Jerit Minta Tolong dari Mobil Carry

Minggu, 14 Desember 2014 - 12:23 WIB
Jerit Minta Tolong dari...
Jerit Minta Tolong dari Mobil Carry
A A A
Korban bencana longsor bukan hanya warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar. Warga desa lain yang kebetulan melintas di jalur tersebut juga ikut menjadi korban.

Pada saat kejadian, sekitar pukul 17.30 sebuah mobil Suzuki Carry melintas di jalan di desa tersebut. Nahas, saat terjadi longsor mobil itu tak dapat menghindar dan ikut terseret. Dari 13 orang penumpang, empat di antaranya tewas. Rohmad, warga Desa Pejawaran, Kecamatan Karangkobar mengatakan, mobil itu baru saja membawa dua keluarga menengok orang sakit di RSUD Banjarnegara.

“Mereka mau pulang ke Pejawaran, saya tahu karena saya tetangga mereka, tapi di sini (lokasi longsor) mobil itu tertimbun longsor,” kata Rohmad kemarin. Maryuti, 60, saksi lain menyebutkan, setelah longsor, dia mendengar jeritan orang dari dalam mobil Suzuki Carry yang tertimbun tanah. “Mereka minta tolong,” katanya. Setelah mendengar jeritan itu, warga langsung berusaha menolong.

“Kita berusaha menyelamatkan yang masih hidup. Kita bongkar mobil dengan alat seadanya. Untuk membantu mengeluarkan sembilan orang itu, butuh waktu sampai dua jam,” ujarnya. Sementara itu, Purwanto, saksi lain mengungkapkan tentang selamatnya sebuah truk dari sapuan longsor. Dia mendapatkan cerita dari temannya yang sopir truk tersebut, bernama Miskam.

Dia mengungkapkan, Miskam dan para awak truk melihat longsor di daerah itu. Namun, setelahnya, diketahui jika tanah yang berada di samping jalan, seperti mau ikut longsor. Menurut Purwanto, Miskam pun langsung memacu truknya. “Hitungannya hanya menitan . Saat itu truk bisa ngebut dan menyalip mobil di depannya. Truk selamat. Tapi kata Miskam, mobil dan motor yang berada di belakang truk itu tidak selamat,” ujarnya.

Sejumlah warga juga terlihat mendatangi posko jenasah, untuk mencari keluarganya yang diduga tertimbun oleh longsoran itu. Seperti Surahman,41, warga Desa Gumelar, Kecamatan Karangkobar. Dia mencari ibunya yang hingga kemarin belum ditemukan. “Ibu dan bapak saya kebetulan sedang boncengan motor dan melintas saat kejadian itu. Bapak saya Tuharsono,70, selamat, tapi ibu belum ketemu,” ungkapnya.

Ahmad,50, warga Desa Gumelar lainnya. Dikatakan, dalam kejadian itu ada enam warga desanya yang kebetulan melintas pada jalur itu. “Memang nggak rombongan, cuma kebetulan beriringan pakai motor. Jadi ada warga enam warga Gumelar, baru ketemu empat orang, yang tiga meninggal dan satu selamat Pak Tuharsono itu,” terangnya.

Iwan,34, warga Dukuh Jemblung yang luput dari maut karena saat itu dia berada di kebun yang tak jauh dari lokasi kejadian. “Sekitar 17.30 WIB, saya pas pulang dari kebun. Lihat kejadian itu saya kaget dan langsung lari pulang, sebab orang tua dan adiknya masih berada di rumah, untungnya nggak ada yang terluka,” katanya.

Sementara Yuli,22, adik Iwan mengungkapkan, rumahnya luput dari maut lantaran posisinya agak tinggi dibanding rumah warga lainnya. “Kebetulan rumah kami agak tinggi jadi tidak kena. Tapi yang lain sudah tertutup tanah semua. Sementara ini kami ngungsi di saudara Desa Karangkobar,” tambahnya.

Sejumlah warga sekitar lokasi tanah longsor Dusun Jemblung mengungkapkan terjadinya bencana sangat cepat. "Kemarin (Jumat), sekitar pukul 17.30 WIB cuaca mendung tetapi tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang makin lama semakin membesar," kata salah seorang warga, Johan di Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, kemarin.

Eka setiawan/ Prahayuda febrianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6234 seconds (0.1#10.140)