Siswa-Siswi Aloysius Pecahkan Rekor 1.500 Corak Batik

Sabtu, 17 Januari 2015 - 09:48 WIB
Siswa-Siswi Aloysius...
Siswa-Siswi Aloysius Pecahkan Rekor 1.500 Corak Batik
A A A
BANDUNG - Untuk mendukung minat dan bakat siswa-siswi, terutama dalam seni membatik, Sekolah Santo Aloysius berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dan dunia dalam pembuatan 1.500 ba tik.

Batik itu dikerjakan oleh seluruh siswa mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA. Rekor yang dibuat kali ini di antaranya Penghargaan Rekor MURI Dunia atas pembuatan corak batik terbanyak yang dilakukan siswa-siswi yang diberikan kepada Yayasan Satya Winaya dan Rekor MURI Indonesia pada Yayasan Mandiwijana. Yayasan ini memba wahi sekolah-sekolah Santo Aloysius.

Ketua Yayasan Satya Winaya Sherly Iliana mengemukakan, batik dipilih sebagai salah satu objek rekor yang ingin di pecahkan. Sebab, batik ki ni semakin diminati, bahkan oleh para pelajar dan anak muda. Dengan membuat batik, dia berharap, siswa-siswinya bisa lebih memaknai proses pembuatan batik dan filosofinya, tidak hanya sekadar mengenakan.

“Jika mereka paham soal proses pembuatannya yang tidak mudah dan mengerti filosofinya, maka mereka tidak hanya mengenakan batik karena senang saja, melainkan juga ada kebanggaan bahwa batik adalah warisan budaya negaranya sendiri,” paparnya seusai membuka acara Aloysius Batik and Traditional Games- Food Festival di Kampus Sekolah Santo Aloysius, Jalan Batu nunggal Indah II, Kota Bandung, kemarin.

Dia mengatakan, secara teknis, siswa-siswinya dilatih membuat batik sejak 4 bulan lalu. Mereka diberikan contoh batik khas Jawa dan Nusantara, tapi mereka dibebaskan untuk membuat corak batik sendiri sesuai kesenangannya. Alhasil, ada sekitar 1.500 corak batik dengan corak yang serba inovatif yang dikerjakan 1.500 siswasiswi.

“Corak batik mereka ada kek hasannya. Kami ingin setiap corak batik ada motif bunga Lily-nya, sebagai simbol khas Santo Aloysius yang melambangkan kesucian,” tuturnya. Asha, siswa sekolah dasar kelas 6 mengaku senang dan bangga bisa membuat batik dengan coraknya sendiri. Meskipun butuh waktu berbulan-bulan untuk mempelajarinya, dia mengaku cukup puas dengan hasilnya. “Susah buatnya, apalagi pas megang cantingnya, takut salah gambarnya,” ujarnya.

Direktur MURI Indonesia Aylawati Sarwono menyebutkan, pemecahan rekor ini baru terjadi pertama kali di Indonesia bahkan dunia. Menurutnya, hal ini patut diapresiasi karena dilakukan oleh pelajar. Pihaknya berharap hal serupa bisa dilakukan oleh pelajar lainnya.

Anne Rufaidah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9509 seconds (0.1#10.140)