Sistem Tani Aquaponik Dikembangkan
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Perkembangan sistem pertanian mulai mengarah ke sistem pertanian terpadu dengan penggunaan bahan organik.
Para petani di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong misalnya, mulai membuat demplot untuk sistem pertanian aquaponik. Menurut salah satu petani aqua ponik, Riptanto, proses pertanian aquaponik sebenarnya untuk wilayah dengan lahan yang sempit. Setelah dikembangkan dan dipadukan dengan kolam ikan di belakang rumah, dia akhirnya mampu membuat konsep per kebunan sayuran dengan menggunakan sirkulasi air dari kolam tersebut.
“Jadi, ini pertanian organik dan memanfaatkan air dari kolam yang kami putar un tuk mengairi tanaman di atasnya yang kami masukkan dalam botol-botol air mineral,” ka tanya kepada wartawan, kemarin. Guna melancarkan aliran air, media tanam yang digunakan bukan lagi tanah, melainkan sekam yang dicampur dengan arang kayu. Dengan demikian, sirkulasi airnya menjadi bagus dan bersih kembali setelah masuk ke kolam.
“Ini konsep menggunakan pupuk dari kotoran air kolam, karena itu hasilnya juga organik, tanpa campuran kimia,” bebernya. Saat ini, di desa tersebut dikembangkan empat demplot, di Dusun Kerjo 2 di lahan miliknya, kemudian di Dusun Simo 2, Su - sukan 1, serta Susukan 3. “Semua kami konsep aquaponik,” kata dia.
Dia juga terus menularkan ilmu tersebut sehingga diharapkan di Desa Genjahan Ponjong, menjadi salah satu desa aqua ponik yang menyajikan sayuran organik dan perikanan organik. “Namun, kendala kami memang harga masih kami jual sama dengan sayuran lain dan kontinuitasnya belum bisa diandalkan,” ulasnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunungkidul Azman Latief menjelaskan, sistem aquaponik memang menarik untuk dikembangkan. Pihaknya juga sudah melihat di Desa Genjahan berkaitan dengan sistem penanaman sayuran di atas kolam tersebut.
Suharjono
Para petani di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong misalnya, mulai membuat demplot untuk sistem pertanian aquaponik. Menurut salah satu petani aqua ponik, Riptanto, proses pertanian aquaponik sebenarnya untuk wilayah dengan lahan yang sempit. Setelah dikembangkan dan dipadukan dengan kolam ikan di belakang rumah, dia akhirnya mampu membuat konsep per kebunan sayuran dengan menggunakan sirkulasi air dari kolam tersebut.
“Jadi, ini pertanian organik dan memanfaatkan air dari kolam yang kami putar un tuk mengairi tanaman di atasnya yang kami masukkan dalam botol-botol air mineral,” ka tanya kepada wartawan, kemarin. Guna melancarkan aliran air, media tanam yang digunakan bukan lagi tanah, melainkan sekam yang dicampur dengan arang kayu. Dengan demikian, sirkulasi airnya menjadi bagus dan bersih kembali setelah masuk ke kolam.
“Ini konsep menggunakan pupuk dari kotoran air kolam, karena itu hasilnya juga organik, tanpa campuran kimia,” bebernya. Saat ini, di desa tersebut dikembangkan empat demplot, di Dusun Kerjo 2 di lahan miliknya, kemudian di Dusun Simo 2, Su - sukan 1, serta Susukan 3. “Semua kami konsep aquaponik,” kata dia.
Dia juga terus menularkan ilmu tersebut sehingga diharapkan di Desa Genjahan Ponjong, menjadi salah satu desa aqua ponik yang menyajikan sayuran organik dan perikanan organik. “Namun, kendala kami memang harga masih kami jual sama dengan sayuran lain dan kontinuitasnya belum bisa diandalkan,” ulasnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunungkidul Azman Latief menjelaskan, sistem aquaponik memang menarik untuk dikembangkan. Pihaknya juga sudah melihat di Desa Genjahan berkaitan dengan sistem penanaman sayuran di atas kolam tersebut.
Suharjono
(ftr)