Usia Belum Setahun Jembatan Rusak Lagi
A
A
A
PASURUAN - Warga Desa Wonosari dan Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, geregetan. Belum genap setahun setelah perbaikan selesai, jembatan penghubung kedua desa itu kembali ambrol. Praktis, mobilitas warga sangat terganggu.
Akibat jebolnya jembatan, akses yang menghubungkan kedua desa ini sama sekali terputus. Untuk sampai salah satu desa, warga terpaksa harus mengambil jalan memutar dan menambah jarak tempuh sejauh 5 km. Memang sebagian badan jembatan masih bisa dilewati motor, tetapi harus dengan sangat hati-hati.
“Lebar jalan jembatan hanya tersisa 1 meter. Jika tidak segera diperbaiki, jalan akan habis tergerus longsoran. Warga harus mengambil jalan memutar yang jaraknya cukup jauh,” kata Septian Yudha, warga Desa Wonosari. Menurut Yudha, pada Februari 2014, jembatan penghubung ini ambrol setelah diterjang banjir.
Tidak lama berselang, perbaikan dilakukan pemkab dan jembatan kembali bisa dilintasi warga sepanjang musim kemarau lalu. Namun, pada awal musim hujan sekarang, jembatan kembali ambrol. Bila tidak segera diperbaiki, pada puncak musim hujan nanti badan jembatan bakal benar-benar putus.
Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Pasuruan Hari Apriyanto mengakui jebolnya bangunan jembatan yang baru saja selesai diperbaiki tersebut. Menurut dia, derasnya arus sungai menyebabkan fondasi jembatan yang memang bersifat sementara itu bergeser.“ Pembangunan jembatan itu sifatnya hanya untuk kebutuhan darurat. Konstruksi bangunan tidak sebanding dengan derasnya arus sungai saat banjir,” kata Hari.
Menurut dia, selain jembatan Wonosari Gempol, ada dua jembatan lain yang saat ini juga rusak dan tidak bisa dilalui, yaitu Jembatan Winong di Kecamatan Gempol dan Jembatan Galih di Kecamatan Pasrepan.
Kondisi alur sungai di bawah tiga jembatan tersebut merupakan cekungan tersebut sehingga sangat mudah membuat fondasi jembatan tergerus. Untuk memperkuatnya, konstruksi jembatan tersebut dibuat dengan fondasi kerangka baja.
“Ada tiga jembatan yang rusak. Untuk perbaikan ketiga jembatan itu, kami sudah anggarkan dalam APBD 2015 sebesar Rp5 miliar,” ujar Hari.
Arie Yoenianto
Akibat jebolnya jembatan, akses yang menghubungkan kedua desa ini sama sekali terputus. Untuk sampai salah satu desa, warga terpaksa harus mengambil jalan memutar dan menambah jarak tempuh sejauh 5 km. Memang sebagian badan jembatan masih bisa dilewati motor, tetapi harus dengan sangat hati-hati.
“Lebar jalan jembatan hanya tersisa 1 meter. Jika tidak segera diperbaiki, jalan akan habis tergerus longsoran. Warga harus mengambil jalan memutar yang jaraknya cukup jauh,” kata Septian Yudha, warga Desa Wonosari. Menurut Yudha, pada Februari 2014, jembatan penghubung ini ambrol setelah diterjang banjir.
Tidak lama berselang, perbaikan dilakukan pemkab dan jembatan kembali bisa dilintasi warga sepanjang musim kemarau lalu. Namun, pada awal musim hujan sekarang, jembatan kembali ambrol. Bila tidak segera diperbaiki, pada puncak musim hujan nanti badan jembatan bakal benar-benar putus.
Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Pasuruan Hari Apriyanto mengakui jebolnya bangunan jembatan yang baru saja selesai diperbaiki tersebut. Menurut dia, derasnya arus sungai menyebabkan fondasi jembatan yang memang bersifat sementara itu bergeser.“ Pembangunan jembatan itu sifatnya hanya untuk kebutuhan darurat. Konstruksi bangunan tidak sebanding dengan derasnya arus sungai saat banjir,” kata Hari.
Menurut dia, selain jembatan Wonosari Gempol, ada dua jembatan lain yang saat ini juga rusak dan tidak bisa dilalui, yaitu Jembatan Winong di Kecamatan Gempol dan Jembatan Galih di Kecamatan Pasrepan.
Kondisi alur sungai di bawah tiga jembatan tersebut merupakan cekungan tersebut sehingga sangat mudah membuat fondasi jembatan tergerus. Untuk memperkuatnya, konstruksi jembatan tersebut dibuat dengan fondasi kerangka baja.
“Ada tiga jembatan yang rusak. Untuk perbaikan ketiga jembatan itu, kami sudah anggarkan dalam APBD 2015 sebesar Rp5 miliar,” ujar Hari.
Arie Yoenianto
(ftr)