Sebanyak 2.024 Desa di Jateng Rawan Longsor
A
A
A
SEMARANG - Sebanyak 2.024 desa di Jawa Tengah (Jateng) hingga kini masih rawan terjadi bencana longsor. Masyarakat diminta tetap waspada lantaran musim hujan masih akan terjadi hingga Maret 2015.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono menjelaskan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan, setidaknya terdapat 2.024 desa, 200 kecamatan, dan 27 kabupaten di provinsi ini yang menjadi daerah rawan longsor.
"Lokasi yang rawan longsor menyebar hampir di seluruh daerah," katanya di Semarang, Selasa (16/12/2014).
Menurut Teguh, sejumlah lokasi rawan longsor merupakan lahan yang sebelumnya sudah pernah mengalami bencana serupa. Di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara misalnya, sebenarnya sudah pernah terjadi longsor.
"Tapi dulu saat longsor masih belum padat penduduknya, jadi tidak ada korban. Sekarang sudah padat," katanya.
Khusus Di Banjarnegara, lanjut Teguh, dari 20 kecamatan yang ada, sebanyak 18 di antaranya rawan longsor. Lokasinya rata-rata di daerah tebing atau pegunungan yang kerap digunakan untuk permukiman warga.
Ia menyayangkan warga yang tidak sadar bahaya longsor di lingkungan masing-masing. "Yang bikin longsor, karena di atas permukiman warga, lahannya masih digunakan kolam serta lokasi pertanian."
Teguh mengaku banyak warga yang kurang sadar atas kondisi rawan bencana tersebut, sehingga tinggal di kawasan gawir sesar. Di lokasi inilah, yang dikatakan merupakan sumber mata air yang banyak. Sehingga banyak warga yang berminat untuk tinggal dan bermukim di lokasi itu.
"Padahal mestinya tidak boleh digunakan untuk permukiman, karena lokasi ini berbahaya."
Teguh menambahkan, pihaknya rutin melakukan sosialisasi kepada warga terkait daerah yang rawan bencana tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, pemprov sudah memetakan dan menyosialisasikan kepada masyarakat terkait antisipasi bencana. Tapi, kendala di lapangan, masyarakat masih banyak yang enggan pindah dengan berbagai alasan.
"Mereka tidak mau pindah, karena sudah merasa tinggal lama dan mata pencaharian di sana," kata Ganjar.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono menjelaskan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan, setidaknya terdapat 2.024 desa, 200 kecamatan, dan 27 kabupaten di provinsi ini yang menjadi daerah rawan longsor.
"Lokasi yang rawan longsor menyebar hampir di seluruh daerah," katanya di Semarang, Selasa (16/12/2014).
Menurut Teguh, sejumlah lokasi rawan longsor merupakan lahan yang sebelumnya sudah pernah mengalami bencana serupa. Di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara misalnya, sebenarnya sudah pernah terjadi longsor.
"Tapi dulu saat longsor masih belum padat penduduknya, jadi tidak ada korban. Sekarang sudah padat," katanya.
Khusus Di Banjarnegara, lanjut Teguh, dari 20 kecamatan yang ada, sebanyak 18 di antaranya rawan longsor. Lokasinya rata-rata di daerah tebing atau pegunungan yang kerap digunakan untuk permukiman warga.
Ia menyayangkan warga yang tidak sadar bahaya longsor di lingkungan masing-masing. "Yang bikin longsor, karena di atas permukiman warga, lahannya masih digunakan kolam serta lokasi pertanian."
Teguh mengaku banyak warga yang kurang sadar atas kondisi rawan bencana tersebut, sehingga tinggal di kawasan gawir sesar. Di lokasi inilah, yang dikatakan merupakan sumber mata air yang banyak. Sehingga banyak warga yang berminat untuk tinggal dan bermukim di lokasi itu.
"Padahal mestinya tidak boleh digunakan untuk permukiman, karena lokasi ini berbahaya."
Teguh menambahkan, pihaknya rutin melakukan sosialisasi kepada warga terkait daerah yang rawan bencana tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, pemprov sudah memetakan dan menyosialisasikan kepada masyarakat terkait antisipasi bencana. Tapi, kendala di lapangan, masyarakat masih banyak yang enggan pindah dengan berbagai alasan.
"Mereka tidak mau pindah, karena sudah merasa tinggal lama dan mata pencaharian di sana," kata Ganjar.
(zik)