Kezaliman di Bangkalan Harus Diakhiri

Kamis, 22 Januari 2015 - 10:44 WIB
Kezaliman di Bangkalan Harus Diakhiri
Kezaliman di Bangkalan Harus Diakhiri
A A A
SURABAYA - Kasus penembakan terhadap aktivis antikorupsi Mathur Husairi mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat. Kezaliman (teror) yang terjadi di Kabupaten Bangkalan harus segera dihentikan.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasyim Muzadi menilai aksi penembakan tersebut adalah bentuk kezaliman. “Peristiwa seperti ini sudah banyak terjadi di Bangkalan. Ini adalah bentuk kezaliman. Sudah seharusnya polisi mengusut tuntas aksi ini sehingga tidak ada lagi masyarakat yang terzalimi,” kata Hasyim seusai menjenguk Mathur di RSU dr Soetomo, kemarin.

Pengasuh Ponpes Al-Hikam Kota Malang ini enggan berspekulasi terkait otak di balik aksi penembakan tersebut. Menurutnya, hal itu menjadi kewenangan aparat penegak hukum untuk mencari tahu. “Itu bukan bagian saya dan bukan bagian wartawan. Biar polisi yang mencari tahu,” tutur Hasyim saat ditanya kemungkinan aksi penembakan tersebut berkaitan dengan penangkapan Fuad Amin oleh KPK.

Pihaknya optimistis bila polisi serius, maka pengusutan kasus itu tidak akan berlangsung lama. “Bangkalan itu seberapa besarnya. Kalau polisi serius, pasti terungkap. Mudah-mudahan ini cepat selesai,” kata mantan ketua Umum PBNU ini.

Seperti diberitakan, Ketua LSM Center for Islam Democration (CIDe) Bangkalan Mathur Husairi ditembak orang tidak kenal di depan rumahnya di Jalan Teuku Umar Kelurahan Kemayoran, Kota Bangkalan, Selasa (20/1) dini hari. Mathur mengalami luka tembak di pinggang kanan sehingga harus dirawat di RSU dr Soetomo, Surabaya.

Teror kepada Mathur diduga kuat karena sering mengawasi dugaan penerimaan pungutan liar (pungli) kepada para calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Bangkalan. Hasyim menegaskan kedatangannya ke RSU dr Soetomo menjenguk Mathur bukan atas perintah Presiden Jokowi, tetapi atas inisiatif sendiri. “Tidak ada misi apa-apa. Kami hanya bersimpati. Masa ada warga yang seperti ini diam saja,” katanya.

Hasyim berharap agar kasus kekerasan terhadap pejuang kebenaran seperti Mathur adalah yang terakhir. Sebelum Mathur, beberapa waktu lalu juga ada kasus pembacokan aktivis antikorupsi lainnya. Rentetan kasus itu bukan kali pertama dialami para aktivis. “Saya sudah tahu, oleh karenanya jangan begini terus. Harus berhenti kezaliman itu,” katanya.

Hasyim tidak sempat berkomunikasi dengan Mathur. Sebab yang bersangkutan masih terbaring lemas tak sadarkan diri. Begitu datang, Hasyim bersama rombongan lantas berdiri di samping Mathur dan memanjatkan doa. Hasyim didampingi mantan Ketua DPRD Jatim Fathorrasjid, mantan Ketua DPRD Kota Surabaya Musyafak Rouf, serta beberapa santri.

Mengenakan kemeja warna putih dan peci hitam, Hasyim datang sekitar pukul 16.00 WIB bersama dengan rombongan santri. Selain anggota Wantimpres, dukungan kepada Mathur datang dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). “Jika memang korban memiliki keterangan yang penting dalam mengungkap tindak pidana korupsi, tidak menutup kemungkinan korban dilindungi LPSK,” ujar Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai.

Sesuai UU No 31/2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, saksi tindak pidana korupsi sendiri merupakan salah satu saksi yang mendapat prioritas dalam mendapatkan perlindungan.

