Diklaim Muncul Secara Gaib, MUI Minta Warga Tak Percaya Takhayul
A
A
A
SIDOARJO - Rumah bercat hijau itu tampak sederhana. Sebagian dindingnya yang terbuat dari batu bata dibiarkan mengelupas. Tetapi sejak pagi kemarin rumah milik Anang Asriyanto di RT 12/RW 03 Desa Glagaharum Kecamatan Porong dipenuhi pengunjung.
Mereka datang berbondong- bondong dari desa sekitar Glagaharum. Bahkan, sebagian datang dari luar daerah. Mereka ingin melihat kebenaran adanya Alquran raksasa diklaim Anang datang secara gaib. Dia mengklaim jika kitab suci umat Islam itu jatuh dari atas di salah satu kamar rumah saat istigasah (doa bersama).
Alquran dengan tinggi 2 meter, lebar 2,40 meter, tebal 15 cm dan berat sekitar 1 kuintal itu kini dipajang di teras rumah agar mudah dilihat pengunjung. Pemilik Alquran juga menaruh kotak di halaman rumah untuk sumbangan sekadarnya dari pengunjung yang datang. Warga yang masuk ingin melihat Alquran raksasa itu menyisihkan uang mengisi kotak amal.
Menurut pengakuan Anang, Alquran itu jatuh di kamarnya saat dia dan 50 jamaah lainnya menggelar istigasah Selasa, 2 Desember 2014 lalu. Salah satu jamaah seperti mendengar suara benda jatuh. “Awalnya jamaah sedang berdoa dan mendengar benda jatuh,” ujarnya.
Ketika memeriksa sekeliling rumah tidak apa-apa. Namun ketika memeriksa kamar, Anang melihat ada benda panjang dibungkus kain hitam yang ternyata Alquran. Jika Alquran itu jatuh dari atas, tentu atap rumah atau plafon akan berlubang. Anehnya, tidak ada kerusakan di genting atau plafon serta lantai yang beralaskan karpet.
Meski demikian, tak semua warga percaya jika Alquran itu datang secara gaib. Termasuk Kades Glagaharum Kusminanto. Dia sempat menghalau warga yang berbondong-bondong ingin melihat Alquran raksasa tersebut. “Hayo bubar, jangan percaya takhayul,” ujarnya.
Namun, warga yang penasaran tetap saja melihat Alquran raksasa itu. Banyak juga warga yang rela berdesakan agar bisa melihat kitab suci tersebut. Agar tidak menimbulkan keresahan dan persepsi negatif, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sidoarjo langsung ke rumah Anang.
Ketua MUI Sidoarjo KH Usman Bahri dan anggota lainnya datang untuk melihat kebenaran mushaf tersebut. Setiba di lokasi, KH Usman Bahri yang juga membawa Alquran kecil itu langsung melakukan pencocokan satu per satu huruf hijaiyah dan lafaz yang ada dalam Alquran dengan tulisan tangan tersebut.
Ternyata setelah dicocokkan, menemukan ada satu kalimat yang kelebihan yang berbunyi ‘unzila’ yang diulang dua kali (secara berjajar) dalam ayat keempat di surat Al baqarah. Pada ayat nomor empat dalam surat Albaqarah ada lafaz ‘unzila’ ditulis dua kali secara berjajar.
“Ada tiga lafaz ‘unzila’ dalam ayat keempat surat Albaqarah itu,” kata KH Usman Bahri. Usman kemudian membaca ayat dalam surat Albaqarah yang benar, seharusnya berbunyi ‘walladziina yukminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun’walladziina yukminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun.
Namun, di Alquran raksasa tertulis walladziina yukminuuna bimaa unzila unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuunwalladziina yukminuuna bimaa unzila unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun.
Meski demikian, Usman tidak menampik itu benar mushaf Alquran yang ditulis dengan tangan. Namun, dia tidak sependapat jika Alquran itu datangnya secara jatuh di suatu ruangan atau kamar. “Saya tidak percaya kalau Alquran itu tiba-tiba datang atau jatuh dari atas ke bawah,” ucapnya.
