Ratusan Desa di Jepara Endemis DB
A
A
A
JEPARA - Ratusan desa di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terkena endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Jika dipersen, totalnya bisa mencapai 80%. Dari kabupaten dan kota di Jawa Tengah, wilayah ini ketiga tertinggi menderita demam berdarah.
Jumlah desa di Kabupaten Jepara sebanyak 194 desa. Ratusan desa itu, tersebar di 16 kecamatan. Dan jika merujuk data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, mayoritas desa dan kecamatan itu tergolong endemis DBD.
"Karena endemis itu pula, tiap tahun kasus DB di sini tinggi," kata Kepala DKK Jepara, Dwi Susilowati, Sabtu (14/2/2015).
Kasus DB di Jepara, tiap tahunnya fluktuatif. Tahun 2013, tercatat ada 1.951 kasus DB, dan 11 penderitanya meninggal dunia. Sedang tahun 2014, hanya terjadi 806 kasus DB, dan enam penderitanya meninggal dunia.
"Sedang 2015 ini, sejak Januari hingga pertengahan Februari, sudah terjadi 485 kasus DB, dan belum ada penderita yang meninggal dunia," jelasnya.
Menurut Susilowati, pihaknya sudah menerjunkan kader untuk melakukan penyuluhan kesehatan hingga ke tingkat desa untuk menekan angka kasus DB. Salah satu hal yang ditekankan, yakni melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sebab dengan langkah itu, nyamuk Aides Aigepty bisa diberantas hingga jentik atau telurnya.
"Salah satu sarannya sebenarnya mudah, kalau kita mandi, cucilah bak atau ember penampung air hingga dasarnya. Telur nyamuk akan hilang kalau dicuci dengan cara itu, tapi jika hanya dibuang airnya, maka telur masih menempel," tukasnya.
Jumlah desa di Kabupaten Jepara sebanyak 194 desa. Ratusan desa itu, tersebar di 16 kecamatan. Dan jika merujuk data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, mayoritas desa dan kecamatan itu tergolong endemis DBD.
"Karena endemis itu pula, tiap tahun kasus DB di sini tinggi," kata Kepala DKK Jepara, Dwi Susilowati, Sabtu (14/2/2015).
Kasus DB di Jepara, tiap tahunnya fluktuatif. Tahun 2013, tercatat ada 1.951 kasus DB, dan 11 penderitanya meninggal dunia. Sedang tahun 2014, hanya terjadi 806 kasus DB, dan enam penderitanya meninggal dunia.
"Sedang 2015 ini, sejak Januari hingga pertengahan Februari, sudah terjadi 485 kasus DB, dan belum ada penderita yang meninggal dunia," jelasnya.
Menurut Susilowati, pihaknya sudah menerjunkan kader untuk melakukan penyuluhan kesehatan hingga ke tingkat desa untuk menekan angka kasus DB. Salah satu hal yang ditekankan, yakni melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sebab dengan langkah itu, nyamuk Aides Aigepty bisa diberantas hingga jentik atau telurnya.
"Salah satu sarannya sebenarnya mudah, kalau kita mandi, cucilah bak atau ember penampung air hingga dasarnya. Telur nyamuk akan hilang kalau dicuci dengan cara itu, tapi jika hanya dibuang airnya, maka telur masih menempel," tukasnya.
(san)