Ajak Pemuda Jadi Pewaris Budaya

Minggu, 22 Februari 2015 - 11:35 WIB
Ajak Pemuda Jadi Pewaris Budaya
Ajak Pemuda Jadi Pewaris Budaya
A A A
DI Kota Palembang, komunitas baru menjamur bak musim hujan. Salah satunya yang unik adalah Komunitas 501 Palembang. Komunitas ini agak sedikit berbeda karena punya misi mengajak pemuda menjadi pewaris budaya.

Komunitas seni lima nol satu (501) merupakan sebuah organisasi kesenian independenyang berdiri sejak tahun 2007 dengan nama mula Galery Art Young.

Selang beberapa waktu kemudian komunitas inimengganti nama menjadi Komunitas Seni 501 Palembang sejak tahun 2010. Sesuai namanya, komunitas seni 501 Palembang merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang penyukaseni Tari, Teater dan Sastra.Komunitas Seni 501 salah satu sanggar seni turut meramaikan tumbuh berkembangnya seni di kota empek-empek ini.

Semua kegiatannya pun tak jauh-jauh dari seni. Tak heran, komunitas ini pun berhasil menorehkan berbagai prestasi di bidang seni, utamanya teater, puisi hingga tari. Ical Wrisaba,akrab dipanggil Ical, merupakan Ketua sekaligus perintis Komunitas Seni 501 ini. Menurutnya komunitas ini terbentuk tak sengajadari antusias anak-anak muda Palembang banyak memiliki potensi di bidang seni. Saat itu merekabelum memiliki wadah yang bisa mengarahkan talenta mereka di berbagai bidang seni yang disukai.

"Jujur generasi muda kita tidak kalah berprestasi di bidang kesenian, hanya saja tidak ada komunitasnya. Makanya saya berpikir untuk mendirikan wadah tersebut. Lalu saya dirikan kelompok seni namanya Young setelah berkembang tahun 2015 berubah menjadi komunitas Seni 501," kata Ical kepada KORAN SINDO PALEMBANGditemui di sekretariat Komunitas Seni 501. Tak terasa, hingga sekarang Ical berhasil menggumpulkan sedikitnya30 pemuda dari kalangan pelajar dan mahasiswa.

Torehan, prestasi dari pentas lokal hingga nasional di bidang seni teater dalam komunitas yang dirintisnya itu berhasil mengharumkan nama Kota Palembang, sebagai wakil tiap kali event perlombaan. "Prestasi kita banyak di luar, contohnya tahun 2007 gelaran acara ASA World di Jambi kita juara satu. Sanggar kami juga menjadi pelopor seni dan budaya tingkat Provinsi 2008-2009 karena banyak event seni nasional yang kami wakilkan. Di Jakarta Festival Seni Monolog juara 2,"ujar Guru Bahasa Indonesia SMP - SMA di IGM ini.

Tak hanya berbagi pengalaman, saat berkumpul menurut Ical mereka rutin membahas kesenian dan kebudayaan Sumsel. Mereka pun bahkankerap melakukan latihan bersama untuk target event selanjutnya yang menjadi incaran. Di dalam perekrutan anggota pun, Ical tidak membatasi kategori anak-anak, semua bisa bergabung asalkan menyukai dunia seni.

"Semua orang yang senang seni dari SMP dan perguruan tinggi ada disini. Sekarang kami juga tidak hanya fokus di bidang teater saja. Sekarang ada juga musik, tari dan sastra lebih kepada menulis cerpen juga puisi. Dengan wadah ini, kami ingin mengajak para pemuda menjadi pewaris budaya."ucapnya. Hampir 8 tahunbergabung di komunitas seni ini kata mIcal tentunya memberikan efek yang sangat bermanfaat.

Pertama para remaja bisa mendapatkan kegiatan positif karena memiliki wadah mengeksplorasi diri. Yang kedua mereka juga akan terhindar dari kegiatan negatif. "Hidup di dunia ini monoton, setiap hari kita pasti melakukan kegiatan selalu sama. Makanya banyak generasi muda berbuat negatif karena merasa bosan. Kalau berteater kita bisa menjadi sisi orang lain. Seolah-olah kita hidup di dunia ini berkali-kali dengan menjadi orang lain jadi tidak bosan,” paparnya.

Main Teater 8 Jam Nonstop KECINTAAN

Enli Aprina, 30, akan dunia teater begitu besar. Tak heran, meski sudah bekerja sebagai tenaga pengajar honorer di SD 2 Kartika Palembang, wanita kelahiran 1983 ini tetap rutin menyempatkan diri berkarya di dunia seni yang digelutinya sejak kecil tersebut. " Ayah saya berpesan kalau mau berkesenian jangan tanggung, karena jikatanggung-tanggung makahasilnya jugatanggung, jadi saya harusserius,” katanya.

Walaupun harus pulang malam, penyuka peran antagonis itu mengaku tak masala hkarena berakting diteater memberikannya kepuasan tersendiri. Saking tergilang-gilanya dengan teater, dia bahkan mengakupernah mencoba berseni dan bermain teater ikut bersama temannya mengisi salah satu acara di daerah selama 8 jam nonstop.

Itu dilakukannya mulai pukul 21.00 WIB, hingga Pukul 04.00 wib Subuh. “ Waktu itu ikut menjadi pemain Dulmuluk yang diadakan di suatu tempat, dan itu hanya satu kali dalam hidup saya lakukan karena keterbatasan fisik. Ituyang paling saya ingatkarena capeknya luar biasa,” ungkapnya

Hingga kini menurut Enli sudah sedikitnya enam kali dia ikut bermain dalam film di salah satu Stasiun Televisi. “ Kalau yang paling tersulit itu membaca puisi, entah kenapa saya gak pernah bisa,” pungkasnya. mau muntah,” ujarnya.

Bubun kurniadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.6845 seconds (0.1#10.140)