Tanah Retak, 60 KK Bersiap Diungsikan
A
A
A
KARANGANYAR - Sebanyak 60 kepala keluarga (KK) di dua desa di Kecamatan Jenawi, Karanganyar bersiap diungsikan menyusul kejadian tanah retak di wilayah setempat.
Keselamatan mereka terancam karena rumah yang ditinggali berisiko ambruk. Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho mengatakan tanah retak terjadi Desa Menjing dan Balong. Jumlah KK yang akan diungsikan kemungkinan masih bertambah mengingat rekahan tanah masih berlangsung.
Dari data sementara, tercatat ada 23 KK di Desa Menjing dan di Desa Balong 37 KK. Kondisi rekahan cukup mengkhawatirkan karena terdapat titik baru yang muncul sejak tiga hari terakhir.“Saatini, persiapanmengungsi dan pendirian posko relawan tengah dikerjakan,” ujar Nugroho kemarin.
Pada sisi lain, beberapa KK di antaranya ada yang telah memutuskan menginap di rumah kerabat yang aman dari bahaya. Selain lokasi pengungsian, pihaknya juga akan menyiapkan logistik yang diperlukan. Jarak kedua desa di lereng Gunung Lawu tersebut saling berjauhan. Meski demikian, keperluan logistik mulai didatangkan, terutama untuk dapur umum.
Saat ini pemerintah desa dan tokoh masyarakat di kedua wilayah sedang mencari lokasi pengungsian yang aman. Sekretaris Desa Menjing Mardoko mengungkapkan, tanah retak di wilayahnya terjadi di Dusun Jambon. Tiga rumah mengalami kerusakan cukup parah dari puluhan rumah yang terkena dampaknya. “Lantai rumah ambles 30 sentimeter. Sedangkan penghuninya bingung mau pindah ke mana,” ucap Mardoko.
Rekahan tanah sebenarnya telah berlangsung lama dan sempatterhentiketikatahun2007lalu. Namun, retakan cukup parah kembali muncul ketika hujan deras Kamis (12/2) malam lalu. Sementara wacana relokasi penduduk di tanah negara seluas 4 hektar sempat dibahas dengan BPBD. Sumini, 53, salah satu warga Desa Menjing yang menjadi korban tanah ambles mengaku selalu diliputi rasa cemas saat tinggal di rumah.
Untuk pindah sangat tidak mungkin karena tidak memiliki tempat lainnya. “Saat ambles terdengar suara gemeretak,” ungkapnya. Tak jauh berbeda dikatakan Sukiyem, 64, warga lainnya. Rumahnya berada paling atas di Dusun Jambon dan menghadap bukit dengan ketinggian sekitar100meter.
Sejak beberapa hari terakhir sudah ada guguran tanah dengan skala kecil. Selain itu, peralatan early warning system (EWS) yang ada di samping rumahnya juga berbunyi menandakan ada pergerakan tanah.
“Tembok rumah sudah retakretak, kemudian kandang ternak ambles sekitar setengah meter,” beber Sukiyem. Perempuan yang tinggal bersama satu anak dan cucu ini tengah menunggu instruksi untuk mengungsi.
Ary wahyu wibowo
Keselamatan mereka terancam karena rumah yang ditinggali berisiko ambruk. Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho mengatakan tanah retak terjadi Desa Menjing dan Balong. Jumlah KK yang akan diungsikan kemungkinan masih bertambah mengingat rekahan tanah masih berlangsung.
Dari data sementara, tercatat ada 23 KK di Desa Menjing dan di Desa Balong 37 KK. Kondisi rekahan cukup mengkhawatirkan karena terdapat titik baru yang muncul sejak tiga hari terakhir.“Saatini, persiapanmengungsi dan pendirian posko relawan tengah dikerjakan,” ujar Nugroho kemarin.
Pada sisi lain, beberapa KK di antaranya ada yang telah memutuskan menginap di rumah kerabat yang aman dari bahaya. Selain lokasi pengungsian, pihaknya juga akan menyiapkan logistik yang diperlukan. Jarak kedua desa di lereng Gunung Lawu tersebut saling berjauhan. Meski demikian, keperluan logistik mulai didatangkan, terutama untuk dapur umum.
Saat ini pemerintah desa dan tokoh masyarakat di kedua wilayah sedang mencari lokasi pengungsian yang aman. Sekretaris Desa Menjing Mardoko mengungkapkan, tanah retak di wilayahnya terjadi di Dusun Jambon. Tiga rumah mengalami kerusakan cukup parah dari puluhan rumah yang terkena dampaknya. “Lantai rumah ambles 30 sentimeter. Sedangkan penghuninya bingung mau pindah ke mana,” ucap Mardoko.
Rekahan tanah sebenarnya telah berlangsung lama dan sempatterhentiketikatahun2007lalu. Namun, retakan cukup parah kembali muncul ketika hujan deras Kamis (12/2) malam lalu. Sementara wacana relokasi penduduk di tanah negara seluas 4 hektar sempat dibahas dengan BPBD. Sumini, 53, salah satu warga Desa Menjing yang menjadi korban tanah ambles mengaku selalu diliputi rasa cemas saat tinggal di rumah.
Untuk pindah sangat tidak mungkin karena tidak memiliki tempat lainnya. “Saat ambles terdengar suara gemeretak,” ungkapnya. Tak jauh berbeda dikatakan Sukiyem, 64, warga lainnya. Rumahnya berada paling atas di Dusun Jambon dan menghadap bukit dengan ketinggian sekitar100meter.
Sejak beberapa hari terakhir sudah ada guguran tanah dengan skala kecil. Selain itu, peralatan early warning system (EWS) yang ada di samping rumahnya juga berbunyi menandakan ada pergerakan tanah.
“Tembok rumah sudah retakretak, kemudian kandang ternak ambles sekitar setengah meter,” beber Sukiyem. Perempuan yang tinggal bersama satu anak dan cucu ini tengah menunggu instruksi untuk mengungsi.
Ary wahyu wibowo
(ftr)