Pangkalan Elpiji Nakal Akan Dicabut

Selasa, 13 Januari 2015 - 14:30 WIB
Pangkalan Elpiji Nakal...
Pangkalan Elpiji Nakal Akan Dicabut
A A A
BANTUL - Pemkab Bantul mengancam akan mencabut izin pangkalan elpiji 3 kilogram (kg) yang terbukti nakal.

Selama ini, pangkalan dituding menjadi penyebab kelangkaan elpiji di Bantul karena sengaja menjual ke tingkat pengecer dari luar Kabupaten Bantul. Kepala Dinas Perindustrian Per dagangan dan Koperasi (Dis perindagkop) Kabupaten Bantul Sulistyanto mengakui, banyak pangkalan di Bantul yang menyalahi peraturan men teri perdagangan. Banyak pang kalan yang sengaja menjual elpiji ke pengecer, padahal tu gas dari pangkalan sebenarnya adalah pengecer.

Sering kali, pangkalan menjual serampangan ke pengecer yang berasal dari luar wilayah operasi mereka. Akibatnya, terjadi kelangkaan elpiji 3 kg di Bantul karena didistribusikan ke wilayah lain. “Kami sudah ada kesepakatan dengan agen un tuk penertiban pangkalan tersebut,” tutur Sulis, kemarin. Pihaknya meminta kepangkalan untuk memberikan skala prioritas dalam penjualan kepada konsumen pengguna, bukan ke pada konsumen yang diecerkan kembali.

Dengan prioritas ter sebut, diharapkan dapat mengurangi adanya penjualan elpiji 3 kg ke luar wilayah operasio nal pangkalan. Pengawasannya, kata dia, pihak Disperindagkop akan bekerjasama dengan para agen. Jika kedapatan melakukan kecurangan, maka akan ada sanksi yang diberikan kepada pang kal - an. Sanksi yang diberikan mulai da ri pengurangan jatah atau jum lah alokasi hingga ke pemutusan hubungan usaha. “Kalau curang, izinnya bisa dicabut,” katanya.

Pihaknya juga berupaya mengajukan permohonan ke pada PT Pertamina untuk melegal - kan usaha subpangkalan yang ter diri dari para pengecer. Sebab, ada mata rantai baru, yaitu subpangkalan yang bermain dalam distribusi elpiji tersebut. Dengan melegalkan subpang - kalan, pihaknya memiliki we wenang melakukan pengaturan terhadap unit usaha tersebut. Pada 2015 ini, pihaknya juga mengajukan penambahan kuota alokasi elpiji 3 kg menyikapi kenaikan harga elpiji 12 kg.

Pihaknya mengajukan penambahan kuota sebanyak 25% dari alokasi harian yang mereka terima sebanyak 22.000 tabung. Penambahan kuota ini sebagai langkah antisipasi migrasi elpiji 12 kg ke 3 kg. “Mudah-mudahan permohonan kami disetujui,” tuturnya. Salah seorang pemilik pang - kal an elpiji 3 kg di Sidomulyo, Zah rowi mengaku, sangat setuju dengan kebijakan tersebut. Na mun, pihaknya berharap ada nya ketegasan dari Disperin dagkop terhadap pang kalan-pangkalan yang nakal. Agar pangkalan-pangkalan yang ju jur tidak terkena imbasnya ketika terjadi sesuatu akibat perilaku pangkalan nakal tersebut.

“Dalam jalur distribusi ini me mang harus tegas,” ucapnya. Dia mengakui, memang banyak orang yang berusaha mem beli elpiji dalam jumlah banyak untuk diedarkan kembali. Dari mereka (pengecer) itulah, harga elpiji 3 kg menjadi tidak bisa dikontrol lagi. Dia sendiri berusaha memprioritaskan pen jualan elpiji 3 kg ke pengguna, meskipun terkadang terbebani ketika overstock.

?erfanto linangkung Usir Flu Burung, Dinas Semprot Massal Petugas menggunakan pakaian khusus melakukan penyemprotan di kandang unggas smilik warga di Sedan, Sidorejo, Lendah kemarin. KULONPROGO – Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Kepenak) Kulonprogo kemarin melakukan penyemprotan di Pedukuhan Sedan, Sidorejo, Lendah. Penyemprotan dilakukan di sejumlah kandang unggas milik warga untuk menghindaripenyebaran lebih luas virus flu burung.

Penyemprotan dilakukan oleh petugas bersama warga menggunakan pakaian pelindung. “Penyemprotan ini untuk memutus mata rantai dan penyebaran virus menggunakan desinfektan,” kata petugas Participatory Diseases Surveillance Response (PDSR) dari Dinas Kelautan Perikanan Peternakan (Diskepenak) Ambar Widuri, kemarin.

Penyemprotan dilakukan dari kandang warga yang masih steril dan belum terkena virus Avian influenza(AI). Setelah semuanya selesai, baru mengarah ke lokasi kandang milik Ponijo, tempat ribuan unggas miliknya mati karena terserang virus tersebut. Dinas juga meminta warga untuk lebih aktif melakukan penyemprotan. Setelah ada kematian unggas, idealnya penyemprotan dilakukan setiap hari. Akan tetapi ketika nanti sudah bersih, lanjut Ambar, warga tetap harus melakukan penyemprotan dengan jangka waktu agak lebar.

“Kami akan pantau sampai tidak ada lagi kematian unggas,” ucap Ambar. Siang kemarin, petugas dari Balai Besar Veteriner (BBVET) juga melakukan pemeriksaan lanjutan. Sebelumnya mereka telah melakukan uji laboratorium dan memastikan penyebab matinya unggas karena virus H5N1. Hanya saja, jenisnya apa, itu yang masih diselidiki. “H5N1 pasti, tetapi jenisnya apa yang masih kami teliti,” ungkap Patologis BBVET Wates, Waluyo Budi Priyono.

Sebelumnya, uji sampel yang dilakukan PDSR dari Diskepenak Kulonprogo menggunakan rapid test dan hasilnya negatif. Namun dengan metode yang sama, yang dilakukan oleh BBVET hasilnya positif. “Musim penghujan memang menjadikan unggas rentan diserang penyakit,” ujarnya.

Kuntadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8899 seconds (0.1#10.140)