2015, Tahun Pertumbuhan Sumut
A
A
A
TAHUN baru punya makna tersendiri bagi setiap orang. Perputaran bulan yang kembali bergulir dari awal juga dimaknai menjadi harapan baru bagi semua orang untuk bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.
Begitu pula warga SumateraUtara (Sumut), tentu menginginkan sebuah perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang. Sejumlah pengamat menilai tahun 2015 menyimpan segudang harapan bagi masyarakat, tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Pengamat ekonomidari Universitas Negeri Medan (Unimed) Muhammad Ishak mengatakan, apa yang menghambat laju pertumbuhan pembangunan terutama di bidang ekonomi masih sama. Permasalahan yang terjadi sebelumnya itu belum berhasil dituntaskan pada 2014 dan kembali berdampak pada kondisi di tahun berikutnya.
“Adapun permasalahan yang dialami adalah energi, di mana distribusienergi dinilaibelummerata dan masih mengalami krisis listrik,” katanya kepada KORAN SINDOMEDAN belumlamaini. Selanjutnya, kondisi infrastruktur di Sumut masih belum mendukung percepatan kemajuan ekonomi. Infrastruktur bukan hanya sekadar jalan raya semata, tetapi kebijakan yang dikeluarkan sering kontraproduktif dengan percepatan ekonomi Sumut.
“Misalnya, pelaku UMKM dikenakan pajak. Padahal tanpa dibebani pajak mereka sudah terbebani karena biaya mahal dan sumber dana minim. Seharusnya kebijakan itu harus benar memperhatikan kondisi ekonomi,” papar Ishak. Permasalahan buruh dan pengusaha juga belum bisa terselesaikan di 2014 dan akan menjadi permasalahan serius di tahun ini. Hubungan antara pengusaha dan buruh cukup memburuk dari tahun ke tahun.
Di saat buruh belum mendapatkan rasa puas tentang hal yang mereka dapatkan karena belum merasa sejahtera dengan kondisi yang ada (upah masih minim). Menurut Ishak, buruh seharusnya bukan meminta kenaikan upah saja. Pasalnya, dengan kenaikan upah akan menambah biaya produksi yang akan membuat produk dari pabrik itu mahal sementara yang membelinya adalah buruh sendiri.
Untuk itu, yang penting adalah peningkatan keahlian (skill ). Mengenai target pertumbuhan ekonomi 6% dinilai sudah sesuai target yang dicanangkan di Sumut ataupun Kota Medan. Namun, peningkatan ekonomi itu tidak dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat Sumut, melainkan oleh segelintir orang yakni pengusaha.
“Hanya sekitar 5-10% penduduk Sumut yang menikmati pertumbuhan ekonomi itu yakni para pengusaha, bukan warga. Intinya, tercapai pertumbuhan ekonomi 6%, tapi kualitas pertumbuhan tidak bagus,” paparnya. Sementara itu, inflasi diperkirakan mencapai 6% lantaran adanya penurunan harga BBM awal tahun ini.
Dia berharap harga kebutuhan lain ikut turun agar daya beli masyarakat semakin meningkat. Lebih lanjut Ishak mengatakan pemerintah tidak bisa dijadikan seutuhnya sebagai leader pembangunan dalam ekonomi karena kita menggunakan mekanisme pasar yang menggerakkan ekonomi. Akan tetapi pemerintah dan pelaku usaha tetap memiliki peran dalam pembangunan ekonomi.
“Perubahan pemikiran yang fundamental pelaku bisnis harus memahami kondisi ekonomi bukan sikit-sikit pemerintah,” tandasnya. Ishak juga menilai sektor pariwisata dikombinasikan dengan kuliner dan budaya yang paling menjanjikan di tahun 2015 ini. Selanjutnya, di sektor pertanian.
Berbeda dengan sektor UMKM dinilai belum siap memberikan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi lantaran era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diterapkan di 2015 ini belum siap di ikuti oleh UMKM. Menurutnya, jika bersaing dengan luar negeri dan provinsi lain Sumut belum tentu menang lantaran tidak memiliki manajemen dan keahlian yang memadani sehingga tidak memiliki kalkulasi bisnis.
Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dadang Darmawan menilai kondisi politik di Sumut secara keseluruhan sama dengan tahun sebelumnya. “Di tahun 2015 masih sama dengan tahun 2014 karena kemauan pemerintah dan partai politik tidak ada untuk memajukan politik di Sumut akan. Tetap saja datar,” katanya.
Menurut dia, kondisi politik di Sumut masih diwarnai konflik yang terjadi antarlembaga legislatif dan eksekutif. DPRD Medan dan Pemprov Sumut masih memiliki perbedaan kepentingan dalam pembangunan di Sumut. Selanjutnya, tidak ada penguatan pendidikan politik. Tidak ada upaya yang serius untuk meningkatkan mental masyarakat. Padahal pendidikan politik adalah tugas dan fungsi partai politik dan pemerintah.
“Pendidikan politik di Sumut sangat rendah sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan Sumut sangat rendah. Bahkan sering tertutup, baik di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota,” ungkapnya. Meski demikian, dia optimistis benturan yang terjadi dalam perpolitikan Sumut dan Medan hanya terjadi di tingkat elite dan tidak sampai pada masyarakat.
