Tahun Baru Kelabu SMA Dempo

Sabtu, 03 Januari 2015 - 13:17 WIB
Tahun Baru Kelabu SMA Dempo
Tahun Baru Kelabu SMA Dempo
A A A
MALANG - Soe Hoek Gie, dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran, menulis, berbahagialah orang yang mati muda. Hanya dengan jalan ini beban dosa tidak terlalu berat.

Shoe panggilan akrab kakak kandung Kwiek Kien Gie, mantan Menko Perekonomian dan Kepala Bappenas era Presiden Megawati Soekarnoputri ini mengurai duka hati atas rekannya, Arif Rachman Hakim, mahasiswa angkatan 66 yang tewas ditembak oknum anggota ABRI saat melakukan aksi demonstrasi menuntut pembubaran PKI.

Memang tidak ada relevansi antara tewasnya mahasiswa FK UI Jakarta ini dengan Kevin Alexander, siswa SMA Katolik St Albertus Dempo Malang, yang menjadi salah satu korban dalam pesawat AirAsia QZ8501 pada Minggu, 28 Desember 2014. Akan tetapi ada benang merah yang bisa diurai dari dua peristiwa yang berbeda, namun sama-sama menyapu publik hingga dunia Internasional.

Arief dan Kevin merupakan dua anak muda yang mati secara tragis di usia muda. Arif Rachman meninggal dunia pada berusia 23 tahun. Sementara Kevin pada tanggal 1 Januari 2015, genap 22 tahun. Kevin adalah satu dari tiga jenazah yang berhasil diidentifikasi Tim Disaster and Victim Identification (DVI) Polda Jatim.

Selain Kevin, dua jenazah yang berhasil diidentifikasi adalah Grayson Herbert Linaksita, 11, asal Jalan Lebak Indah Mas 1/37 Surabaya; dan pramugari AirAsia, Kharunisa Haidar Fauzi, 22, asal Palembang. Kepergian Kevin Alexander yang akrab dipanggil Kevin, meninggalkan duka mendalam bagi segenap almamaternya SMA Katolik St Albertus Dempo Kota Malang.

Tahun baru ini merupakan tahun penuh duka bagi keluarga besar SMA Dempo. Beberapa siswa dan guru yang ditemui di sekolah yang berlokasi di Jalan Talang Kota Malang ini menyampaikan rasa duka mendalam. Mereka tidak menyangka, lulusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tahun 2011 ini pergi begitu cepat.

Yang menyayat perasaan adalah Kevin yang kini menuntut ilmu di Monash University Melbourne Australia, tewas bersama adik kandungnya, Cindy Clarisa, serta kedua orang tuanya, ayah Rudy Soetjipto dan ibunya Anggara Lindawati. Kevin yang tinggal di Jalan Terusan Tinombala nomor 15 RT 02 RW 01 Malang ini bersama keluarganya berwisata ke Singapura, sekaligus merayakan hari ulang tahunnya yang ke-22 pada 1 Januari 2015.

Kabar duka ini bagaikan awan kelabu menggelayut di atas atap SMAK St Albertus Dempo Malang. Betapa tidak, dari total 36 korban yang berasal dari Kota Malang, sepuluh di antaranya merupakan siswa dan alumni sekolah ini. Selain Kevin, mereka yang menjadi korban antara lain Susandhini Liman (1994), Ronny Handoyo (2002), Ruth Natalia (2007), Andrian Noventus (2011), Edward Febriantus (2014), Finna Handayani (2002).

Sementara adik Kevin, Cindy Clarissa Soetjipto tercatat sebagai siswi kelas X SMA Katolik St Albertus Dempo.Kwee Indar Prasetio Wijaya, ayah Bob Hartanto Wijaya, yang juga korban dalam peristiwa Minggu kelabu ini merupakan alumnus tahun 1977. Jenazah Bob bersama ayahnya Kwee Indar Prasetia, dan kekasihnya, Ruth Natalia, hingga kini belum ditemukan.

Humas SMAK Dempo mengatakan, ketika nama Kevin disebut sebagai salah satu korban bersama adiknya Cindy dan rekannya yang lain, pihak sekolah berharap cemas. Mereka tetap berharap mukjizat penyelamatan terjadi. ” Meski namanya tertera dengan jelas, termasuk adiknya Cindy dan kedua orang tuanya, kami tetap belum percaya dan berharap itu bukan Kevin murid kami,” ujar Humas SMAK St. Albertus Dempo, Petrus Paulus Wie, kemarin.

Guratan kepedihan tergambar jelas di wajah Gerardo Yusinanda Aji, salah satu adik kelas Kevin. Siswa Kelas XI A3 IPA ini mengisahkan, Kevin adalah sosok yang sopan dan ramah dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Kisah pilu yang menimpa Kevin juga membuat seorang gadis cantik bernama Clara terpukul. Gadis berambut pirang ini adalah mantan kekasih Kevin Alexander saat di SMP.

Clara tidak kuat menahan air matanya kala mendengar kekasihnya hilang bersama ”si burung besi” yang ditumpanginya. Clara begitu terpukul mendengar musibah jatuhnya pesawat AirAsia yang merenggut nyawa mantan kekasihnya itu. Sejak itu, Clara terus memantau setiap perkembangan mengenai mantan kekasihnya melalui siaran televisi dan CNN selama 24 jam. ”Ingin menangis saja kalau ingat Kevin,” ungkap Clara.

Air mata gadis berkulit putih bersih ini benar-benar tumpah saat iring-iringan mobil ambulans yang membawa jenazah Kevin memasuki pelataran rumah duka. Tepat pukul 17.00 WIB, mobil warna biru, dengan nomor polisi N 8078 AP dikawal dua anggota Patwal tiba di Malang. Saat jenazah diturunkan, Clara didampingi ibunya menangis sesenggukan.

Pada saat jenazah Kevin diturunkan, kebanyakan ibu-ibu larut dalam kepedihan. Hujan air mata turut menjemput Kevin. Apalagi di saat itu tidak terlihat satu pun anggota keluarga Kevin yang hadir.Tidak hanya Kevin, siswa lain yang juga menjadi korban adalah Edward Febriantus.

Edward sebagaimana dituturkan salah satu guru, Fery Wibisono, termasuk siswa berprestasi di sekolahnya. Selain itu, Edward juga terlibat dalam OSIS. ”Anaknya cerdas. Makanya kami merasa kehilangan salah satu siswa berprestasi dari SMA Dempo,” ujar Fery menerawang keceriaan mantan muridnya di kelas IPA ini.

Fery merupakan guru biologi yang pernah mengajar Edward. Sayang, sebelum mengharumkan nama sekolah dan bangsanya, Edward bersama murid lain harus pergi untuk selama-lamanya. Kini rumah di Perumahan Istana Dieng Tengah I no 6A, Malang tempat tinggal Edward, benar-benar sepi, dan tanpa penghuni.

Sebab, selain Edward, ada enam keluarganya menjadi korban pesawat AirAsia tersebut, dan hingga kini belum ditemukan.

Yosef Naiobe
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5914 seconds (0.1#10.140)