Tak Kunjung Terima Bantuan Perbaikan
A
A
A
PALEMBANG - Belasan rumah tidak layak huni berada di Kelurahan Selincah, Kecamatan Kalidoni sampai sekarang belum pernah mendapat bantuan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang.
Bahkan, beberapa kali usulan bantuan perbaikan diajukan pada Pemkot, tidak juga mendapatkan jawaban. Ketua RW 6, Kelurahan Sei Selincah, Suhartati mengatakan, di kawasan RW yang dipimpinnya terdapat empat rumah dalam kondisi tidak layak huni, misalnya bangunan kayu dan berlantai tanah.
Keempatnya berada di RT 23 dan RT 38. Di RT 23, dua ru mah yang tidak layak huni tersebut milik Suginto dan Miswanto. Kedua warga RT 23 itu terdata sebagai pekerja bangunan dan buruh lepas. “Lumayan masih ada, rumah warga tidak layak huni di sini. Di RT 23 dan RT 38, ada lebih dari lima yang memang bangunannya tidak layak huni,” ungkapnya, kemarin.
Ditambahkan Ketua RT 23, Sugintoro, kondisi rumah tidak layak huni itu beragam. Namun, para pemiliknya memang masuk dalam kategori tidak mampu. Mereka masih memiliki tanggungan anak sekolah dan juga masih terdapat yang tidak mendapatkan bantuan. ”Ratarata memang minim bantuan dan kondisi rumah tidak layak huni,” ujarnya.
Selain di dua RT tersebut, di RT 11 RW 5, juga masih ditemui lebih dari dua rumah dalam kondisi tidak layak huni. Di antaranya, rumah milik Syamsuddin Fuad. Dikatakan istri Syamsuddin Fuad, Ade Sukarni, sejak lama rumah miliknya tidak pernah dibangun. Selain karena tidak memiliki penghasilan cukup, suaminya masih harus menyekolahkan anaknya.
Di rumah yang berlantai tanah milik Fuad, tinggal dua Kepala Keluarga (KK). Selama ini pun, kedua keluarga itu tidak mendapatkan bantuan pemerintah, kecuali jaminan kesehatan dari pemerintah pusat. “Iya rumah seadanya, namanya juga buruh lepas. Kadang kerja, tapi lebih sering tidak kerja. Rata-rata penghasilan per minggu Rp200-300. Mana cukup mau bangun rumah,” katanya.
Karena itu, dikatakan warga RT 11, Nomor 33 ini bangunan rumah yang ada saat ini pun, lebih banyak dibantu tetangga terdekat. Dalam rumah dengan satu ruangan yang disekat menjadi tiga, juga terdapat balita. “Ini lantai saja, masih tanah. Kamar saja hanya disekat. Bagian atap berupa seng dan sudah lama rusak,” ujar Ade yang akrab dipanggil Sanek.
Kondisi rumah tidak layak huni ini pun dibenarkan salah satu Tenaga Kerja Sosial Kecamatan (TKSK), Eli Anggraini. Dikatakan ia, di Kecamatan Kalidoni masih cukup banyak rumah tidak layak huni. Rata-rata kurang mendapatkan bantuan yang cukup dari pemerintah, salah satunya kebutuhan papan.
“Ada yang rumahnya bangunan kayu lama. Tidak pernah direhab karena penghasilan rendah. Sering juga mereka tidak terima bantuan, misalnya PKH atau lainnya,” tutupnya.
Tasmalinda
Bahkan, beberapa kali usulan bantuan perbaikan diajukan pada Pemkot, tidak juga mendapatkan jawaban. Ketua RW 6, Kelurahan Sei Selincah, Suhartati mengatakan, di kawasan RW yang dipimpinnya terdapat empat rumah dalam kondisi tidak layak huni, misalnya bangunan kayu dan berlantai tanah.
Keempatnya berada di RT 23 dan RT 38. Di RT 23, dua ru mah yang tidak layak huni tersebut milik Suginto dan Miswanto. Kedua warga RT 23 itu terdata sebagai pekerja bangunan dan buruh lepas. “Lumayan masih ada, rumah warga tidak layak huni di sini. Di RT 23 dan RT 38, ada lebih dari lima yang memang bangunannya tidak layak huni,” ungkapnya, kemarin.
Ditambahkan Ketua RT 23, Sugintoro, kondisi rumah tidak layak huni itu beragam. Namun, para pemiliknya memang masuk dalam kategori tidak mampu. Mereka masih memiliki tanggungan anak sekolah dan juga masih terdapat yang tidak mendapatkan bantuan. ”Ratarata memang minim bantuan dan kondisi rumah tidak layak huni,” ujarnya.
Selain di dua RT tersebut, di RT 11 RW 5, juga masih ditemui lebih dari dua rumah dalam kondisi tidak layak huni. Di antaranya, rumah milik Syamsuddin Fuad. Dikatakan istri Syamsuddin Fuad, Ade Sukarni, sejak lama rumah miliknya tidak pernah dibangun. Selain karena tidak memiliki penghasilan cukup, suaminya masih harus menyekolahkan anaknya.
Di rumah yang berlantai tanah milik Fuad, tinggal dua Kepala Keluarga (KK). Selama ini pun, kedua keluarga itu tidak mendapatkan bantuan pemerintah, kecuali jaminan kesehatan dari pemerintah pusat. “Iya rumah seadanya, namanya juga buruh lepas. Kadang kerja, tapi lebih sering tidak kerja. Rata-rata penghasilan per minggu Rp200-300. Mana cukup mau bangun rumah,” katanya.
Karena itu, dikatakan warga RT 11, Nomor 33 ini bangunan rumah yang ada saat ini pun, lebih banyak dibantu tetangga terdekat. Dalam rumah dengan satu ruangan yang disekat menjadi tiga, juga terdapat balita. “Ini lantai saja, masih tanah. Kamar saja hanya disekat. Bagian atap berupa seng dan sudah lama rusak,” ujar Ade yang akrab dipanggil Sanek.
Kondisi rumah tidak layak huni ini pun dibenarkan salah satu Tenaga Kerja Sosial Kecamatan (TKSK), Eli Anggraini. Dikatakan ia, di Kecamatan Kalidoni masih cukup banyak rumah tidak layak huni. Rata-rata kurang mendapatkan bantuan yang cukup dari pemerintah, salah satunya kebutuhan papan.
“Ada yang rumahnya bangunan kayu lama. Tidak pernah direhab karena penghasilan rendah. Sering juga mereka tidak terima bantuan, misalnya PKH atau lainnya,” tutupnya.
Tasmalinda
(ftr)