Pendidikan Jadi Kunci Peradaban Umat
A
A
A
YOGYAKARTA - Indonesia merupakan bangsa yang besar, baik dari jumlah penduduk maupun wilayahnya. Hanya saja Indonesia hanya menjadi pa sar dunia. Salah satu akar persoalannya adalah sistem pen didikan yang belum men cerdaskan.
Padahal pendidikan menjadi kunci peradaban umat. Mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Komaruddin Hida yat mengatakan, seharusnya sebagai anak bangsa, kita malu dengan kondisi Indonesia yang ha nya menjadi pasar dunia. “Pendidikan itu intinya mencerdaskan, menyejahterakan rakyat dan memberdayakan.
Masa Indonesia yang besar pen duduk dan wilayahnya hanya jadi market. Masak Indonesia dijajah oleh produk dari negara-negara kecil,” katanya seusai men jadi pembicara pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI dengan tema “Penguatan Peran Sosial Umat Islam” kemarin diYogyakarta. Menurut dia, ilmu pe ngeta hu an dan teknologi men jadi pilar penentu peradaban umat, termasuk bagi muslim diIndonesia.
Jika umat Islam tidak mam pu bersaing, mereka akan ter tinggal jauh dari bangsa lain. Pendidikan sangat penting da lam kehidupan dengan harap an bisa mengembangkan peradaban umat. “Teknologi harus baik jika tidak ingin ter tinggal dari bangsa lain. Ilmu pengetahuan itu sangat penting, kita hidup dalam pang gung persaingan,” paparnya.
Peraih doctor bidang filsafat baratdi Middle East Techical University, Ankara, Turki ini menyebutkan, panggung per saingan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi semua lapisan dimasyarakat, termasuk umat Islam. Jika umat Islam tak mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka bakal jauh tertinggal ke belakang. “Santri harus belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga pengetahuan dan teknologi,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, seorang pemimpin harus punya keberanian dalam menata sosial dan budaya menjadi lebih baik. Ke beranian itu misalnya dengan menutup penyakitsosialsepertiprostitusi. “Saya tutup 14 lokalisasi, tidak ada gejolak. Di Surabaya menutup 1 saja pada ramai-ramai,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Kongres Umat Islam Indonesia VI di Inna Garuda Yogyakarta, kemarin.
Menurut dia, tidak sulit dalam menutup lokalisasi selama ada strategi yang tepat. Salah satunya dengan kesadaran serta peran masyarakat dalam memerangi prostitusi. “Sehebat apapun misi yang besar, tapi kalau strategi yang dipakai tidak tepat akan man dek, tidak jalan. Soal penutupan lokalisasi itu hanya masalah strategi saja,” ungkapnya. Dia mengakui sudah lebih dari 15 tahun Pemkab Banyuwangi memerangi prostitusi dengan menelurkan peraturan daerah.
Hanya saja, selama itu juga selalu gagal karena men dapat penolakan dari beragam masyarakat. “Perda selalu mental terus, kita (Pemkab) masuk dengan tata ruang. Dari situ, masyarakat terlibat, diperjelas tata ruang yang ada sehingga misi penutupan prostitusi bisa terwujud,” ungkapnya. Menurut Azwar, dalam melibatkan masyarakat, dijelas kan bahayanya prostitusi beserta pernik-pernik di dalamnya seperti pergaulan bebas, peredaran obat-obatan terlarang sampai perdagangan manusia.
“Kita jelaskan, hal-hal seperti itu merupakan perusak dan perenggut generasi muda Banyuwangi,” tegasnya. Azwar dengan gamblang mengatakan, hotel-hotel kelas melati di Banyuwangi sering menjadi tempat lokalisasi terselubung. Karena itu kebijakan yang dilahirkan adalah tidak mem beri izin hotel kelas melati. “Hotel di Banyuwangi hanya ada kelas III ke atas, kelas melati kita tidak beri izin, para kiai juga sangat mendukung,” ujarnya. Bahkan, Azwar menegaskan, pascapenutupan sejumlah lokalisasi, pihaknya tetap memantau lokasi, salah satunya dengan pemasangan CCTV di berbagai tempat.
