Hujan Es di Tapanuli Hancurkan Rumah Warga
A
A
A
TARUTUNG - Hujan es disertai angin kencang melanda Tapanauli Utara (Taput). Hujan yang mengguyur seluruh kawasan Tarutung, Siatas Barita, dan Sipoholon tersebut, berlangsung selama empat jam.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah ruas jalan tergenang air. Termasuk drainase di perkotaan tidak sanggup menampung dan mengalirkan air hujan yang turun secara tiba-tiba tersebut.
Sejumlah warga sempat panik, pasalnya hujan disertai angin puting beliung, sambaran pertir, dan kilat yang cukup besar. Selain itu, di Simaungmaung, tepatnya di Dusun Hariahara Na Godang, Kelurahan Huta Toruan IX Tarutung, rumah yang dihuni dua keluarga mengalami kerusakan yang cukup parah.
Rumah yang dihuni oleh Keluarga Natal Siregar (40) dan keluarga Togar Airtonang (43) tersebut, ditimpa pohon besar yang tumbang dihempas angin. Belum ada pihak yang dapat dikonfirmasi mengenai peristiwa yang terjadi di Taput tersebut.
Namun dari amatan yang dilakukan menunjukkan, sejumlah tiang telepon mengalami oleng dan hampir tumbang. Khususnya di sepanjang jalan menuju Simaungmaung Dolok.
“Kami enggak tahu harus bagaimana lagi, kami sudah mencoba menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Taput, tapi nomornya tidak aktif,” terang Togar Aritonang, kepada wartawan, Jumat (30/1/2015).
Togar mengatakan, peristiwa yang menimpa keluarga dan tetangganya tersebut, terjadi cukup cepat. Saat peristiwa itu terjadi, dia dan keluarganya sedang berada di rumah.
Dia dan istrinya yang juga memiliki warung kopi sedang melayani pelanggan. Namun saat hujan turun, dia merasa akan terjadi sesuatu. Khawatir terhadap keselamatan anak dan istrinya, dia mengajak anak-anaknya untuk keluar rumah dan bergeser kearah teras.
“Kalau tidak, kami semua sudah mati. Karena kalian bisa lihat sendiri bagaimana rumah kami hancur total akibat ditimpa pohon besar tersebut,” paparnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak korban belum dapat mengevakuasi barang-barang yang masih dapat digunakan, serta belum dapat mengangkat batang pohon yang menimpa rumah mereka. Pasalnya, tidak ada peralatan pemotong pohon yang memadai.
“Saya sudah mencoba menghubungi sejumlah pihak untuk meminta mesin potong, namun tidak datang juga. Padahal banyak dari barang-barang keluarga yang mungkin masih bisa diselamatkan. Karena kami khawatir pepohonan lain yang usianya tua juga ikut tumbang,” katanya.
Kepanikan akibat hujan es juga dialami Fendiv Tobing (33), warga Kelurahan Huta Toruan X. Dia mengatakan, hujan yang turun secara tiba-tiba tersebut, baru pertama kali dialaminya. Dia dan rekan-rekan kerjanya di salah satu warnet sempat panik. Terlebih saat bongkahan es sebesar ujung kelingking berjatuhan dari atas langit.
“Saya berteriak, dan memanggil kawan-kawan agar keluar. Sebab serpihan bongkahan es sudah berjatuhan di atas rumah kami,” katanya.
Sementara itu, Kepala BPBD Taput SDV Sihombing tidak berhasil dihubungi melalui telepon selulernya. Saat ingin dikonfirmasi, ponselnya dalam kondisi tidak aktif. Sehingga belum dapat dipastikan, apakah ada korban jiwa dalam peristiwa hujan es disertai angin kencang tersebut.
Kepala Bidang Data BMKG Sumut Sunardi menerangkan, hujan yang terjadi di Tarutung merupakan efek cuaca panas yang terjadi di siang hari dan mengakibatkan pencairan awan tidak berlangsung dengan baik, hingga ketika hujan turun, disertai bongkahan es.
“Kalau melihat dari faktor kebiasaan, kawasan pengunungan pantai barat meliputi Taput, Tapsel, Humbahas, hingga ke kaki gunung di kawasan Sibolga dan Tapteng ini sangat berpotensi terjadi. Khususnya pada masa-masa transisi perubahan cuaca,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Sunardi memaparkan, bahwa kawasan Sumut sudah mulai memasuki musim kemarau. Namun, untuk kawasan pengunungan masih terjadi hujan dengan curah yang besar. Sehingga, warga dipengunungan harus selalu waspada.
