Pedagang Klewer Jadi PKL
A
A
A
SOLO - Para pedagang Pasar Klewer yang menjadi korban kebakaran nekat menjadi pedagang kaki lima (PKL) di sejumlah ruas jalan di Kota Solo.
Sebab, mereka harus berdagang agar tetap mendapat pemasukan, sementara pasar darurat tak kunjung dibangun. Berdasar pantauan KORAN SINDO, para pedagang tersebut menggelar dagangan mereka di kawasan Jalan Supit Urang Keraton Kasunanan Surakarta, Jalan Kiai Gede Sala, serta Jalan Alun-alun Utara.
Ada juga yang menggunakan areal parkir di sekitar Masjid Agung Solo dan sejumlah titik lainnya. Mereka menggelar dagangan menggunakan mobil, sepeda motor, serta gerobak bongkar pasang yang ditata sedemikian rupa. Sehingga saat ada halangan seperti hujan atau razia petugas parkir, para pedagang bisa langsung pergi dari lokasi dan mencari tempat yang lebih aman untuk berjualan.
Pejabat Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Kusbani menyebutkan, para pedagang nekat menjadi PKL karena terdesak kebutuhan. Menurut dia, satu-satunya pendapatan para pedagang berasal dari berjualan pakaian. Sedangkan selama pasar terbakar, para pedagang itu praktis tidak memiliki pemasukan yang pasti.
Sehingga mereka nekat menjadi PKL, agar mendapatkan penghasilan. Alasan lain mereka menjadi PKL karena lambannya pembangunan pasar darurat yang dilakukan oleh Pemerintah Kota solo.
Sehingga mereka memiliki inisiatif sendiri untuk menggerakkan roda perekonomian dengan cara menjadi pedagang kaki lima. “Pascakebakaran, pengeluaran terus ada, sedangkan pendapatan para pedagang sama sekali tidak ada,” ucapnya.
Dengan kondisi itu, pihaknya berharap Pemerintah Kota Solo memberikan kelonggaran kepada mereka selama menjadi PKL. Nantinya jika pasar darurat sudah dibangun, para pedagang akan pindah ke pasar darurat.
Salah satu pedagang, Abdul Muhammad berharap, Pemerintah Kota Solo segera membangun pasar darurat bagi para pedagang. Jika tidak segera dibangun, para pedagang akan semakin dirundung kesedihan dan kerugian luar biasa. “Mau buka lapak di pinggir jalan saja rebutan, mana yang lebih dahulu datang. Mendingan segera dibangunkan pasar darurat agar semua bisa berjualan bersama,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Pengelola Pasar Solo berupaya untuk menampung para pedagang korban kebakaran Pasar Klewer ke 11 pasar tradisional. Dari belasan pasar itu, ada sekitar 315 kios yang bisa ditempati sambil menunggu pasar darurat selesai dibangun. “Ini sifatnya hanya tawaran. Kalau mau, mereka bisa cepat menghubungi kami agar secepatnya diproses. Kalau tidak, ya menunggu pasar darurat dibangun,” kata Kepala Dinas Pengelola Pasar Solo, Susbagiyo.
Sebanyak 315 kios yang ditawarkan untuk para pedagang Klewer itu di antaranya Pasar Pucang Sawit, Pasar Panggung Rejo, Pasar Ngarsopuro, Pasar Legi, Pasar Harjodaksino, Pasar Nusukan, Pasar Kleco, Pasar Kembang, Pasar Kadipolo, dan Pasar Kliwon.
Menurut dia, untuk pedagang Pasar Klewer yang kiosnya terbakar, kini sebagian juga sudah ada yang pindah di pusat perdagangan Benteng Trade Center (BTC). “Menurut pengelolanya, ada sebanyak 90 pedagang yang sudah pindah di pusat perdagangan ini,” katanya.
Menyinggung mengenai pasar darurat, Subagiyo mengatakan, sekarang ini sedang diupayakan. Hanya saja, untuk tempatnya belum bisa dipastikan karena Pemkot Surakarta sudah tidak punya lahan sendiri.
