Jenazah Sitor Dimakamkan di Tanah Kelahirannya
A
A
A
KUALANAMU - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho membacakan sajak Sitor Situmorang berjudul Membalas Surat Bapak saat jenazah Sitor tiba di Terminal Kargo Bandara Internasional Kualanamu, Rabu (31/12) malam.
Sontak suasana haru dan khidmat meliputi terminal kargo. Pangdam I Bukit Barisan (BB) Mayjen TNI Winston P Simanjuntak, Pangkosek Hanudnas III Medan Marsekal Pertama TNI Supriharsanto, Danlantamal I Belawan Laksma Pulungan Prambudi, Wakapolda Sumut Brigjen Pol Basaruddin, Kepala BIN Sumut Brigjen TNI Tumino Hadi, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb S Chandra Siahaan hadir di lokasi.
Anggota DPD Parlindungan Purba, beberapa anggota DPRD Sumut, serta sejumlah sastrawan tampak serius menyimak kalimat demi kalimat karya sastrawan angkatan 1945 itu. “Hampir seluruh karya almarhum selalu menyenandungkan tentang kerinduan pada bonapasogit . Jasad boleh pergi, jiwa boleh mati, tetapi karya terus akan abadi menginspirasi kita yang ditinggalkannya,” ujar Gatot.
Pada pengujung tahun ini, Indonesia dirundung berita duka sekaligus membanggakan, yakni pesawat AirAsia yang terbang dari Surabaya ke Singapura kini telah ditemukan.
“Itu saya maksudkan membanggakan karena peristiwa yang sama pesawat penerbangan Malaysia sampai sekarang tidak ditemukan. Membanggakan karena ternyata putra- putri bangsa ini dengan semangat kerja, kerja, dan kerja, mampu membuktikan pada dunia bahwa dengan kerja yang sesungguhnya itu kemudian kita mampu mengurai berbagai permasalahan,” ujarnya.
Selain itu, gubernur mengungkapkan rasa duka dan bangga saat menghadapi jenazah sastrawan Indonesia Sitor Situmorang. Duka karena Sitor telah meninggalkan kita dan bangga bahwa ternyata putra Samosir, putra Sumut, membanggakan karya dan prestasinya, baik di tingkat nasional bahkan hingga luar negeri.
Meskipun Sitor sudah tiada, tetapi semangat dan karyanya dapat menjadi inspirasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut dalam berkarya. “Tidak hanya dalam bidang sastra, tapi Sitor-Sitor yang menginspirasi dan memelopori dalam seluruh sisi kehidupan kita agar ke depan Sumut menjadi provinsi yang berdaya saing maju dan sejahtera,” ujarnya.
Panitia penyambutan jenazah yang juga mantan Sekdaprov Sumut RE Nainggolan mengatakan, Sitor Situmorang memiliki kecintaan besar terhadap Sumut sehingga banyak menghasilkan karya sastra berisi keutamaan Sumut, seperti keindahan Danau Toba dan sejarah perjuangan Sisingamangaraja.
“Saking cintanya terhadap Sumut, beliau berpesan untuk dimakamkan di kampung halamannya jika meninggal,” katanya. Setelah penyambutan itu, jenazah Sitor Situmorang diberangkatkan menuju desa kelahirannya untuk dimakamkan pada 1 Januari 2015.
Sitor Situmorang merupakan sastrawan nasional asal Sumut lahir pada 2 Oktober 1924 di Kabupaten Tapanuli Utara di sebuah desa bernamaHarianbohoyangmenjadi salah satu judul sajaknya.
Sastrawan yang wafat pada 21 Desember 2014 itu, sempat menjadi wartawan pada tahun 40-an dan dipercaya menjadi Ketua Lembaga Kebudayaan Nusantara yang berafiliasi ke Partai Nasional Indonesia (PNI) pada masa pemerintahan Soekarno.
