Ormas Bubarkan Pemutaran Film di Kampus ISI
A
A
A
BANTUL - Pemutaran film Senyap di kampus ISI Yogyakarta dibubarkan oleh sejumlah organisasi massa (ormas), kemarin malam.
Sejumlah ormas tersebut keberatan pemutaran film karya sutradara Joshua Oppen Heimer ini karena dilarang diputar di Indonesia. Film yang berdurasi 98 menit berkisah tentang keluarga korban yang kebingungan mencari orang yang melakukan pembunuhan pada peristiwa 1965 silam. Film ini diputar di Gedung Audio Visual lantai 3 Kampus ISI.
Sekitar 100 mahasiswa Fakultas Seni Media dan Rekam ISI hadir menyaksikan film tersebut. Pembantu Dekan III, Tanto Handoko mengungkapkan, kemarin memang ada diskusi film yang rutin diselenggarakan di kampus tersebut.
Pihaknya sengaja memilih film berjudul Senyap karena tertarik dengan kenyataan fakta yang ada. Namun, baru beberapa saat pemutaran berlangsung, tiba-tiba ada ormas masuk ke dalam gedung. "Tiba-tiba massa datang dan langsung berteriak-teriak meminta pemutaran film itu dihentikan," ungkapnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya mereka melakukan negosiasi. Agar tidak terjadi tindakan anarkis, pihak panitia memutuskan untuk menghentikan pemutaran film yang dibuat berlatar belakang di Medan, Sumatera Utara ini.
Satpam Gedung Audio Visual kampus tersebut, Khoiri, membenarkan aksi pembubaran tersebut. Rabu sore sekitar pukul 17.00 WIB saat pemutaran film berlangsung, tiba-tiba puluhan anggota ormas merangsek masuk ke dalam gedung sembari berteriak dan menantang. "Satpam sini hanya dua, jadi kami kewalahan," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemutaran Film, Fauzan mengatakan, sejatinya mereka memutar film tersebut bukan untuk mengupas isi dari film Senyap ini. Akan tetapi mereka memutar film Senyap karena ingin mengupas masalah teknis pembuatan film yang memang mengundang kontroversi ini. "Ini lepas dari isi yang terkandung dalam film tersebut," tandasnya.
Erfanto Linangkung
Sejumlah ormas tersebut keberatan pemutaran film karya sutradara Joshua Oppen Heimer ini karena dilarang diputar di Indonesia. Film yang berdurasi 98 menit berkisah tentang keluarga korban yang kebingungan mencari orang yang melakukan pembunuhan pada peristiwa 1965 silam. Film ini diputar di Gedung Audio Visual lantai 3 Kampus ISI.
Sekitar 100 mahasiswa Fakultas Seni Media dan Rekam ISI hadir menyaksikan film tersebut. Pembantu Dekan III, Tanto Handoko mengungkapkan, kemarin memang ada diskusi film yang rutin diselenggarakan di kampus tersebut.
Pihaknya sengaja memilih film berjudul Senyap karena tertarik dengan kenyataan fakta yang ada. Namun, baru beberapa saat pemutaran berlangsung, tiba-tiba ada ormas masuk ke dalam gedung. "Tiba-tiba massa datang dan langsung berteriak-teriak meminta pemutaran film itu dihentikan," ungkapnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya mereka melakukan negosiasi. Agar tidak terjadi tindakan anarkis, pihak panitia memutuskan untuk menghentikan pemutaran film yang dibuat berlatar belakang di Medan, Sumatera Utara ini.
Satpam Gedung Audio Visual kampus tersebut, Khoiri, membenarkan aksi pembubaran tersebut. Rabu sore sekitar pukul 17.00 WIB saat pemutaran film berlangsung, tiba-tiba puluhan anggota ormas merangsek masuk ke dalam gedung sembari berteriak dan menantang. "Satpam sini hanya dua, jadi kami kewalahan," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemutaran Film, Fauzan mengatakan, sejatinya mereka memutar film tersebut bukan untuk mengupas isi dari film Senyap ini. Akan tetapi mereka memutar film Senyap karena ingin mengupas masalah teknis pembuatan film yang memang mengundang kontroversi ini. "Ini lepas dari isi yang terkandung dalam film tersebut," tandasnya.
Erfanto Linangkung
(ftr)