BI Tekan Gejolak Harga Pangan
A
A
A
PALEMBANG - Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Wilayah VII Palembang menggandeng Pemkab Musi Rawas mengembangkan klaster budi daya bawang merah.
Upaya ini dilakukan sebagai bentuk pengembangan UMKM, perluasan akses keuangan masyarakat sekaligus ikut berpartisipasi dalam mengendalikan volatilitas hargabawangmerah. “Sebagaimana diketahui bahwa komoditas bawang merah merupakan kelompok volatile foods yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi Sumsel karena harganya sering mengalami lonjakan tinggi yang disebabkan terbatasnya pasokan.
Diupayakan dengan program klaster bawang merah akan semakin meningkatkan pasokan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Pal embang, R Mirmansyah, kemarin. Menurut dia, berdasarkan data BPS, luas panen bawang merah tahun 2013 mencapai 94.898 hektare dengan produksi sebanyak 958.595 ton dengan sentra produksi hanya pada beberapa wilayah yaitu di Pulau Jawa (sekitar 80%), Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.
Khusus wilayah Sumatera, sentra produksi ada di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sementara Sumsel menempati posisi terendah setelah Jambi dan Bengkulu. “Terjadinya gejolak harga bawang merah bukan hanya disebabkan oleh aspek produksi yang masih relatif rendah, tapi juga karena distribusi dari sentra produksi ke seluruh wilayah Indonesia yang sering meng alami kendala,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, budi daya bawang merah perlu untuk dikembangkan pada berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Sumsel yang memiliki potensi lahan luas, agroklimat yang sesuai dan ketersediaan petani.
“Kami bersinergi dengan Pemkab Musi Rawas dengan men canangkan program klaster bawang merah di Desa Sukorejo, Musi Rawas dengan melibatkan 16 orang petani yang tergabung dalam tiga kelompok tani dengan luasan lahan mencapai 9,5 hektare,” tuturnya.
Namun secara total, pengem bangan UMKM klaster ba wang merah juga dilakukan di Desa Mardiharjo, Desa Air Lesing, Desa Satan Indah Jaya, dan Desa Sumber Rejo yang melibatkan 54 orang petani dengan total luasan tanam bawang merah seluas 24 hektare.
“Para peserta tani klaster bawang merah ini pun menerima bantuan dari BI dengan total nilai sebesar Rp246 juta. Bantuan berupa 8 unit mesin cultivator atau alat olah tanah, pembangunan instalasi pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pestisida organik, serta pelatihan agribisnis bawang merah bagi petani peserta program,” jelasnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan ke depan pihaknya akan membawa petani studi ban ding ke sentra pengembangan bawang merah yang sudah lebih maju seperti di Brebes, Jawa Tengah.
Sementara itu, kepala divisi Asesmen Ekonomi dan Keuang an, Juli Budi Winantya me nambahkan, dengan program ini diupayakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani bawang merah di Kabupaten Musi Rawas sekaligus menjadikan Bumi Silampari sebagai sentra bawang merah seperti di Brebes, Jawa Tengah.
“Untuk meningkatkan kesejah teraan petani bawang merah di Musi Rawas, tahun 2015 nanti kami berencana memberikan pelatihan pengolahan komoditas bawang bagi para anggota klaster. Dengan demikian, petani tidak hanya menjual komoditas bawang merah secara mentah, tapi bisa dalam bentuk olahan. Nantipetani tidak perlu kebingungan apabila harga bawang merah anjlok atau terjadi kelebihan stok.
Secara jangka panjang strategi ini akan memotivasi para petani untuk melakukan penanaman bawang merah secara berkelanjutan sehingga volatilitas harga bawang merahberkurang,” tuturnya.
Darfian Jaya Suprana
Upaya ini dilakukan sebagai bentuk pengembangan UMKM, perluasan akses keuangan masyarakat sekaligus ikut berpartisipasi dalam mengendalikan volatilitas hargabawangmerah. “Sebagaimana diketahui bahwa komoditas bawang merah merupakan kelompok volatile foods yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi Sumsel karena harganya sering mengalami lonjakan tinggi yang disebabkan terbatasnya pasokan.
Diupayakan dengan program klaster bawang merah akan semakin meningkatkan pasokan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Pal embang, R Mirmansyah, kemarin. Menurut dia, berdasarkan data BPS, luas panen bawang merah tahun 2013 mencapai 94.898 hektare dengan produksi sebanyak 958.595 ton dengan sentra produksi hanya pada beberapa wilayah yaitu di Pulau Jawa (sekitar 80%), Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.
Khusus wilayah Sumatera, sentra produksi ada di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sementara Sumsel menempati posisi terendah setelah Jambi dan Bengkulu. “Terjadinya gejolak harga bawang merah bukan hanya disebabkan oleh aspek produksi yang masih relatif rendah, tapi juga karena distribusi dari sentra produksi ke seluruh wilayah Indonesia yang sering meng alami kendala,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, budi daya bawang merah perlu untuk dikembangkan pada berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Sumsel yang memiliki potensi lahan luas, agroklimat yang sesuai dan ketersediaan petani.
“Kami bersinergi dengan Pemkab Musi Rawas dengan men canangkan program klaster bawang merah di Desa Sukorejo, Musi Rawas dengan melibatkan 16 orang petani yang tergabung dalam tiga kelompok tani dengan luasan lahan mencapai 9,5 hektare,” tuturnya.
Namun secara total, pengem bangan UMKM klaster ba wang merah juga dilakukan di Desa Mardiharjo, Desa Air Lesing, Desa Satan Indah Jaya, dan Desa Sumber Rejo yang melibatkan 54 orang petani dengan total luasan tanam bawang merah seluas 24 hektare.
“Para peserta tani klaster bawang merah ini pun menerima bantuan dari BI dengan total nilai sebesar Rp246 juta. Bantuan berupa 8 unit mesin cultivator atau alat olah tanah, pembangunan instalasi pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pestisida organik, serta pelatihan agribisnis bawang merah bagi petani peserta program,” jelasnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan ke depan pihaknya akan membawa petani studi ban ding ke sentra pengembangan bawang merah yang sudah lebih maju seperti di Brebes, Jawa Tengah.
Sementara itu, kepala divisi Asesmen Ekonomi dan Keuang an, Juli Budi Winantya me nambahkan, dengan program ini diupayakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani bawang merah di Kabupaten Musi Rawas sekaligus menjadikan Bumi Silampari sebagai sentra bawang merah seperti di Brebes, Jawa Tengah.
“Untuk meningkatkan kesejah teraan petani bawang merah di Musi Rawas, tahun 2015 nanti kami berencana memberikan pelatihan pengolahan komoditas bawang bagi para anggota klaster. Dengan demikian, petani tidak hanya menjual komoditas bawang merah secara mentah, tapi bisa dalam bentuk olahan. Nantipetani tidak perlu kebingungan apabila harga bawang merah anjlok atau terjadi kelebihan stok.
Secara jangka panjang strategi ini akan memotivasi para petani untuk melakukan penanaman bawang merah secara berkelanjutan sehingga volatilitas harga bawang merahberkurang,” tuturnya.
Darfian Jaya Suprana
(ftr)