Ridwan anshori
Padahal pendidikan menjadi kunci peradaban umat. Mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Komaruddin Hida yat mengatakan, seharusnya sebagai anak bangsa, kita malu dengan kondisi Indonesia yang ha nya menjadi pasar dunia. “Pendidikan itu intinya mencerdaskan, menyejahterakan rakyat dan memberdayakan.
Masa Indonesia yang besar pen duduk dan wilayahnya hanya jadi market. Masak Indonesia dijajah oleh produk dari negara-negara kecil,” katanya seusai men jadi pembicara pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI dengan tema “Penguatan Peran Sosial Umat Islam” kemarin diYogyakarta. Menurut dia, ilmu pe ngeta hu an dan teknologi men jadi pilar penentu peradaban umat, termasuk bagi muslim diIndonesia.
Jika umat Islam tidak mam pu bersaing, mereka akan ter tinggal jauh dari bangsa lain. Pendidikan sangat penting da lam kehidupan dengan harap an bisa mengembangkan peradaban umat. “Teknologi harus baik jika tidak ingin ter tinggal dari bangsa lain. Ilmu pengetahuan itu sangat penting, kita hidup dalam pang gung persaingan,” paparnya.
Peraih doctor bidang filsafat baratdi Middle East Techical University, Ankara, Turki ini menyebutkan, panggung per saingan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi semua lapisan dimasyarakat, termasuk umat Islam. Jika umat Islam tak mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka bakal jauh tertinggal ke belakang. “Santri harus belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga pengetahuan dan teknologi,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, seorang pemimpin harus punya keberanian dalam menata sosial dan budaya menjadi lebih baik. Ke beranian itu misalnya dengan menutup penyakitsosialsepertiprostitusi. “Saya tutup 14 lokalisasi, tidak ada gejolak. Di Surabaya menutup 1 saja pada ramai-ramai,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Kongres Umat Islam Indonesia VI di Inna Garuda Yogyakarta, kemarin.
Menurut dia, tidak sulit dalam menutup lokalisasi selama ada strategi yang tepat. Salah satunya dengan kesadaran serta peran masyarakat dalam memerangi prostitusi. “Sehebat apapun misi yang besar, tapi kalau strategi yang dipakai tidak tepat akan man dek, tidak jalan. Soal penutupan lokalisasi itu hanya masalah strategi saja,” ungkapnya. Dia mengakui sudah lebih dari 15 tahun Pemkab Banyuwangi memerangi prostitusi dengan menelurkan peraturan daerah.
Hanya saja, selama itu juga selalu gagal karena men dapat penolakan dari beragam masyarakat. “Perda selalu mental terus, kita (Pemkab) masuk dengan tata ruang. Dari situ, masyarakat terlibat, diperjelas tata ruang yang ada sehingga misi penutupan prostitusi bisa terwujud,” ungkapnya. Menurut Azwar, dalam melibatkan masyarakat, dijelas kan bahayanya prostitusi beserta pernik-pernik di dalamnya seperti pergaulan bebas, peredaran obat-obatan terlarang sampai perdagangan manusia.
“Kita jelaskan, hal-hal seperti itu merupakan perusak dan perenggut generasi muda Banyuwangi,” tegasnya. Azwar dengan gamblang mengatakan, hotel-hotel kelas melati di Banyuwangi sering menjadi tempat lokalisasi terselubung. Karena itu kebijakan yang dilahirkan adalah tidak mem beri izin hotel kelas melati. “Hotel di Banyuwangi hanya ada kelas III ke atas, kelas melati kita tidak beri izin, para kiai juga sangat mendukung,” ujarnya. Bahkan, Azwar menegaskan, pascapenutupan sejumlah lokalisasi, pihaknya tetap memantau lokasi, salah satunya dengan pemasangan CCTV di berbagai tempat.
Ridwan anshori
(bbg)