Pertumbuhan Hotel Gerogoti Okupansi 26%

Senin, 12 Januari 2015 - 11:25 WIB
Pertumbuhan Hotel Gerogoti Okupansi 26%
Pertumbuhan Hotel Gerogoti Okupansi 26%
A A A
YOGYAKARTA - Yogyakarta menjadi destinasi utama wisatawan domestik dan mancanegara. Investor pun melihatnya sebagai peluang untuk berlomba- lomba membangun hotel.

Akibatnya, pertumbuhan bangunan hotel tak bisa terbendung lagi. Akibat dari menjamurnya pembangunan hotel, kini mulai dirasakan pengelola industri tersebut. Ketua Persatuan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab Danunegoro mengatakan, periode kedua kepemimpinannya diha dapkan pada berbagai tantangan besar bisnis hotel di Yogyakarta.

Tantangan yang paling besar terkait pembatasan pelarangan pegawai negeri sipil (PNS) rapat di hotel, serta semakin menjamurnya keberadaan hotel di Yogyakarta. “Pembatasan (peng gunaan oleh PNS) hotel menyebabkan penurunan pendapatan sampai 40% di tahun ini,” ucap Istdijab, kemarin.

Tantangan lainnya adalah pertumbuhan hotel yang tidak sebanding dengan angka kunjungan. Akibatnya, hotel-hotel di Yogyakarta kelebihan suplai kamar. Kondisi itu, lanjut dia, akan sangat terasa di waktu-waktu low season. Selain hotel berbintang, ujar Istidjab, dampak penurunan hunian dirasakan oleh hotel melati. Pada 2012–2013 tingkat hunian turun 15% dan 2013–2014 turun lagi 26%.

Selain hal itu, beber dia, hotel- hotel di Yogyakarta juga perlu menjalani sertifikasi hotel berbintang. PHRI hanya bisa mendorong sertifikasi karena ada lembaga khusus yang menanganinya. Sertifikasi wajib dila kukan tidak hanya bagi hotel yang belum bersertifikat, tapi juga yang masa berlakunya habis. Ini menjadi salah satu tantangan bagaimana PHRI mendorong anggotanya menyiapkan sertifikasi tersebut.

Istidjab berharap di kepemimpinannya, para pelaku pariwisata bisa bersinergi dengan PHRI. Pihaknya ingin meningkatkan kerja sama dengan Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY), agen pariwisata, dan dinas pariwisata demi kemajuan pariwisata di Yogyakarta. “Bila pariwisata maju, otomatis akan berdampak pada bisnis hospitality,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY Edwin Ismedi Himna mengutarakan, maraknya pertumbuhan hotel dengan jumlah wisatawan yang datang terdapat tren berbeda. Jika musim liburan atau high season jumlah kunjungan wisatawan bisa meningkat 50%, tak mengherankan okupansi hotel berbintang nyaris 100%.

Seperti musim liburan Natal dan Tahun Baru beberapa waktu lalu. Di mana jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta meningkat dibanding 2013 lalu. “Yogyakarta memang masih menjadi kota yang memiliki daya tarik luar biasa terutama ketika musim liburan. Tapi pada musim low season jumlah kunjungan wisatawan bisa turun 20–30%.

Pada musim ini pertumbuhan hotel yang banyak di DIY tidak sebanding dengan tamu yang datang. Strategi yang dilakukan hotel biasanya lebih meningkatkan tamu dari sektor MICE,” katanya.

Windy Anggraina
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3293 seconds (0.1#10.140)