"Terlebih untuk daerah-daerah bertebing. Karena hujan yang menyambar disertai angin kencang itu berpotensi terjadi setiap saat,” pungkasnya.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah ruas jalan tergenang air. Termasuk drainase di perkotaan tidak sanggup menampung dan mengalirkan air hujan yang turun secara tiba-tiba tersebut.
Sejumlah warga sempat panik, pasalnya hujan disertai angin puting beliung, sambaran pertir, dan kilat yang cukup besar. Selain itu, di Simaungmaung, tepatnya di Dusun Hariahara Na Godang, Kelurahan Huta Toruan IX Tarutung, rumah yang dihuni dua keluarga mengalami kerusakan yang cukup parah.
Rumah yang dihuni oleh Keluarga Natal Siregar (40) dan keluarga Togar Airtonang (43) tersebut, ditimpa pohon besar yang tumbang dihempas angin. Belum ada pihak yang dapat dikonfirmasi mengenai peristiwa yang terjadi di Taput tersebut.
Namun dari amatan yang dilakukan menunjukkan, sejumlah tiang telepon mengalami oleng dan hampir tumbang. Khususnya di sepanjang jalan menuju Simaungmaung Dolok.
“Kami enggak tahu harus bagaimana lagi, kami sudah mencoba menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Taput, tapi nomornya tidak aktif,” terang Togar Aritonang, kepada wartawan, Jumat (30/1/2015).
Togar mengatakan, peristiwa yang menimpa keluarga dan tetangganya tersebut, terjadi cukup cepat. Saat peristiwa itu terjadi, dia dan keluarganya sedang berada di rumah.
Dia dan istrinya yang juga memiliki warung kopi sedang melayani pelanggan. Namun saat hujan turun, dia merasa akan terjadi sesuatu. Khawatir terhadap keselamatan anak dan istrinya, dia mengajak anak-anaknya untuk keluar rumah dan bergeser kearah teras.
“Kalau tidak, kami semua sudah mati. Karena kalian bisa lihat sendiri bagaimana rumah kami hancur total akibat ditimpa pohon besar tersebut,” paparnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak korban belum dapat mengevakuasi barang-barang yang masih dapat digunakan, serta belum dapat mengangkat batang pohon yang menimpa rumah mereka. Pasalnya, tidak ada peralatan pemotong pohon yang memadai.
“Saya sudah mencoba menghubungi sejumlah pihak untuk meminta mesin potong, namun tidak datang juga. Padahal banyak dari barang-barang keluarga yang mungkin masih bisa diselamatkan. Karena kami khawatir pepohonan lain yang usianya tua juga ikut tumbang,” katanya.
Kepanikan akibat hujan es juga dialami Fendiv Tobing (33), warga Kelurahan Huta Toruan X. Dia mengatakan, hujan yang turun secara tiba-tiba tersebut, baru pertama kali dialaminya. Dia dan rekan-rekan kerjanya di salah satu warnet sempat panik. Terlebih saat bongkahan es sebesar ujung kelingking berjatuhan dari atas langit.
“Saya berteriak, dan memanggil kawan-kawan agar keluar. Sebab serpihan bongkahan es sudah berjatuhan di atas rumah kami,” katanya.
Sementara itu, Kepala BPBD Taput SDV Sihombing tidak berhasil dihubungi melalui telepon selulernya. Saat ingin dikonfirmasi, ponselnya dalam kondisi tidak aktif. Sehingga belum dapat dipastikan, apakah ada korban jiwa dalam peristiwa hujan es disertai angin kencang tersebut.
Kepala Bidang Data BMKG Sumut Sunardi menerangkan, hujan yang terjadi di Tarutung merupakan efek cuaca panas yang terjadi di siang hari dan mengakibatkan pencairan awan tidak berlangsung dengan baik, hingga ketika hujan turun, disertai bongkahan es.
“Kalau melihat dari faktor kebiasaan, kawasan pengunungan pantai barat meliputi Taput, Tapsel, Humbahas, hingga ke kaki gunung di kawasan Sibolga dan Tapteng ini sangat berpotensi terjadi. Khususnya pada masa-masa transisi perubahan cuaca,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Sunardi memaparkan, bahwa kawasan Sumut sudah mulai memasuki musim kemarau. Namun, untuk kawasan pengunungan masih terjadi hujan dengan curah yang besar. Sehingga, warga dipengunungan harus selalu waspada.
"Terlebih untuk daerah-daerah bertebing. Karena hujan yang menyambar disertai angin kencang itu berpotensi terjadi setiap saat,” pungkasnya.
(san)