Tarian Korea Hipnosis Ratusan Mahasiswa
A
A
A
MEDAN - Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) kedatangan tamu spesial dari Korean Culture Exchange Promotion, kemarin.
Sebanyak delapan seniman muda yang tergabung dalam Sanggar Hangkull Kwangde Samullon memberikan hiburan seni tari dan musik tradisional asal Negeri Ginseng di hadapan ratusan mahasiswa. Kedelapan orang itu terdiri atas enam pria dan dua perempuan yang bergantian memberikan hiburan tari dan seni musik.
Ada pula yang menghadirkan kolaborasi tari dan seni musik. Pertunjukan itu berlangsung di Pendopo USU yang dihadiri Dekan FIB USU, Syahron Lubis. General Manager (GM) Korea Culture Exchange Promotion, Han Jung Kook, mengatakan, Korean Culture Performance merupakan agenda rutin lembaga yang dia pimpin.
Menurut dia, pengenalan seni dan budaya itu sangat diperlukan agar masyarakat dari luar negeri bisa mengenal budaya Korea yang cukup banyak. “KPop yang selama ini diketahui masyarakat berasal dari seni tradisional Korea. Tanpa ada seni tradisional Korea, tidak akan ada seni kontemporer seperti sekarang ini. Tidak memahami seni tradisional, kemajuan pemahaman terhadap K-Pop juga tidak ada,” ungkapnya dalam Bahasa Indonesia yang cukup baik.
Dia menjelaskan, yayasan yang dia pimpin tersebut bekerja sama dengan Kementerian Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Korea Selatan untuk memperkenalkan budaya Korea ke seluruh penjuru dunia.
“Kegiatan ini semacam pertukaran budaya. Kali ini kami yang datang ke Medan, lain kali harapan kami orang dari Indonesia datang mengunjungi Korea,” kata pria yang mengaku pernah berada di Indonesia selama 30 tahun untuk mengajar di Jakarta sebagai dosen tamu.
Pertunjukan seni dan budaya Korea itu diawali dengan penampilan empat orang pria berpakaian putih-putih dengan kaos bertulisan “I Love Medan” memainkan gendang dan gong besar dan kecil secara berkesinambungan menciptakan irama yang khas dan padu.
Selama sekitar 15 menit, rentak alat musik tersebut memukau ratusan pengujung yang didominasi mahasiswa FIB USU. Tepukan meriah dan teriakan menandai antusiasme pengunjung di akhir pertunjukan.
Tidak kalah menarik, penampil kedua, seorang penari perempuan dengan lenggak-lenggok penuh penghayatan memainkan tarian Salpur’i yang menceritakan kesedihan seorang perempuan akan musibah yang menimpanya seperti kematian keluarga dan kemiskinan. Penari perempuan lain memainkan“ Jin Do Buk Chum”, tarian kebahagiaan.
Di masa lampau, tarian ini dimainkan sebagai ucapan syukur saat panen. Tidakhanyamenari, perempuan dengan pakaian tradisional Korea ini juga menabuh gendang selaras dengan gerakannya yang gemulai namun kuat. Pertunjukan pamungkas adalah enam penari yang masing- masing memainkan lima alat musik pukul dan seorang dengan alat musik tiup.
Kontan aksi mereka berhasil menghipnosis ratusan penonton. Tidak hanya menari dan memainkan alat musik, bergantian keenamnya juga melakukan gerakan akrobatik yang disambut tepuk tangan meriah penonton. Sesekali, penari menyambut tepukan tangan itu dengan mengajak penonton terus memberikan tepukan tangan.
Syahron Lubis mengatakan, kegiatan tersebut merupakan inisiatif dari Korea Culture Exchange Promotion. Kendati sulit, Syahron berharap FIB USU bisa membalas kunjungan tersebut. “Ini tidak direncanakan oleh kami. Mereka datang, kami welcome,” katanya.
Dia menambahkan, FIB USU saat ini tengah menjajaki kemungkinan untuk membuka program studi baru, yakni Bahasa Korea. “Mungkin kami akan melakukan pendekatan dengan kedutaan besar Korea untuk tindak lanjutnya,” katanya.
Sementara itu, seorang mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris semester I FIB USU, Lilis,17, menilai kegiatan tersebut sangat menarik. “Korea dengan KPop dan film dramanya sangat diminati remaja saat ini. Kehadiran seni budaya Korea di sini membuat saya bisa melihat dari dekat kebudayaannya, seni dan budaya yang ternyata cukup menarik,” ucapnya.
