Selamat Jalan sang Guru Kalbu

Sabtu, 13 Desember 2014 - 11:44 WIB
Selamat Jalan sang Guru Kalbu
Selamat Jalan sang Guru Kalbu
A A A
BANDUNG - Dunia pendidikan Sumedang dan Jabar berduka. Een Sukaesih, 51, pejuang pendidikan berjuluk “guru kalbu” mengembuskan napas terakhir di RSUD Sumedang sekitar pukul 15.20 WIB, kemarin.

Sebelumnya, perempuan yang berbakti pada dunia pendidikan walaupun dalam kondisi tubuh lumpuh selama 27 tahun terakhir ini, masuk rumah sakit pada Senin (8/12). Ketika itu Een mengeluhkan nyeri lam bung dan sesak napas. Kendati tim medis telah memberikan upaya terbaik, tapi kondisi Een makin kritis, bahkan koma pada Rabu (10/12).

Kemarin pagi, Een masuk ruang Intensive Care Unit(ICU) RSUD Sumedang. Sesaat setelah masuk ICU, kondisinya sedikit membaik dan tim medis menyimpulkan Een telah melewati kondisi kritis. Namun Allah SWT berkehendak lain. Tuhan Yang Maha Esa lebih sayang kepada Een. Pada sore hari, Een tutup usia.

Isak tangis dan suasana duka langsung menyelimuti keluarga Een. “Een meninggal dunia di RSUD Sumedang sekitar pukul tiga sore lebih 20 menit,” ungkap Taya Sutarya, 72, ayah Een, di rumah duka, Dusun Cibeureum Wetan RT 01/06, Desa Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, kemarin.

Kendati telah berpulang, Een Sukaesih, perempuan kelahiran Sumedang pada 10 Agustus 1963 ini, akan selalu dikenang. Satu kalimat yang tak akan pernah dilupakan para pendidik dari bibir almarhumah adalah, “Mengajar itu Amanah”. Een kini tiada dan berhenti berjuang memberikan pendidikan bagi anak-anak di lingkungan rumahnya.

Direktur RSUD Sumedang Hilman Taufik mengatakan, pihaknya sempat akan memasang alat deteksi detak jantung, namun tak sempat. “Kondisi beliau (Een) sudah kritis saat pertama kali masuk rumah sakit, bahkan sempat koma. Namun, sehari sebelum ajal menjemput, sempat terlihat perkebangan positif. Ketika dicek jantung, ada respons tapi tidak lama kemudian kondisinya ngedroplagi,” kata Hilman.

Rencananya, Een akan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Cihaur, Kampung Batukarut, Desa Cibeureum, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sekitar pukul 10.00 WIB. Upacara pemakaman tersebut rencananya akan dihadiri oleh Bupati Sumedang Ade Irawan dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.

Kepergian Een meninggalkan duka yang mendalam tidak hanya bagi keluarga dan kerabat, tapi juga para murid, dan dunia pendidikan Sumedang. Betapa tidak, Een yang telah dua kali bertemu dengan mantan presiden SBY tersebut memberikan inspirasi luar biasa bagi pegiat pendidikan.

Selama hidupnya, Een yang pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Konseling, Fakultas Psikologi IKIP, kini Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini, tak henti memberikan pendidikan non-formal meski dalam kondisi fisik lumpuh. Een mengajar anak-anak dari atas kasur sambil terbaring akibat penyakit radang sendi (rheumatoid arthristis) yang membuatnya lumpuh.

Irene Saskia, 15, seorang murid almarhumah, Een merupakan sosok guru luar biasa yang tidak hanya membimbing dalam mata pelajaran tapi juga kehidupan. Sang “guru kalbu” memberi Irene banyak motivasi untuk mengejar mimpi setinggi langit, memperjuangkannya, hingga menggapai mimpi itu. “Wa (Een) di mata saya merupakan sosok yang hebat. Beliau selalu menyemangati saya agar terus belajar dan men jadi orang bermanfaat bagi semua orang,” ujar Irene dengan mata berkaca-kaca.

Begitu pula bagi Krisna Supriatna, 42, keluarga Een. Almarhumah merupakan sosok yang luar biasa menginspirasi. Dengan kondisi fisiknya terbatas, Een mampu memberikan pengajaran bagi anak-anak, bahkan dia lebih memikirkan orang lain dibandingkan diri sendiri.

“Saya merasa malu. Beliau sangat semangat memberikan pendidikan walaupun harus dengan terbaring selama puluhan tahun. Jauh sebelum beliau terkenal, saya ingat betul beliau mengajar di kamar pengap berukuran 2 x 3 meter dengan perlengkapan mengajar seadanya,” tutur Krisna.

“Ketika mengajar, dia tidak memikirkan berapa uang yang didapat, sangat jarang di tengah kondisi zaman seperti sekarang ini. Menurut pengakuannya, dia berlaku demikian karena hidup harus memberikan manfaat meskipun kondisi fisik tidak memungkinkan,” ujar dia.

Masih banyak cita-cita Een yang belum terlaksana termasuk membangunan Rumah Pintar Albarokah yang saat ini pembangunannya sudah selesai sekitar 90%. Dengan kepergian Een, rumah pintar harus tetap berjalan tidak hanya pembangunannya, tetapi juga programnya.

Cerdas dan Senang Membantu

Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Kota Bandung Iwan Hermawan, sahabat Een Sukaesih, menuturkan, sejak kuliah di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbangan, IKIP Bandung, almarhumah dikenal sebagai pribadi cerdas dan kerap berbagi ilmu dengan rekan-rekan sekelasnya.

Bahkan, dalam kondisi sakit, Een tetap bersemangat menjalani perkuliahan sampai lulus pada 1985. “Kenangan yang paling berkesan, almarhumah paling rajin membantu teman-teman menyelesaikan tugas kuliah. Karena dia susah jalan, saya sering nganterin dia ke tempat kos pakai sepeda motor. Imbalannya ya saya dibantuin ngerjain tugas karena sejak awal masuk kuliah dia memang paling menonjol di kelas,” kenang Iwan kemarin.

Fauzan/ Dini Budiman
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5036 seconds (0.1#10.140)