Budayawan yang menjadi pengagum Bung Karno tersebut pernah dipenjara sebagai tahanan politik pada 1967-1974. Sastrawan besar ini menulis sekitar 600 judul sajak antara 1948-2005.
Irwan Siregar
Sontak suasana haru dan khidmat meliputi terminal kargo. Pangdam I Bukit Barisan (BB) Mayjen TNI Winston P Simanjuntak, Pangkosek Hanudnas III Medan Marsekal Pertama TNI Supriharsanto, Danlantamal I Belawan Laksma Pulungan Prambudi, Wakapolda Sumut Brigjen Pol Basaruddin, Kepala BIN Sumut Brigjen TNI Tumino Hadi, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb S Chandra Siahaan hadir di lokasi.
Anggota DPD Parlindungan Purba, beberapa anggota DPRD Sumut, serta sejumlah sastrawan tampak serius menyimak kalimat demi kalimat karya sastrawan angkatan 1945 itu. “Hampir seluruh karya almarhum selalu menyenandungkan tentang kerinduan pada bonapasogit . Jasad boleh pergi, jiwa boleh mati, tetapi karya terus akan abadi menginspirasi kita yang ditinggalkannya,” ujar Gatot.
Pada pengujung tahun ini, Indonesia dirundung berita duka sekaligus membanggakan, yakni pesawat AirAsia yang terbang dari Surabaya ke Singapura kini telah ditemukan.
“Itu saya maksudkan membanggakan karena peristiwa yang sama pesawat penerbangan Malaysia sampai sekarang tidak ditemukan. Membanggakan karena ternyata putra- putri bangsa ini dengan semangat kerja, kerja, dan kerja, mampu membuktikan pada dunia bahwa dengan kerja yang sesungguhnya itu kemudian kita mampu mengurai berbagai permasalahan,” ujarnya.
Selain itu, gubernur mengungkapkan rasa duka dan bangga saat menghadapi jenazah sastrawan Indonesia Sitor Situmorang. Duka karena Sitor telah meninggalkan kita dan bangga bahwa ternyata putra Samosir, putra Sumut, membanggakan karya dan prestasinya, baik di tingkat nasional bahkan hingga luar negeri.
Meskipun Sitor sudah tiada, tetapi semangat dan karyanya dapat menjadi inspirasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut dalam berkarya. “Tidak hanya dalam bidang sastra, tapi Sitor-Sitor yang menginspirasi dan memelopori dalam seluruh sisi kehidupan kita agar ke depan Sumut menjadi provinsi yang berdaya saing maju dan sejahtera,” ujarnya.
Panitia penyambutan jenazah yang juga mantan Sekdaprov Sumut RE Nainggolan mengatakan, Sitor Situmorang memiliki kecintaan besar terhadap Sumut sehingga banyak menghasilkan karya sastra berisi keutamaan Sumut, seperti keindahan Danau Toba dan sejarah perjuangan Sisingamangaraja.
“Saking cintanya terhadap Sumut, beliau berpesan untuk dimakamkan di kampung halamannya jika meninggal,” katanya. Setelah penyambutan itu, jenazah Sitor Situmorang diberangkatkan menuju desa kelahirannya untuk dimakamkan pada 1 Januari 2015.
Sitor Situmorang merupakan sastrawan nasional asal Sumut lahir pada 2 Oktober 1924 di Kabupaten Tapanuli Utara di sebuah desa bernamaHarianbohoyangmenjadi salah satu judul sajaknya.
Sastrawan yang wafat pada 21 Desember 2014 itu, sempat menjadi wartawan pada tahun 40-an dan dipercaya menjadi Ketua Lembaga Kebudayaan Nusantara yang berafiliasi ke Partai Nasional Indonesia (PNI) pada masa pemerintahan Soekarno.
Budayawan yang menjadi pengagum Bung Karno tersebut pernah dipenjara sebagai tahanan politik pada 1967-1974. Sastrawan besar ini menulis sekitar 600 judul sajak antara 1948-2005.
Irwan Siregar
(ftr)