Selanjutnya, dinamika politik masih stabil. Terkait Pilkada Medan yang direncanakan 2015, masyarakat tidak terlalu antusias tetapi masih berjalan kondusif. Hiruk-pikuk perpolitikan di pilkada nanti hanya diramaikan kandidat serta anggotanya yang sibuk. Sementara itu, kubu KMP dan KIH di tingkat nasional tidak begitu berpengaruh dengan politik lokal.
Bahkan di tingkal lokal kedua koalisi terlihat kompromi. Sementaraitu, kebijakandari Pemprov Sumut dan Pemko Medan dinilai tidak memiliki terobosan yang sifatnya membongkar sesuatu yang sudah lapuk dan umumnya kebijakan hanya bersifat umum. Misalnya, terkait MEA tidak ada kebijakan kedua daerah tersebut pada kebijakan perincian yang membangun UMKM..
“Lihat saja kebijakan infrastruktur tidak mengalami kemajuan dan PLN saja masih mati-mati,” ujarnya. Pengamat hukum di Medan Surya Adinata menyoroti masalah kejahatan dinilai akan mengalami peningkatan apabila pihak kepolisian, pemerintah pemprov/pemko, dan masyarakat tidak bekerja sama dalam menguranginya. Angka kejahatan akan berkurang jika mereka bersinergi.
“Yang namanya kejahatan tidak bisa diprediksi. Tergantung kinerja semua pihak kepolisian, pemrov/ pemko dan masyarakat bekerja sesuai tupoksinya,” kata Surya yang juga Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan. Peran masyarakat sangat penting dalam menuntaskan kejahatan kriminal. Untuk itu, perlu dilakukan penjagaan di lingkungan dengan jaga malam mencegah terjadi kriminalitas maka 2015.
Sementara itu, pihak kepolisian harus meningkatkan patroli di tempat-tempat yang rawan akan kejahatan. Untuk kejahatan yang masih sering terjadi, katanya kejahatan perampokan, pencurian, gang motor, narkoba. Menurutnya, narkoba di Medan saat ini terus mengalamipeningkatan.
Dia mengapresiasi Polresta Medan yang sering menangkap pelaku tindak pidana narkoba. Polresta juga haruslebihbanyaklagi mengungkap hal itu dengan bantuan masyarakat mau menyampaikan kepada polisi. Dengan menggunakan narkoba akan berbuntut pada kejahatan lainnya seperti pencurian, perampokan dan lainnya. “Tahun 2015 masyarakat harus berperan dan jangan takut,” tandasnya.
Irwan siregar
Begitu pula warga SumateraUtara (Sumut), tentu menginginkan sebuah perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang. Sejumlah pengamat menilai tahun 2015 menyimpan segudang harapan bagi masyarakat, tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Pengamat ekonomidari Universitas Negeri Medan (Unimed) Muhammad Ishak mengatakan, apa yang menghambat laju pertumbuhan pembangunan terutama di bidang ekonomi masih sama. Permasalahan yang terjadi sebelumnya itu belum berhasil dituntaskan pada 2014 dan kembali berdampak pada kondisi di tahun berikutnya.
“Adapun permasalahan yang dialami adalah energi, di mana distribusienergi dinilaibelummerata dan masih mengalami krisis listrik,” katanya kepada KORAN SINDOMEDAN belumlamaini. Selanjutnya, kondisi infrastruktur di Sumut masih belum mendukung percepatan kemajuan ekonomi. Infrastruktur bukan hanya sekadar jalan raya semata, tetapi kebijakan yang dikeluarkan sering kontraproduktif dengan percepatan ekonomi Sumut.
“Misalnya, pelaku UMKM dikenakan pajak. Padahal tanpa dibebani pajak mereka sudah terbebani karena biaya mahal dan sumber dana minim. Seharusnya kebijakan itu harus benar memperhatikan kondisi ekonomi,” papar Ishak. Permasalahan buruh dan pengusaha juga belum bisa terselesaikan di 2014 dan akan menjadi permasalahan serius di tahun ini. Hubungan antara pengusaha dan buruh cukup memburuk dari tahun ke tahun.
Di saat buruh belum mendapatkan rasa puas tentang hal yang mereka dapatkan karena belum merasa sejahtera dengan kondisi yang ada (upah masih minim). Menurut Ishak, buruh seharusnya bukan meminta kenaikan upah saja. Pasalnya, dengan kenaikan upah akan menambah biaya produksi yang akan membuat produk dari pabrik itu mahal sementara yang membelinya adalah buruh sendiri.
Untuk itu, yang penting adalah peningkatan keahlian (skill ). Mengenai target pertumbuhan ekonomi 6% dinilai sudah sesuai target yang dicanangkan di Sumut ataupun Kota Medan. Namun, peningkatan ekonomi itu tidak dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat Sumut, melainkan oleh segelintir orang yakni pengusaha.
