Aktivis Perempuan Demo Jokowi di Yogyakarta
A
A
A
YOGYAKARTA - Kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menutup Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI di Yogyakarta, disambut aksi demo oleh kalangan perempuan.
Mereka yang mengatasnamakn Gebrakan Perempuan Indonesia Antikorupsi ini meminta ketegasan Presiden mengenai konflik di tubuh KPK dan Polri. Aksi para aktivis perempuan itu dilangsungkan, di depan Gedung Agung atau kantor Kepresidenan, Jalan Ahmad Yani, Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Sedikitnya ada sembilan tuntutan berisi kritikan pada Pemerintahan Jokowi-JK yang dibawakan para aktivis, di antaranya adalah cukup KPK dilemahkan, cukup pembusukan institusi hukum, cukup koruptor kebal hukum, dan cukup angkat pejabat korup.
Serta, cukup kongkalikongg dan transaksi politik kotor, cukup rekening gendut, cukup foya-foya dengan uang rakyat, cukup wariskan budaya korupsi, dan cukup pembiaran perampasan sumber daya alam.
Koordinator massa Dyah Roesusita mengaku, pihaknya tidak akan tinggal diam ketika upaya pemberantasan korupsi terancam. Mereka juga tidak akan tinggal diam, ketika menemukan gerakan antikorupsi justru dihadang penguasa.
"Kami tidak akan tinggal diam, ketika institusi penegak hukum dilumpuhkan dalam melakukan pemberantasan korupsi, dan bahkan dikuasai pelaku korupsi itu sendiri," kata Dyah, kepada wartawan, Rabu (11/2/2015).
Pihaknya juga tidak akan tinggal diam, ketika KPK sebagai jantung penting dari perlawanan terhadap korupsi dipaksa sekarat oleh sebagian elit politik yang tak rela zona nyaman kongkalikong dan politik transaksionalnya terganggu.
"Kepada Bapak Presiden Jokowi, kami semua telah menjadikanmu pemimpin negeri ini, kami menyatakan cukup, cukup, dan cukup. Tindak dan berantas korupsi sekarang," ujarnya.
Aksi ini mendapatkan pengawalan cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun TNI. Petugas dari Polresta Yogyakarta sempat melakukan negosiasi agar tidak melakukan aksi di lokasi yang seharusnya steril.
"Kami tidak melakukan aksi demo, tidak membawa pengeras suara dan spanduk. Ini hanya menyampaikan aspirasi kami," ujar peserta aksi pada petugas kepolisian.
Polisi pun hanya memantau jalannya aksi. Informasinya, Presiden Jokowi mengubah jadwal yang sebelumnya diagendakan. Seharusnya, penutupan dilakukan di Gedung Agung, namun di gelar di Hotel Inna Garuda.
Belum diketahui apakah Presiden Jokowi akan singgah di Gedung Agung atau langsung terbang ke Jakarta usai menutup acara KUII ke-VI di Yogyakarta.
Mereka yang mengatasnamakn Gebrakan Perempuan Indonesia Antikorupsi ini meminta ketegasan Presiden mengenai konflik di tubuh KPK dan Polri. Aksi para aktivis perempuan itu dilangsungkan, di depan Gedung Agung atau kantor Kepresidenan, Jalan Ahmad Yani, Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Sedikitnya ada sembilan tuntutan berisi kritikan pada Pemerintahan Jokowi-JK yang dibawakan para aktivis, di antaranya adalah cukup KPK dilemahkan, cukup pembusukan institusi hukum, cukup koruptor kebal hukum, dan cukup angkat pejabat korup.
Serta, cukup kongkalikongg dan transaksi politik kotor, cukup rekening gendut, cukup foya-foya dengan uang rakyat, cukup wariskan budaya korupsi, dan cukup pembiaran perampasan sumber daya alam.
Koordinator massa Dyah Roesusita mengaku, pihaknya tidak akan tinggal diam ketika upaya pemberantasan korupsi terancam. Mereka juga tidak akan tinggal diam, ketika menemukan gerakan antikorupsi justru dihadang penguasa.
"Kami tidak akan tinggal diam, ketika institusi penegak hukum dilumpuhkan dalam melakukan pemberantasan korupsi, dan bahkan dikuasai pelaku korupsi itu sendiri," kata Dyah, kepada wartawan, Rabu (11/2/2015).
Pihaknya juga tidak akan tinggal diam, ketika KPK sebagai jantung penting dari perlawanan terhadap korupsi dipaksa sekarat oleh sebagian elit politik yang tak rela zona nyaman kongkalikong dan politik transaksionalnya terganggu.
"Kepada Bapak Presiden Jokowi, kami semua telah menjadikanmu pemimpin negeri ini, kami menyatakan cukup, cukup, dan cukup. Tindak dan berantas korupsi sekarang," ujarnya.
Aksi ini mendapatkan pengawalan cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun TNI. Petugas dari Polresta Yogyakarta sempat melakukan negosiasi agar tidak melakukan aksi di lokasi yang seharusnya steril.
"Kami tidak melakukan aksi demo, tidak membawa pengeras suara dan spanduk. Ini hanya menyampaikan aspirasi kami," ujar peserta aksi pada petugas kepolisian.
Polisi pun hanya memantau jalannya aksi. Informasinya, Presiden Jokowi mengubah jadwal yang sebelumnya diagendakan. Seharusnya, penutupan dilakukan di Gedung Agung, namun di gelar di Hotel Inna Garuda.
Belum diketahui apakah Presiden Jokowi akan singgah di Gedung Agung atau langsung terbang ke Jakarta usai menutup acara KUII ke-VI di Yogyakarta.
(san)