Dulu Mini, Kini Pamerkan 120 Karya Berukuran Jumbo

Senin, 23 Februari 2015 - 12:13 WIB
Dulu Mini, Kini Pamerkan...
Dulu Mini, Kini Pamerkan 120 Karya Berukuran Jumbo
A A A
YOGYAKARTA - Berbeda dengan ciri khasnya selama ini, Jupri Abdullah, pelukis yang dikenal dengan lukisan mini berukuran kurang dari lima sentimeter (cm), kali ini dia memamerkan 120 karya lukisannya yang mayoritas berukuran jumbo. Pameran tunggal bertajuk Di Antara Mutiara: Atas Nama Indonesia ini diadakan di Jogja National Museum (JNM) pada 21–27 Februari 2015.

Dari karyanya yang dibuat 2003–2015 tersebut, satu karya lukisan akrilik berukuran 3x12 meter mampu menarik perhatian orang. Selain ukurannya yang jumbo, lukisan abstrak yang dijual seharga di atas Rp5 miliar ini memiliki kisah yang menarik dalam proses kreatifnya. Dibuat di hamparan Pantai Parangtritis pada Rabu (18/2) selama empat jam dari pukul 10.00–14.00 WIB, Cak Jupri, begitu sapaan akrabnya, mesti menghadapi berbagai hal dan berupaya menyatu dengan alam sekitarnya.

Konsep lukisan lebih dilatar belakangi kondisi bangsa Indonesia yang carut marut. Bahkan dinilai masyarakatnya kurang bersyukurnya, khususnya para pejabat pemerintah dalam menerima berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ketinggalan, laku ritual pun juga dilakoni guna melahirkan karya lukisan spektakulernya.

"Lukisan ini saya beri judul Keberkahan. Yang lebih menyoroti (perilaku) manusia yang kurang bersyukur dengan segala hal yang didapat. Dalam karya saya juga tidak lepas dari persoalan dunia nyata dan gaib yang digabungkan dan (menanamkan) sifat religiusitas (di dalamnya)," papar Cak Jupri di sela-sela pameran tunggalnya belum lama ini.

Menurut dia, dalam melahirkan sebuah karya lukisan, bukan sekadar membuang cat lukis dan semacamnya. Namun ada suatu konsep yang ingin dituangkan di dalamnya. Tidak hanya kurangnya rasa syukur yang dimiliki bangsa Indonesia dan dakwah Syeikh Arifin Bin Ali Bin Hasan yang turut menginspirasi, persoalan bangsa Indonesia yang kompleks juga banyak terlihat dalam karya-karya Jupri.

Seperti perseteruan KPK vs Polri yang tiada ujung; ketegasan Presiden Joko Widodo yang masih dipertanyakan hingga saat ini; hingga keberadaan pimpinan negara seperti Soekarno dan Gus Dur yang sempat mewarnai kancah pemerintahan Indonesia. Pelukis asal Pasuruan Jawa Timur ini pun berharap bahwa pesan yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan ke masyarakat khususnya pimpinan negara lewat karya-karya lukisannya.

"Indonesia ini akan selesai persoalan ketika pemimpin banyak bersyukur," katanya. Sementara itu, Kurator Mikke Susanto menilai, karya lukisan Jupri Abdullah merupakan manifestasi dari tontonan yang tiap hari diresapinya dan pekerjaan yang tiap hari digelutinya. Untuk diketahui, Cak Jupri juga merupakan seorang jurnalis.

"Berbeda ketika menghadapi peristiwa seni dan budaya. Ketika menulis, dia banyak berkutat pada logika, fakta, dan bermuatan fungsi tulisan 'untuk orang lain'. Sedangkan saat melukis peristiwa, dia lebih banyak menjaring esensi, bersifat personal daripada sebuah refleksi faktual atas peristiwa budaya," urai Mikke.

Buktinya dalam beberapa karya seni lukis potretnya, Jupri telah melaksanakan sebuah konsep visual yang terlihat jelas dengan gaya lukisan pop. Seperti yang tertuang dalam potret seorang tokoh. Sesungguhnya bukan persoalan gaya dan aliran seni yang penting bagi Jupri itu sendiri, tetapi lebih ke ide tentang negaranya sendiri. Karena itulah dia melukis dan hidup sebagai seniman.

Siti Estuningsih
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0853 seconds (0.1#10.140)