2015, Kinerja Ekonomi Makin Baik
A
A
A
SURABAYA - Perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi lebih baik dari tahun ini. Kondisi tersebut dipicu daya beli masyarakat menengah yang lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya.
Fakta ini terlihat dalam acara customer gathering untuk nasabah BNI (debitur se-Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) di Hotel The Empire Palace, Surabaya. Stabilitas perekonomian Indonesia karena kebijakan-kebijakan pemerintah menguntungkan. Selain itu, program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan mengurangi ketergantungan terhadap energi dan pengeboran kilang-kilang minyak diprediksi bisa mendongkrak perekonomian nasional.
“Perhatian terhadap sektor maritim, perikanan, infrastruktur, dan pembangunan tol laut bakal mendongkrak perekonomian,” kata Vice President Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto kemarin. Ryan mengatakan, kenaikan BI Rate juga membuat pertumbuhan ekonomi akan semakin baik.
Diprediksi pertumbuhan akan naik dari 5,0% menjadi 5,16%, sedangkan kredit akan tumbuh menjadi 13,4%. Hal ini karena mesin ekonomi di In-donesia mulai panas. Kondisi ini bisa dilihat juga melalui data badan pusat statistik (BPS) yang menyebutkan, jumlah usia produktif Indonesia antara 10-24 tahun sebanyak 78 juta jiwa dari jumlah penduduk secara keseluruhan 253 juta jiwa.
Hal ini berbeda dengan negara tetangga, di mana usia penduduknya rata-rata sudah menginjak tua. Dari analisis ini, dikuatkan dengan APBD negara yang mencapai Rp2.039 triliun. Ryan yakin, perekonomian Indonesia akan lebih baik dari tahun ini (2014). Tahun ini, ujar dia, perekonomian memang tumbuh, tetapi tidak lebih baik tahun-tahun lalu.
Artinya, kinerja perbankan tahun relatif memburuk. Meski demikian, keyakinan pertumbuhan perekonomian muncul. “Banyak investor asing yang masuk membuktikan kalau pertumbuhan perekonomian Indonesia mulai membaik,” papar dia.
Di sisi lain, Direktur Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Thamrin Latuconsina mengatakan, saat ini pemerintah masih mengkaji instrumen yang akan diberlakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
“Pengetatan itu akan dilakukan dengan berbagai instrumen. Bisa jadi akan memperkecil kuota impornya, misalnya untuk produk hortikultura, daging yang produksi dalam negerinya sudah meningkat,” katanya seusai Customer Dinner and Gathering bertema Mencermati Kebijakan Impor Bahan Baku Menghadapi Persaingan MEA 2015 yang diselenggarakan Bank Ekonomi di Surabaya kemarin.
Saat ini pemerintah berkomitmen melakukan swasembada beberapa produk. Seperti garam yang ditargetkan tahun depan sudah mampu swasembada atau gula yang diharapkan dalam 3-4 tahun mendatang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meskipun mampu swasembada, Thamrin mengatakan, bukan berarti Indonesia tidak akan impor sama sekali.
“Meskipun swasembada suatu komoditas sudah 90%, masih harus ada impor karena itu sesuai aturan Organisasi Perdagangan dunia (World Trade Organisation/WTO). Namun, begitu bahan baku maupun barang konsumsi yang selama ini diimpor sudah bisa dipenuhi sendiri, kita akan kurangi impor,” ujarnya.
Arief Ardliyanto
Fakta ini terlihat dalam acara customer gathering untuk nasabah BNI (debitur se-Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) di Hotel The Empire Palace, Surabaya. Stabilitas perekonomian Indonesia karena kebijakan-kebijakan pemerintah menguntungkan. Selain itu, program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan mengurangi ketergantungan terhadap energi dan pengeboran kilang-kilang minyak diprediksi bisa mendongkrak perekonomian nasional.
“Perhatian terhadap sektor maritim, perikanan, infrastruktur, dan pembangunan tol laut bakal mendongkrak perekonomian,” kata Vice President Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto kemarin. Ryan mengatakan, kenaikan BI Rate juga membuat pertumbuhan ekonomi akan semakin baik.
Diprediksi pertumbuhan akan naik dari 5,0% menjadi 5,16%, sedangkan kredit akan tumbuh menjadi 13,4%. Hal ini karena mesin ekonomi di In-donesia mulai panas. Kondisi ini bisa dilihat juga melalui data badan pusat statistik (BPS) yang menyebutkan, jumlah usia produktif Indonesia antara 10-24 tahun sebanyak 78 juta jiwa dari jumlah penduduk secara keseluruhan 253 juta jiwa.
Hal ini berbeda dengan negara tetangga, di mana usia penduduknya rata-rata sudah menginjak tua. Dari analisis ini, dikuatkan dengan APBD negara yang mencapai Rp2.039 triliun. Ryan yakin, perekonomian Indonesia akan lebih baik dari tahun ini (2014). Tahun ini, ujar dia, perekonomian memang tumbuh, tetapi tidak lebih baik tahun-tahun lalu.
Artinya, kinerja perbankan tahun relatif memburuk. Meski demikian, keyakinan pertumbuhan perekonomian muncul. “Banyak investor asing yang masuk membuktikan kalau pertumbuhan perekonomian Indonesia mulai membaik,” papar dia.
Di sisi lain, Direktur Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Thamrin Latuconsina mengatakan, saat ini pemerintah masih mengkaji instrumen yang akan diberlakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
“Pengetatan itu akan dilakukan dengan berbagai instrumen. Bisa jadi akan memperkecil kuota impornya, misalnya untuk produk hortikultura, daging yang produksi dalam negerinya sudah meningkat,” katanya seusai Customer Dinner and Gathering bertema Mencermati Kebijakan Impor Bahan Baku Menghadapi Persaingan MEA 2015 yang diselenggarakan Bank Ekonomi di Surabaya kemarin.
Saat ini pemerintah berkomitmen melakukan swasembada beberapa produk. Seperti garam yang ditargetkan tahun depan sudah mampu swasembada atau gula yang diharapkan dalam 3-4 tahun mendatang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meskipun mampu swasembada, Thamrin mengatakan, bukan berarti Indonesia tidak akan impor sama sekali.
“Meskipun swasembada suatu komoditas sudah 90%, masih harus ada impor karena itu sesuai aturan Organisasi Perdagangan dunia (World Trade Organisation/WTO). Namun, begitu bahan baku maupun barang konsumsi yang selama ini diimpor sudah bisa dipenuhi sendiri, kita akan kurangi impor,” ujarnya.
Arief Ardliyanto
(ftr)