Galang Dana dengan Jual Pakaian dan Buku Bekas

Minggu, 15 Februari 2015 - 10:56 WIB
Galang Dana dengan Jual Pakaian dan Buku Bekas
Galang Dana dengan Jual Pakaian dan Buku Bekas
A A A
SEMARANG - Banyak mahasiswa yang memanfaatkan waktu luangnya di sela-sela kuliah dengan mengikuti beberapa kegiatan kampus, seperti pencinta alam, resimen mahasiswa (menwa), badan eksekutif mahasiswa (BEM), dan lainnya.

Namun, tidak banyak dari kalangan terdidik intelektual yang sedang disibukkan menuntut ilmu di perguruan tinggi itu mau bergaul dengan anak jalanan, seperti yang dilakukan oleh Komunitas Save Street Child Semarang (SSCS). Ya, SSCS merupakan sekumpulan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Semarang seperti Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), dan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).

Mereka berjumlah 15 orang yang diketuai oleh Agiola Wanda sebagai generasi kedua. Komunitas ini sudah ada di kota-kota besar, seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, dan daerah lainnya. Anggotanya sama berasal dari perguruan tinggi. Di Kota ATLAS, komunitas ini baru terbentuk pada 24 Oktober 2012. Komunitas ini tidak memiliki sekretariat resmi.

Kegiatan yang dilakukan dengan pertemuan rutin pada Jumat malam di Bundaran Tugu Muda untuk membahas program-program. Mereka secara insidental juga menggelar kegiatan dengan melibatkan banyak anak jalanan. Karena belum memiliki donatur tetap, kegiatan berskala besar sangat jarang dilakukan akibat keterbatasan dana. Apalagi saat ini mereka masih harus mengurus diri untuk menyelesaikan studi di kampus.

Dalam kegiatan, para mahasiswa tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang, melainkan dengan pembelajaran yang sifatnya positif dan mendidik. Seperti kegiatan menggambar dan mewarnai, yang di dalamnya diselingi dengan pelatihan agar anak jalanan bisa bergaul dengan baik dengan temannya.

“Pernah kami lakukan kegiatan mewarnai, satu kelompok hanya kami beri dua pensil warna. Mereka kami latih meminjam, meminta tolong , dan minta maaf kepada teman lainnya jika menggunakan pensil warna karena terbatas,” ujar Humas SSCS Mauli Elayati kemarin. Dalam setiap kegiatan, biasanya tidak hanya diikuti pengurus, tapi juga dibantu oleh para valounter atau pendukung.

Setiap kali pertemuan, tidak satu rupiah pun yang dikeluarkan sebagai uang kas. Untuk mencari dana, mereka menggalang dengan modal sendiri. Misal dengan mencetak kaus harian yang dijual kepada mahasiswa lainnya atau umum. Keuntungannya digunakan untuk kegiatan komunitas. Ini merupakan tugas divisi pencari dana dalam kepengurusan. untuk menggodok peluang bisnis.

“Jika kami dapat undangan kegiatan, kadang sekalian menjual stiker, pin, dan kaus. Kami juga menjual buku bekas dan baju layak pakai yang sudah kami laundry dan dikemas menarik,” ungkap mahasiswi semester VII Psikologi Unnes ini. Mauli, begitu dia biasa akrab disapa, berharap anak jalanan bisa terentaskan karena tidak mungkin selamanya mereka mencari nafkah seperti itu.

Mereka perlu didampingi dan diberi motivasi karena sudah dilakukan turun-turun. “Kalau sejak kecil memintaminta, mereka akan malas bekerja karena bisa mencari uang dengan mudah. Kalau tidak mulai dicegah perlahan-lahan, mereka bisa melahirkan anak dengan budaya meminta-minta, padahal kehidupannya ke depan sebenarnya bisa lebih bagus,” ucapnya.

Arif Purniawan
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7261 seconds (0.1#10.140)