalu. Inilah yang akhirnya menobatkan ITS sebagai juara satu SEM 2015 kategori urban concept diesel . ”Perolehan ITS di ajang SEM ini bukanlah kali pertama. Sejak 2012 ITS telah rutin menjadi juara satu di kategori serupa di ajang yang sama. Namun dengan rekor yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” ucapnya.
Dari sekitar 29 tim dari perguruan tinggi Indonesia yang berlaga di SEM 2015, hanya ITS yang mampu mengibarkan Merah Putih di podium juara. Ke depannya, Tim SA akan terus berbenah dalam segala bidang. Setelah SEM 2015, mereka harus bersiap lagi untuk ajang Student Formula Japan 2015 yang akan dihelat September 2015 mendatang di Prefektur Shizuoka, Jepang.
Teknik Mesin Juara di AS
Sementara itu, mahasiswa ITS jurusan Teknik Mesin juga meraih penghargaan dalam kompetisi Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2015 di Harvard University, Amerika Serikat (AS), pada 12-15 Februari.
”Dua dari 10 anggota tim, yaitu saya dan R Aditya Brahmana (jurusan Teknik Informatika ITS) berhasil merebut gelar The Best Social Venture Challenge,” kata anggota Tim ITS Yabes David Losong, kemarin.
Mahasiswa dari Jurusan Teknik Mesin ITS itu mengaku, tim mahasiswa ITS tidak menyangka hasil itu, karena ajang simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergengsi itu baru pertama kalinya diikuti. Apalagi, Aditya dan Yabes berhasil menyisihkan sekitar 3.000 mahasiswa dari 70 negara di dunia.
Mereka berdua dianugerahi satu dari lima penghargaan yang diperebutkan dalam kompetisi tersebut. Dengan perolehan itu, keduanya menempatkan nama ITS di posisi puncak di antara pemenang lainnya dalam kompetisi yang digelar di Harvard University.
”Social Venture Challange (SVC) itu merupakan gelar juara yang diberikan kepada tim yang memiliki proyek sosial yang memberikan dampak paling besar bagi perekonomian masyarakat. Dalam ajang itu, keduanya mengangkat proyek sosial berupa pemberdayaan petani dan peternak di Desa Mojosari, Kabupaten Mojokerto untuk membuat vermikompos berbahan dasar cacing tanah dan limbah kotoran sapi.
”Vermikompos tersebut kami jadikan pupuk untuk meningkatkan produktivitas jagung saat kemarau,” ujar mahasiswa angkatan 2011 itu tentang karya yang menjadi juara dalam salah satu cabang dari kompetisi HNMUN itu. Menurut Yabes, juri sangat terkesan dengan proyek mereka karena berhasil mengubah hal yang jorok menurut orang banyak, menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi.
”Orang bule itu tertarik dengan hal-hal yang menjijikkan, tapi bisa menghasilkan uang. Pesaing berat kami adalah tim dari negara-negara di Amerika Latin yang sangat ambisius,” katanya.
Soeprayitno/ant
(ftr)