Arief Setiadi/ant
Sebab, mereka harus berdagang agar tetap mendapat pemasukan, sementara pasar darurat tak kunjung dibangun. Berdasar pantauan KORAN SINDO, para pedagang tersebut menggelar dagangan mereka di kawasan Jalan Supit Urang Keraton Kasunanan Surakarta, Jalan Kiai Gede Sala, serta Jalan Alun-alun Utara.
Ada juga yang menggunakan areal parkir di sekitar Masjid Agung Solo dan sejumlah titik lainnya. Mereka menggelar dagangan menggunakan mobil, sepeda motor, serta gerobak bongkar pasang yang ditata sedemikian rupa. Sehingga saat ada halangan seperti hujan atau razia petugas parkir, para pedagang bisa langsung pergi dari lokasi dan mencari tempat yang lebih aman untuk berjualan.
Pejabat Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Kusbani menyebutkan, para pedagang nekat menjadi PKL karena terdesak kebutuhan. Menurut dia, satu-satunya pendapatan para pedagang berasal dari berjualan pakaian. Sedangkan selama pasar terbakar, para pedagang itu praktis tidak memiliki pemasukan yang pasti.
Sehingga mereka nekat menjadi PKL, agar mendapatkan penghasilan. Alasan lain mereka menjadi PKL karena lambannya pembangunan pasar darurat yang dilakukan oleh Pemerintah Kota solo.
Sehingga mereka memiliki inisiatif sendiri untuk menggerakkan roda perekonomian dengan cara menjadi pedagang kaki lima. “Pascakebakaran, pengeluaran terus ada, sedangkan pendapatan para pedagang sama sekali tidak ada,” ucapnya.
Dengan kondisi itu, pihaknya berharap Pemerintah Kota Solo memberikan kelonggaran kepada mereka selama menjadi PKL. Nantinya jika pasar darurat sudah dibangun, para pedagang akan pindah ke pasar darurat.
Salah satu pedagang, Abdul Muhammad berharap, Pemerintah Kota Solo segera membangun pasar darurat bagi para pedagang. Jika tidak segera dibangun, para pedagang akan semakin dirundung kesedihan dan kerugian luar biasa. “Mau buka lapak di pinggir jalan saja rebutan, mana yang lebih dahulu datang. Mendingan segera dibangunkan pasar darurat agar semua bisa berjualan bersama,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Pengelola Pasar Solo berupaya untuk menampung para pedagang korban kebakaran Pasar Klewer ke 11 pasar tradisional. Dari belasan pasar itu, ada sekitar 315 kios yang bisa ditempati sambil menunggu pasar darurat selesai dibangun. “Ini sifatnya hanya tawaran. Kalau mau, mereka bisa cepat menghubungi kami agar secepatnya diproses. Kalau tidak, ya menunggu pasar darurat dibangun,” kata Kepala Dinas Pengelola Pasar Solo, Susbagiyo.
Sebanyak 315 kios yang ditawarkan untuk para pedagang Klewer itu di antaranya Pasar Pucang Sawit, Pasar Panggung Rejo, Pasar Ngarsopuro, Pasar Legi, Pasar Harjodaksino, Pasar Nusukan, Pasar Kleco, Pasar Kembang, Pasar Kadipolo, dan Pasar Kliwon.
Menurut dia, untuk pedagang Pasar Klewer yang kiosnya terbakar, kini sebagian juga sudah ada yang pindah di pusat perdagangan Benteng Trade Center (BTC). “Menurut pengelolanya, ada sebanyak 90 pedagang yang sudah pindah di pusat perdagangan ini,” katanya.
Menyinggung mengenai pasar darurat, Subagiyo mengatakan, sekarang ini sedang diupayakan. Hanya saja, untuk tempatnya belum bisa dipastikan karena Pemkot Surakarta sudah tidak punya lahan sendiri.
Arief Setiadi/ant
(ftr)