Syukri Amal
Sebanyak delapan seniman muda yang tergabung dalam Sanggar Hangkull Kwangde Samullon memberikan hiburan seni tari dan musik tradisional asal Negeri Ginseng di hadapan ratusan mahasiswa. Kedelapan orang itu terdiri atas enam pria dan dua perempuan yang bergantian memberikan hiburan tari dan seni musik.
Ada pula yang menghadirkan kolaborasi tari dan seni musik. Pertunjukan itu berlangsung di Pendopo USU yang dihadiri Dekan FIB USU, Syahron Lubis. General Manager (GM) Korea Culture Exchange Promotion, Han Jung Kook, mengatakan, Korean Culture Performance merupakan agenda rutin lembaga yang dia pimpin.
Menurut dia, pengenalan seni dan budaya itu sangat diperlukan agar masyarakat dari luar negeri bisa mengenal budaya Korea yang cukup banyak. “KPop yang selama ini diketahui masyarakat berasal dari seni tradisional Korea. Tanpa ada seni tradisional Korea, tidak akan ada seni kontemporer seperti sekarang ini. Tidak memahami seni tradisional, kemajuan pemahaman terhadap K-Pop juga tidak ada,” ungkapnya dalam Bahasa Indonesia yang cukup baik.
Dia menjelaskan, yayasan yang dia pimpin tersebut bekerja sama dengan Kementerian Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Korea Selatan untuk memperkenalkan budaya Korea ke seluruh penjuru dunia.
“Kegiatan ini semacam pertukaran budaya. Kali ini kami yang datang ke Medan, lain kali harapan kami orang dari Indonesia datang mengunjungi Korea,” kata pria yang mengaku pernah berada di Indonesia selama 30 tahun untuk mengajar di Jakarta sebagai dosen tamu.
Pertunjukan seni dan budaya Korea itu diawali dengan penampilan empat orang pria berpakaian putih-putih dengan kaos bertulisan “I Love Medan” memainkan gendang dan gong besar dan kecil secara berkesinambungan menciptakan irama yang khas dan padu.
Selama sekitar 15 menit, rentak alat musik tersebut memukau ratusan pengujung yang didominasi mahasiswa FIB USU. Tepukan meriah dan teriakan menandai antusiasme pengunjung di akhir pertunjukan.
Tidak kalah menarik, penampil kedua, seorang penari perempuan dengan lenggak-lenggok penuh penghayatan memainkan tarian Salpur’i yang menceritakan kesedihan seorang perempuan akan musibah yang menimpanya seperti kematian keluarga dan kemiskinan. Penari perempuan lain memainkan“ Jin Do Buk Chum”, tarian kebahagiaan.
Di masa lampau, tarian ini dimainkan sebagai ucapan syukur saat panen. Tidakhanyamenari, perempuan dengan pakaian tradisional Korea ini juga menabuh gendang selaras dengan gerakannya yang gemulai namun kuat. Pertunjukan pamungkas adalah enam penari yang masing- masing memainkan lima alat musik pukul dan seorang dengan alat musik tiup.
Kontan aksi mereka berhasil menghipnosis ratusan penonton. Tidak hanya menari dan memainkan alat musik, bergantian keenamnya juga melakukan gerakan akrobatik yang disambut tepuk tangan meriah penonton. Sesekali, penari menyambut tepukan tangan itu dengan mengajak penonton terus memberikan tepukan tangan.
Syahron Lubis mengatakan, kegiatan tersebut merupakan inisiatif dari Korea Culture Exchange Promotion. Kendati sulit, Syahron berharap FIB USU bisa membalas kunjungan tersebut. “Ini tidak direncanakan oleh kami. Mereka datang, kami welcome,” katanya.
Dia menambahkan, FIB USU saat ini tengah menjajaki kemungkinan untuk membuka program studi baru, yakni Bahasa Korea. “Mungkin kami akan melakukan pendekatan dengan kedutaan besar Korea untuk tindak lanjutnya,” katanya.
Sementara itu, seorang mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris semester I FIB USU, Lilis,17, menilai kegiatan tersebut sangat menarik. “Korea dengan KPop dan film dramanya sangat diminati remaja saat ini. Kehadiran seni budaya Korea di sini membuat saya bisa melihat dari dekat kebudayaannya, seni dan budaya yang ternyata cukup menarik,” ucapnya.
Syukri Amal
(ftr)