Sumsel Mau Belajar ke Singapura

Sabtu, 07 Februari 2015 - 10:14 WIB
Sumsel Mau Belajar ke Singapura
Sumsel Mau Belajar ke Singapura
A A A
PALEMBANG - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Palembang setiap tahunnya selalu terjadi dan memakan korban jiwa.

Oleh karena itu, instansi terkait bertekad ingin belajar memberantas penyakit DBD dari negara Singapura sehingga tak ada lagi kasus DBD di Palembang atau Sumsel secara umum. Hal ini sebagaimana diungkapkan, Kepala Dinkes Provinsi Sumsel Lesty Nurainy, kemarin. Menurutnya, negara Singapura mampu menekan angka kasus DBD sampai zero (nol).

“Singapura pernah ada kasus DBD, namun tahun depannya mereka bisa dras tis menurunkan kasus DBD bahkan sampai tidak ada lagi ditemukan kasus tersebut,” ungkap Lesty usai menghadiri gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk DBD di Kantor Camat Seberang Ulu (SU) I. Lesty menuturkan, resep Singapura bisa berhasil memberantas kasus DBD karena semua pihak berkomitmen.

Singapura memiliki petugas jumantik untuk memeriksa setiap rumah, kantor ataupun sekolah jika ditemukan adanya jentik-jentik nyamuk khususnya jentik nyamuk aedes agepty penyebab DBD. “Petugas jumantik tersebut, benar-benar memeriksa jentikjentik nyamuk secara berkala dan dilaporkan secara sungguh-sungguh. Bahkan, rumah yang kedapatan ada jentik nyamuk dikenakan denda,” ujarnya.

Dengan konsistensi tersebut, diakui Lesty, Singapura berhasil menekan kasus DBD yang sebelumnya pernah menyerang tempat tersebut. Aturan yang diterapkan di Singapura, kata Lesty, membuat warganya memiliki kepatuhan yang tinggi dan mampu merubah perilaku warganya untuk peduli membasmi jentik-jentik nyamuk DBD dimulai dari rumah dan lingkungan masing-masing.

Lesty berharap agar masyarakat di Palembang mampu memutus mata rantai penyebaran DBD dengan memutus jentik-jentik nyamuk di tempat tinggal masing-masing. Melalui gerakan 3 M, yakni menguras, menutup, dan memindahkan/mengubur barang-barang atau tempat jentik-jentik nyamuk aedes agepty. Terlebih jentik-jentik nyamuk DBD tersebut hidup di tempat air yang bersih.

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sumsel hingga Januari sudah ada 493 kasus DBD se-Sumsel atau naik tiga kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama, sedangkan kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2012 yakni sebanyak 804 kasus. Lebih lanjut, jelas Lesty, di sam ping kepedulian warga, pemerintah juga turut membantu memberantas DBD di antara yang dilakukan pada gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk yakni membagikan ikan tempalo 500 ekor sebagai stimulan dan akan ditambah lagi hingga 2.000 ikan tempalo.

Ditambah juga pemberian larvasida sebanyak 5.500 kg untuk 16 kabupaten/kota. Inseksida 2.365 liter dan RDT DBD sejumlah 2.660 tes. “Tentu dengan bantuan pemerintah kita warga juga turut menjaga kebersihan rumahnya, bersih-bersih jentik nyamuk. Kita pacu lagi kader jumatik agar door to door untuk memeriksa jentiknya muk. Yah, mohon bantuannya dari ibu-ibu PKK melalui arisan-arisan bisa disosialisasikan,” tandasnya.

Mengenai status DBD di Palembang, ujar Lesty masih dikategorikan waspada dan belum KLB (Kejadian Luar Biasa). Sebab, penentuan KLB yakni dilihat dari kasus yang terdapat di lapangan yakni misalnya dalam 5 tahun terakhir hingga 800 kasus bisa dikatakan KLB. Namun begitu, Palembang dan seluruh elemen masyarakat harus serentak mengatasi kasus tersebut. Dan tidak bisa dianggap enteng.

Sementara itu, Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Palembang Afrimelda mengatakan, mengatasi DBD tidak bisa hanya dilihat dari hilirnya saja yakni membeludaknya pasien di rumah sakit atau Puskesmas, namun harus serentak dan komitmen bersama seluruh masyarakat agar di setiap tempat terutama rumah dan lingkungan tidak ada ditemukan jentik-jentik nyamuk.

Sierra Syailendra
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2015 seconds (0.1#10.140)