“Hanya sekitar 5-10% penduduk Sumut yang menikmati pertumbuhan ekonomi itu yakni para pengusaha, bukan warga. Intinya, tercapai pertumbuhan ekonomi 6%, tapi kualitas pertumbuhan tidak bagus,” paparnya. Sementara itu, inflasi diperkirakan mencapai 6% lantaran adanya penurunan harga BBM awal tahun ini.
Dia berharap harga kebutuhan lain ikut turun agar daya beli masyarakat semakin meningkat. Lebih lanjut Ishak mengatakan pemerintah tidak bisa dijadikan seutuhnya sebagai leader pembangunan dalam ekonomi karena kita menggunakan mekanisme pasar yang menggerakkan ekonomi. Akan tetapi pemerintah dan pelaku usaha tetap memiliki peran dalam pembangunan ekonomi.
“Perubahan pemikiran yang fundamental pelaku bisnis harus memahami kondisi ekonomi bukan sikit-sikit pemerintah,” tandasnya. Ishak juga menilai sektor pariwisata dikombinasikan dengan kuliner dan budaya yang paling menjanjikan di tahun 2015 ini. Selanjutnya, di sektor pertanian.
Berbeda dengan sektor UMKM dinilai belum siap memberikan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi lantaran era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diterapkan di 2015 ini belum siap di ikuti oleh UMKM. Menurutnya, jika bersaing dengan luar negeri dan provinsi lain Sumut belum tentu menang lantaran tidak memiliki manajemen dan keahlian yang memadani sehingga tidak memiliki kalkulasi bisnis.
Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dadang Darmawan menilai kondisi politik di Sumut secara keseluruhan sama dengan tahun sebelumnya. “Di tahun 2015 masih sama dengan tahun 2014 karena kemauan pemerintah dan partai politik tidak ada untuk memajukan politik di Sumut akan. Tetap saja datar,” katanya.
Menurut dia, kondisi politik di Sumut masih diwarnai konflik yang terjadi antarlembaga legislatif dan eksekutif. DPRD Medan dan Pemprov Sumut masih memiliki perbedaan kepentingan dalam pembangunan di Sumut. Selanjutnya, tidak ada penguatan pendidikan politik. Tidak ada upaya yang serius untuk meningkatkan mental masyarakat. Padahal pendidikan politik adalah tugas dan fungsi partai politik dan pemerintah.
“Pendidikan politik di Sumut sangat rendah sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan Sumut sangat rendah. Bahkan sering tertutup, baik di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota,” ungkapnya. Meski demikian, dia optimistis benturan yang terjadi dalam perpolitikan Sumut dan Medan hanya terjadi di tingkat elite dan tidak sampai pada masyarakat.
Selanjutnya, dinamika politik masih stabil. Terkait Pilkada Medan yang direncanakan 2015, masyarakat tidak terlalu antusias tetapi masih berjalan kondusif. Hiruk-pikuk perpolitikan di pilkada nanti hanya diramaikan kandidat serta anggotanya yang sibuk. Sementara itu, kubu KMP dan KIH di tingkat nasional tidak begitu berpengaruh dengan politik lokal.
Bahkan di tingkal lokal kedua koalisi terlihat kompromi. Sementaraitu, kebijakandari Pemprov Sumut dan Pemko Medan dinilai tidak memiliki terobosan yang sifatnya membongkar sesuatu yang sudah lapuk dan umumnya kebijakan hanya bersifat umum. Misalnya, terkait MEA tidak ada kebijakan kedua daerah tersebut pada kebijakan perincian yang membangun UMKM..
“Lihat saja kebijakan infrastruktur tidak mengalami kemajuan dan PLN saja masih mati-mati,” ujarnya. Pengamat hukum di Medan Surya Adinata menyoroti masalah kejahatan dinilai akan mengalami peningkatan apabila pihak kepolisian, pemerintah pemprov/pemko, dan masyarakat tidak bekerja sama dalam menguranginya. Angka kejahatan akan berkurang jika mereka bersinergi.
“Yang namanya kejahatan tidak bisa diprediksi. Tergantung kinerja semua pihak kepolisian, pemrov/ pemko dan masyarakat bekerja sesuai tupoksinya,” kata Surya yang juga Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan. Peran masyarakat sangat penting dalam menuntaskan kejahatan kriminal. Untuk itu, perlu dilakukan penjagaan di lingkungan dengan jaga malam mencegah terjadi kriminalitas maka 2015.
Sementara itu, pihak kepolisian harus meningkatkan patroli di tempat-tempat yang rawan akan kejahatan. Untuk kejahatan yang masih sering terjadi, katanya kejahatan perampokan, pencurian, gang motor, narkoba. Menurutnya, narkoba di Medan saat ini terus mengalamipeningkatan.
Dia mengapresiasi Polresta Medan yang sering menangkap pelaku tindak pidana narkoba. Polresta juga haruslebihbanyaklagi mengungkap hal itu dengan bantuan masyarakat mau menyampaikan kepada polisi. Dengan menggunakan narkoba akan berbuntut pada kejahatan lainnya seperti pencurian, perampokan dan lainnya. “Tahun 2015 masyarakat harus berperan dan jangan takut,” tandasnya.
Irwan siregar
(ars)