Untuk itulah, temuan Alquran ini disikapi. Khawatirnya muncul ada keyakinan yang tidak-tidak atau sesuatu hal lain dari masyarakat. “Saya mengusulkan kepada pihak terkait agar menyimpan Alquran tersebut,” katanya.
Abdul Rouf
Mereka datang berbondong- bondong dari desa sekitar Glagaharum. Bahkan, sebagian datang dari luar daerah. Mereka ingin melihat kebenaran adanya Alquran raksasa diklaim Anang datang secara gaib. Dia mengklaim jika kitab suci umat Islam itu jatuh dari atas di salah satu kamar rumah saat istigasah (doa bersama).
Alquran dengan tinggi 2 meter, lebar 2,40 meter, tebal 15 cm dan berat sekitar 1 kuintal itu kini dipajang di teras rumah agar mudah dilihat pengunjung. Pemilik Alquran juga menaruh kotak di halaman rumah untuk sumbangan sekadarnya dari pengunjung yang datang. Warga yang masuk ingin melihat Alquran raksasa itu menyisihkan uang mengisi kotak amal.
Menurut pengakuan Anang, Alquran itu jatuh di kamarnya saat dia dan 50 jamaah lainnya menggelar istigasah Selasa, 2 Desember 2014 lalu. Salah satu jamaah seperti mendengar suara benda jatuh. “Awalnya jamaah sedang berdoa dan mendengar benda jatuh,” ujarnya.
Ketika memeriksa sekeliling rumah tidak apa-apa. Namun ketika memeriksa kamar, Anang melihat ada benda panjang dibungkus kain hitam yang ternyata Alquran. Jika Alquran itu jatuh dari atas, tentu atap rumah atau plafon akan berlubang. Anehnya, tidak ada kerusakan di genting atau plafon serta lantai yang beralaskan karpet.
Meski demikian, tak semua warga percaya jika Alquran itu datang secara gaib. Termasuk Kades Glagaharum Kusminanto. Dia sempat menghalau warga yang berbondong-bondong ingin melihat Alquran raksasa tersebut. “Hayo bubar, jangan percaya takhayul,” ujarnya.
Namun, warga yang penasaran tetap saja melihat Alquran raksasa itu. Banyak juga warga yang rela berdesakan agar bisa melihat kitab suci tersebut. Agar tidak menimbulkan keresahan dan persepsi negatif, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sidoarjo langsung ke rumah Anang.
Ketua MUI Sidoarjo KH Usman Bahri dan anggota lainnya datang untuk melihat kebenaran mushaf tersebut. Setiba di lokasi, KH Usman Bahri yang juga membawa Alquran kecil itu langsung melakukan pencocokan satu per satu huruf hijaiyah dan lafaz yang ada dalam Alquran dengan tulisan tangan tersebut.
Ternyata setelah dicocokkan, menemukan ada satu kalimat yang kelebihan yang berbunyi ‘unzila’ yang diulang dua kali (secara berjajar) dalam ayat keempat di surat Al baqarah. Pada ayat nomor empat dalam surat Albaqarah ada lafaz ‘unzila’ ditulis dua kali secara berjajar.
“Ada tiga lafaz ‘unzila’ dalam ayat keempat surat Albaqarah itu,” kata KH Usman Bahri. Usman kemudian membaca ayat dalam surat Albaqarah yang benar, seharusnya berbunyi ‘walladziina yukminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun’walladziina yukminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun.
Namun, di Alquran raksasa tertulis walladziina yukminuuna bimaa unzila unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuunwalladziina yukminuuna bimaa unzila unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun.
Meski demikian, Usman tidak menampik itu benar mushaf Alquran yang ditulis dengan tangan. Namun, dia tidak sependapat jika Alquran itu datangnya secara jatuh di suatu ruangan atau kamar. “Saya tidak percaya kalau Alquran itu tiba-tiba datang atau jatuh dari atas ke bawah,” ucapnya.
Untuk itulah, temuan Alquran ini disikapi. Khawatirnya muncul ada keyakinan yang tidak-tidak atau sesuatu hal lain dari masyarakat. “Saya mengusulkan kepada pihak terkait agar menyimpan Alquran tersebut,” katanya.
Abdul Rouf
(ftr)