Kebugaran Tubuh Jadi Kunci Pengadil di Lapangan
A
A
A
Kebugaran menjadi faktor penting bagi seorang pengadil lapangan. Kondisi fisik jadi salah satu faktor lulus tidaknya mengikuti penyegaran wasit yang biasanya dilakukan menjelang bergulirnya kompetisi.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pemahaman rule of the game(aturan permainan) dan praktik lapangan. Dibanding beberapa item yang menjadi prasyarat kelulusan, kebugaran bisa jadi faktor penghambat serius. Tanpa dukungan kebugaran, peserta penyegaran dilarang bermimpi lulus.
Walaupun kebugaran tetap tak menggaransi kelulusan, tapi banyak wasit gagal menjaga kebugaran di tengah proses penyegaran. Ini dialami HM Irham. Dia sempat gagal mengikuti penyegaran wasit karena mengalami cedera menjalani fitnesstest. Tes ini memang tergolong berat, di mana peserta harus mengitari lapangan sepak bola sebanyak 10 kali putaran.
Padahal setiap putaran dalam tes tersebut dibatasi waktu. Setiap 150 meter harus dilewati tak lebih dari 30 detik. Batas waktu itu jelas tak akan bisa dilewati tanpa dukungan kebugaran dan bobot ideal sebagai pengadil lapangan. “Sekarang saya mulai rutin jogging setiap siang maupun sore untuk menurunkan berat badan. Yang paling efektif memang jogging siang hari, dan sekarang sudah mulai terasa hasilnya,” ucap Irham.
Strategi lain yang juga dilakukan adalah berlatih rutin, termasuk futsal. Dia tak ragu melibatkan diri dan menantang sparing tim jurnalis olahraga yang biasa mangkal di Asprov PSSI DIY. Hanya saja, Irham enggan tampil ngotot demi menghindari cedera. “Tujuannya hanya untuk menjaga kebugaran saja, jangan sampai cedera. Sebab waktu penyegaran wasit Divisi Utama Liga Indonesia sudah dekat, saya tidak ingin penyegaran saya terganjal cedera,” ucapnya.
Irham tak sendirian. Wasit lain turut ambil bagian. Sebut saja Priyo Catur Pamungkas, Deni Sugiarto, dan Kartiko Mustikaningtyas. Tiga nama terakhir bahkan lebih intensif melakoni sparing bersama jurnalis. “Mau penyegaran atau tidak, kebugaran tetap penting buat wasit,” kata Deni.
Dia mengatakan, sepintas, kerja wasit terlihat mudah. Tapi tanpa dukungan fisik prima, wasit akan kesulitan memimpin jalannya laga. Apalagi bila wasit harus memimpin partai krusial antara dua tim yang memiliki sejarah rivalitas. “Menjaga kondisi tetap prima tak bisa ditawar lagi,” ucapnya.
Deni menuturkan, bagi wasit ada beberapa opsi yang bisa dipilih dalam kariernya. Menjaga kondisi tetap prima agar bisa eksis menjadi pengadil lapangan, atau beralih menjadi pengawas pertandingan kalau kondisinya sudah tak memungkinkan. Misalnya, kesulitan menurunkan berat badan. Tapi semuanya tetap tak bisa didapat dengan mudah.
Termasuk menjadi pengawas pertandingan, yang juga membutuhkan kursus agar memiliki lisensi resmi. “Tapi bagi saya, selagi fisik memungkinkan, masih tetap memilih menjadi wasit,” tandasnya.
Sodik
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pemahaman rule of the game(aturan permainan) dan praktik lapangan. Dibanding beberapa item yang menjadi prasyarat kelulusan, kebugaran bisa jadi faktor penghambat serius. Tanpa dukungan kebugaran, peserta penyegaran dilarang bermimpi lulus.
Walaupun kebugaran tetap tak menggaransi kelulusan, tapi banyak wasit gagal menjaga kebugaran di tengah proses penyegaran. Ini dialami HM Irham. Dia sempat gagal mengikuti penyegaran wasit karena mengalami cedera menjalani fitnesstest. Tes ini memang tergolong berat, di mana peserta harus mengitari lapangan sepak bola sebanyak 10 kali putaran.
Padahal setiap putaran dalam tes tersebut dibatasi waktu. Setiap 150 meter harus dilewati tak lebih dari 30 detik. Batas waktu itu jelas tak akan bisa dilewati tanpa dukungan kebugaran dan bobot ideal sebagai pengadil lapangan. “Sekarang saya mulai rutin jogging setiap siang maupun sore untuk menurunkan berat badan. Yang paling efektif memang jogging siang hari, dan sekarang sudah mulai terasa hasilnya,” ucap Irham.
Strategi lain yang juga dilakukan adalah berlatih rutin, termasuk futsal. Dia tak ragu melibatkan diri dan menantang sparing tim jurnalis olahraga yang biasa mangkal di Asprov PSSI DIY. Hanya saja, Irham enggan tampil ngotot demi menghindari cedera. “Tujuannya hanya untuk menjaga kebugaran saja, jangan sampai cedera. Sebab waktu penyegaran wasit Divisi Utama Liga Indonesia sudah dekat, saya tidak ingin penyegaran saya terganjal cedera,” ucapnya.
Irham tak sendirian. Wasit lain turut ambil bagian. Sebut saja Priyo Catur Pamungkas, Deni Sugiarto, dan Kartiko Mustikaningtyas. Tiga nama terakhir bahkan lebih intensif melakoni sparing bersama jurnalis. “Mau penyegaran atau tidak, kebugaran tetap penting buat wasit,” kata Deni.
Dia mengatakan, sepintas, kerja wasit terlihat mudah. Tapi tanpa dukungan fisik prima, wasit akan kesulitan memimpin jalannya laga. Apalagi bila wasit harus memimpin partai krusial antara dua tim yang memiliki sejarah rivalitas. “Menjaga kondisi tetap prima tak bisa ditawar lagi,” ucapnya.
Deni menuturkan, bagi wasit ada beberapa opsi yang bisa dipilih dalam kariernya. Menjaga kondisi tetap prima agar bisa eksis menjadi pengadil lapangan, atau beralih menjadi pengawas pertandingan kalau kondisinya sudah tak memungkinkan. Misalnya, kesulitan menurunkan berat badan. Tapi semuanya tetap tak bisa didapat dengan mudah.
Termasuk menjadi pengawas pertandingan, yang juga membutuhkan kursus agar memiliki lisensi resmi. “Tapi bagi saya, selagi fisik memungkinkan, masih tetap memilih menjadi wasit,” tandasnya.
Sodik
(ftr)