Kodim Gerakkan Babinsa Bertanam Hidroponik

Sabtu, 10 Januari 2015 - 11:23 WIB
Kodim Gerakkan Babinsa Bertanam Hidroponik
Kodim Gerakkan Babinsa Bertanam Hidroponik
A A A
YOGYAKARTA - Luas lahan menjadi problem serius bagi penduduk perkotaan. Keterbatasan lahan membuat masyarakat kota kerap kesulitan untuk melakukan banyak kegiatan bermanfaat seperti bercocok tanam.

Tapi sejak teknik bercocok tanam dengan sistem hidroponik, keterbatasan lahan tidak lagi menjadi masalah. Lahan sempit tetap bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Hasilnya tidak saja bisa dinikmati sendiri, namun juga bisa menjadi sumber tambahan finansial. Belakangan, bercocok tanam hidroponik pun kian populer dan banyak diterapkan masyarakat hingga kalangan usaha.

Sadar potensi ini cukup besar, Kodim 0734 Yogyakarta pun tak ingin ketinggalan. Seluruh Babinsa dikumpulkan dan diajari cara bercocok tanam sistem hidroponik. Tak tanggung- tanggung, agar sukses, Komandan Kodim 0734/Yka Letkol Inf Renal A Sinaga sengaja mendatangkan instruktur dari Solo, Jawa Tengah.

Upaya ini bukan tanpa alasan. Di samping mengoptimalkan serbuan teritorial, Dandim ingin Babinsa sekaligus menjadi motor penggerak salah satu program ketahanan pangan di tengah masyarakat. Prinsipnya sederhana, jika Babinsa paham dan bisa menerapkannya, maka dia akan bisa mendorong serta mengajari yang lainnya.

“Jadi biar Babinsanya bisa dulu, baru setelah itu diterapkan di lingkungan. Kalau ada yang belum bisa, didorong atau diajari. Karena manfaatnya luar biasa besar, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan lainnya,” ucap Renal.

Implementasi teknik ini memang cukup sederhana. Mulamula disiapkan tempat yang akan digunakan untuk media tanam. Media dibuatkan dari pipa paralon ukuran besar yang sudah dilubangi di salah satu bagiannya secara berjajar. Pipa kemudian dibuat bertingkat agar benih yang ditanam lebih banyak.

Di bagian ujung setiap pipa diberi saluran air yang sudah ditentukan kadarnya. Air inilah yang kemudian akan menjadi nutrisi bagi tanaman yang ada. Sedangkan tanaman sebelumnya disemai hingga seukuran biji kecambah. Setelah itu ditempatkan pada medium dari plastik sebelum disimpan di pipa yang sudah disiapkan.

Pada tahap awal, memang dibutuhkan sedikit biaya untuk menyiapkan media tanam. Tapi, setelah panen perdana baru akan terlihat hasilnya. Ini dibuktikan lewat panen perdana tanaman hidroponik yakni selada di lingkungan kodim 0734/Yka setelah melewati kurun waktu 1,5 bulan. Hasilnya cukup menggembirakan.

Tanaman selada tumbuh subur dan cantik. Hasil panen seluruhnya dibagikan untuk prajurit sebagai oleh-oleh. “Kalau sudah lihat hasilnya, nanti tinggal dipraktikkan di rumah masing-masing,” kata Dandim.

Morfin, instruktur penanaman hidroponik mengatakan, teknik ini menekankan pada pemenuhan nutrisi bagi tanaman. “Selama nutrisinya terpenuhi, tanaman akan tetap tumbuh,” ucapnya. Agoes, 37, salah satu warga Sleman, mengaku tertarik menjajal metode hidroponik. Metode ini dinilai bisa menjadi solusi karena pekarangan rumahnya tidak terlalu besar.

Padahal, dia ingin bercocok tanam agar bisa menghasilkan sayuran segar sendiri. “Belajar teorinya sudah, tinggal praktiknya saja, ” ucapnya.

Sodik
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6481 seconds (0.1#10.140)