Cerita Penyelam tentang Sulitnya Dokumentasikan Evakuasi AirAsia
A
A
A
PANGKALAN BUN - Bukan hal mudah bagi Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan pencarian korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Salah satunya yang dialami para penyelam dari Tim Penyelam TNI Angkatan Laut dalam melakukan gambar atau proses dokumentasi bawah air untuk kepentingan pencarian pesawat nahas itu.
Tim Penyelam itu berasal dari bagian Dokumentasi Dinas Penerangan Angkatan Laut (AL).
Sersan Mayor Rudi Hartanto, penyelam profesional dan kameraman bawah laut di Dinas Penerangan TNI AL menceritakan kesulitannya saat mengabadikan aktivitas penyelaman untuk evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501.
"Kesulitannya di bawah air kita harus memegang dua kamera. Satu kamera (DSLR) untuk mengambil foto dan satu lagi video evakuasi yang dilakukan tim penyelam TNI AL," ujar pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur 54 tahun lalu kepada Sindonews, Rabu 7 Januari 2015.
Belum lagi terjangan arus bawah laut saat dirinya hendak mengabadikan gambar di bawah laut. "Kalau sudah kena arus, kami enggak bisa fokus. Hasilnya jadi shaking (goyang). Mau tidak mau, ya kita harus ulang lagi," tuturnya.
Soal dokumentasi proses evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501, Rudi menuturkan lumpur yang pekat merupakan tantangan tersendiri. (Baca: Lumpur di Dasar Laut Jadi Tantangan Terbesar Penyelam)
"Sekarang kan medan kita di bawah laut itu lumpur. Kita masuk dikit ada pergerakan lumpur. Visibilitas juga kadang sampai nol meter untuk melihat saja susah, apalagi untuk mengambil gambar," tutur Rudi.
Salah satunya yang dialami para penyelam dari Tim Penyelam TNI Angkatan Laut dalam melakukan gambar atau proses dokumentasi bawah air untuk kepentingan pencarian pesawat nahas itu.
Tim Penyelam itu berasal dari bagian Dokumentasi Dinas Penerangan Angkatan Laut (AL).
Sersan Mayor Rudi Hartanto, penyelam profesional dan kameraman bawah laut di Dinas Penerangan TNI AL menceritakan kesulitannya saat mengabadikan aktivitas penyelaman untuk evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501.
"Kesulitannya di bawah air kita harus memegang dua kamera. Satu kamera (DSLR) untuk mengambil foto dan satu lagi video evakuasi yang dilakukan tim penyelam TNI AL," ujar pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur 54 tahun lalu kepada Sindonews, Rabu 7 Januari 2015.
Belum lagi terjangan arus bawah laut saat dirinya hendak mengabadikan gambar di bawah laut. "Kalau sudah kena arus, kami enggak bisa fokus. Hasilnya jadi shaking (goyang). Mau tidak mau, ya kita harus ulang lagi," tuturnya.
Soal dokumentasi proses evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501, Rudi menuturkan lumpur yang pekat merupakan tantangan tersendiri. (Baca: Lumpur di Dasar Laut Jadi Tantangan Terbesar Penyelam)
"Sekarang kan medan kita di bawah laut itu lumpur. Kita masuk dikit ada pergerakan lumpur. Visibilitas juga kadang sampai nol meter untuk melihat saja susah, apalagi untuk mengambil gambar," tutur Rudi.
(dam)