Hal ini merupakan pintu masuk bagi diberikannya perlindungan kepada Mathur Husairi. “Sangat terbuka kemungkinan LPSK melindungi Mathur. Sesuai aturan perundangan berlaku, kami akan menurunkan tim untuk mempercepat proses pemberian perlindungan,” ujar Semendawai.

Kalangan aktivis dari berbagai elemen menggelar aksi unjuk rasa di depan Mapolres Bangkalan, kemarin. Para aktivis yang berlatar belakang mahasiswa, LSM, dan organisasi kepemudaan (OKP) tersebut, mendesak agar aparat kepolisian segera menangkap pelaku penembakan terhadap Mathur Husairi.

Aksi yang memakan separuh Jalan Soekarno – Hatta itu diisi dengan orasi bergantian yang secara garis besar meminta polisi menangkap pelaku. Tidak hanya orasi, dalam aksi solidaritas itu juga membawa beberapa poster berisi kritik terhadap kinerja kepolisian.

“Kalau tidak segera ditangkap, apa masih menunggu jatuhnya korban lagi? Tidak ada alasan untuk tidak menangkap pelaku penembakan terhadap aktivis, karena itu bagian dari teror,” ujar koordinator lapangan, Idrus Syamsi.

Polres Bangkalan menyatakan sedang menyelidiki kasus ini.Polres Bangkalan juga telah dibantu tim Jatanras dan Cobra dari Polda Jawa Timur. “Sejauh ini kami masih (Polres Bangkalan) terus memburu pelaku penembakan korban (Mathur). Dalam mengungkap kasus ini, kami dibantu Polda Jatim,” ujar Wakil Kapolres Bangkalan Kompol Yanuar Herlambang, kemarin.

Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf menunjuk Direktur Polisi Perairan (Dir Polair) Kombes Pol Agus Duta untuk menangani kasus penembakan Mathur. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, dengan ditunjuk Dir Polair menangani kasus penembakan tersebut, maka Polda Jatim akan mengembangkan penyelidikannya. “Bapak Kapolda memberikan atensi serius untuk pengungkapan kasus ini,” kata Awi, kemarin.

Peluru Tembus Usus

Pascaoperasi mengeluarkan peluru yang bersarang di pinggangnya, kondisi Mathur berangsur membaik. Mathur masih menjalani perawatan di ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo.

Kepala IRD dr Urip Murtedjo menjelaskan, Mathur dalam keadaan sadar meski masih memakai alat bantu pernapasan. Luka tembak yang dialami Mathur mengenai perut bagian kanan dan menembus usus. Berdasarkan keterangan dokter yang menangani Mathur, luka di bagian usus yang dialami Mathur juga tidak bisa disepelekan. Usus merupakan organ vital sangat berpengaruh.

“Setelah dibawa RSU ke Soetomo dan dilakukan operasi pengangkatan peluru, kondisinya menunjukkan peningkatan baik hingga sore ini. Jika kondisinya semakin baik, kemungkinan alat respiratornya akan dilepas,” kata dr Urip.

Peluru yang bersarang di perut Mathur adalah kaliber 9 mm. Namun, belum diketahui jenis senjata apinya, apakah rakitan atau senjata organik. Tapi yang pasti, jenis senjata api yang digunakan pelaku adalah senjata genggam. Pelaku tampaknya sudah pandai menghindari penyelidikan jenis senjata api. Mereka sudah menghapus alur peluru.

“Dari proyektil yang berhasil diangkat oleh dokter di RSU dr Soetomo, diketahui berkaliber 9 milimeter, berlapis tembaga, tidak ada alur galangan dan dataran, sepertinya sudah dihapus,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono.

Subairi/ Ihya’ulumuddin/ Lutfi Yuhandi/ Mamik Wijayanti
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8095 seconds (0.1#10.140)