Mengais Puing, Menyambung Hidup
A
A
A
KOTA BANDUNG - Matahari mulai beranjak naik siang kemarin. Jejeran bangunan pabrik yang berada di Jalan Jakarta sudah rata dengan tanah. Sebuah backhoe masih menggaruk-garukkan tangan besinya meruntuhkan bangunan.
Debu perlahan mengaburkan pandangan. Di sudut lain, sejumlah gerobak rongsok tampak berjejer rapi. Tampak orang tengah mencari sesuatu di tumpukan tembok yang tinggal puing itu. Rupanya mereka sedang mencari besibesi bekas sisa bangunan. Seperti dilakukan Asep, 56. Kakek tiga cucu ini berangkat dari rumahnya di kawasan Ujungberung sejak pukul 7 pagi.
Dia membawa gerobak rongsoknya melewati jalanan Kota Bandung berharap masih menemukan sisa bangunan yang masih bisa dimanfaatkan. Dengan berbekal palu dan gergaji, Asep menyusuri bekas bangunan pabrik yang telah dibongkar. Dia mencari besi yang masih bisa dijual.
“Sudah dapet 30 kiloan dua hari ini. Lumayan buat beli kebutuhan sehari-hari,” ujarnya kepada KORAN SINDO saat ditemui di lokasi. Asep mengatakan, dalam dua hari terakhir dirinya rela bolak- balik ke bekas bangunan pabrik tersebut. Semua besi yang masih bisa dipakai dia kumpulkan kemudian dijual kepada pengepul seharga Rp2.000 per kilogram.
Hal yang sama dilakukan Nanang, 23. Dia bahkan sudah datang ke lokasi pembongkaran bangunan pabrik di kawasan Kiaracondong itu sejak lima hari lalu. Dia rela datang jauh-jauh dari Cimahi ke lokasi pembongkaran. Selama lima hari berada di sana, dia mengaku sudah memperoleh 40 kilogram besi. Hasil ini dia peroleh dari beberapa titik bangunan pembongkaran di kawasan tersebut. Besi bekas ini kemudian dia jual kepada pengepul dengan harga Rp2.000 per kilogram.
“Lumayan di sini masih sisa-sisa bangunan yang masih bisa dimanfaatkan. Terutama besi besi bekasnya,” katanya. Pria yang sehari-hari bekerja mencari barang rongsokan ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Aktivitas pembongkaran ini diakui Nanang mampu mendongkrak penghasilannya dibandingkan hari hari biasanya.
“Kalohari hari biasa biasanya barang barang bekas rumah tangga. Alhamdulillah beberapa hari terakhir cukup terbantu di lokasi ini,” katanya. Namum demikian, sejak beberapa hari kemarin, ruang geraknya untuk mencari besi bekas mulai terbatas.
Pasalnya ada sejumlah pemilik pabrik yang melarang para pencari besi bekas untuk mengambil rongsokan dari pabrik. “Sekarang udah ada plang larangan untuk mengambil barang barang bekas di sini. Ya sudah, saya akan cari berkeliling lagi aja,” ungkapnya.
Dian Rosadi
Debu perlahan mengaburkan pandangan. Di sudut lain, sejumlah gerobak rongsok tampak berjejer rapi. Tampak orang tengah mencari sesuatu di tumpukan tembok yang tinggal puing itu. Rupanya mereka sedang mencari besibesi bekas sisa bangunan. Seperti dilakukan Asep, 56. Kakek tiga cucu ini berangkat dari rumahnya di kawasan Ujungberung sejak pukul 7 pagi.
Dia membawa gerobak rongsoknya melewati jalanan Kota Bandung berharap masih menemukan sisa bangunan yang masih bisa dimanfaatkan. Dengan berbekal palu dan gergaji, Asep menyusuri bekas bangunan pabrik yang telah dibongkar. Dia mencari besi yang masih bisa dijual.
“Sudah dapet 30 kiloan dua hari ini. Lumayan buat beli kebutuhan sehari-hari,” ujarnya kepada KORAN SINDO saat ditemui di lokasi. Asep mengatakan, dalam dua hari terakhir dirinya rela bolak- balik ke bekas bangunan pabrik tersebut. Semua besi yang masih bisa dipakai dia kumpulkan kemudian dijual kepada pengepul seharga Rp2.000 per kilogram.
Hal yang sama dilakukan Nanang, 23. Dia bahkan sudah datang ke lokasi pembongkaran bangunan pabrik di kawasan Kiaracondong itu sejak lima hari lalu. Dia rela datang jauh-jauh dari Cimahi ke lokasi pembongkaran. Selama lima hari berada di sana, dia mengaku sudah memperoleh 40 kilogram besi. Hasil ini dia peroleh dari beberapa titik bangunan pembongkaran di kawasan tersebut. Besi bekas ini kemudian dia jual kepada pengepul dengan harga Rp2.000 per kilogram.
“Lumayan di sini masih sisa-sisa bangunan yang masih bisa dimanfaatkan. Terutama besi besi bekasnya,” katanya. Pria yang sehari-hari bekerja mencari barang rongsokan ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Aktivitas pembongkaran ini diakui Nanang mampu mendongkrak penghasilannya dibandingkan hari hari biasanya.
“Kalohari hari biasa biasanya barang barang bekas rumah tangga. Alhamdulillah beberapa hari terakhir cukup terbantu di lokasi ini,” katanya. Namum demikian, sejak beberapa hari kemarin, ruang geraknya untuk mencari besi bekas mulai terbatas.
Pasalnya ada sejumlah pemilik pabrik yang melarang para pencari besi bekas untuk mengambil rongsokan dari pabrik. “Sekarang udah ada plang larangan untuk mengambil barang barang bekas di sini. Ya sudah, saya akan cari berkeliling lagi aja,” ungkapnya.
Dian Rosadi
(bhr)