Menyulap Limbah Logam Jadi Miniatur Motor dan Robot
A
A
A
SEMARANG - Indaryanto, warga Jalan Anjasmoro Tengah VI No 48 Kelurahan Karangayu, Semarang Utara patut menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Di tengah minimnya lapangan kerja, dia nekat membuka peluang usaha sendiri sebagai sumber penghasilan. Berbekal kreativitas, Indaryanto mengubah limbah logam menjadi miniatur sepeda motor hingga robot. Lima tahun sudah, Ind, panggilan akrab Indaryanto, menekuni usaha mainan miniatur dari logam.
Produk mainan Indaryanto bukan dari bahan logam mahal, melainkan dari limbah logam yang cukup banyak ditemukan di pasarpasar loak, seperti paku, mur, baut, jeruji sepeda, dan lainlain. “Bagi kebanyakan orang, limbah logam itu dianggap sudah tidak berguna. Tapi, buat saya itu barang yang sangat berharga,” kata Indaryanto di rumah sekaligus bengkel kerjanya, kemarin.
Meski tidak mahal, limbah logam bukanlah kayu, sehingga terkadang merogoh kocek lebih dalam untuk belanja bahan logam menyesuaikan detail miniatur yang dibuat. Berbagai limbah logam yang diperoleh dari pasar loak itu disulapnya menjadi berbagai mainan miniatur. Sebut saja miniatur replika kapal laut, sepeda motor, mobil, dan robot hewan atau manusia.
Miniatur yang dibuat kebanyakan memang sarana transportasi, tapi Ind selektif dalam memilih model, yakni mobil dan sepeda motor klasik atau kuno. Miniatur robot juga lebih dipilih model seperti di film Transformer produksi Amerika. Menurut Indaryanto, mengolah limbah logam menjadi mainan miniatur tidak sulit.
Setelah memperoleh logam bekas, bahan membuat miniatur itu lalu dibersihkan dan diampelas. Sesudah itu, dibentuk sesuai yang diharapkan dengan menyolder semua sisi yang akan ditempel. Setelah semua terbentuk, terus pengecatan menggunakan cat pilok dengan cara disemprot. Dari limbah miniatur itu pun menjadi barang yang bernilai jual tinggi.
Bapak dua anak ini mengaku, menekuni pembuatan berbagai miniatur itu, khususnya yang berbentuk sarana transportasi sejak 2009. Usaha ini berawal dari hobi menumpuk barang-barang bekas. Saat ini hasil karyanya sudah tersebar di berbagai kota.
Selain di Kota Semarang juga di Magelang, Surabaya, Yogyakarta, hingga Jakarta. Dalam memasarkan produknya, Ind masih mengandalkan pameran-pameran kerajinan, baik yang digelar pemerintah maupun swasta. “Karena saya belum memiliki toko sendiri, sehingga hanya ikut pameran kerajinan,” ucapnya.
Harga yang dipatok Indaryanto untuk mainan hasil karyanya bervariasi mulai dari Rp50.000 hingga Rp300.000, tergantung model dan ukuran. Seperti miniatur mobil dihargai Rp200.000, kapal laut Rp300.000, sepeda motor Rp100.000-Rp200.000, dan robot Rp50.000.
“Untuk miniatur motor lebih bervariasi lagi harganya karena ukurannya juga bermacam-macam,” katanya. Soal omzet, pria yang juga bekerja sebagai guru ngaji privat ini mengaku tidak banyak, tapi lumayan karena menghasilkan uang dari penyaluran hobi.
M Abduh
Di tengah minimnya lapangan kerja, dia nekat membuka peluang usaha sendiri sebagai sumber penghasilan. Berbekal kreativitas, Indaryanto mengubah limbah logam menjadi miniatur sepeda motor hingga robot. Lima tahun sudah, Ind, panggilan akrab Indaryanto, menekuni usaha mainan miniatur dari logam.
Produk mainan Indaryanto bukan dari bahan logam mahal, melainkan dari limbah logam yang cukup banyak ditemukan di pasarpasar loak, seperti paku, mur, baut, jeruji sepeda, dan lainlain. “Bagi kebanyakan orang, limbah logam itu dianggap sudah tidak berguna. Tapi, buat saya itu barang yang sangat berharga,” kata Indaryanto di rumah sekaligus bengkel kerjanya, kemarin.
Meski tidak mahal, limbah logam bukanlah kayu, sehingga terkadang merogoh kocek lebih dalam untuk belanja bahan logam menyesuaikan detail miniatur yang dibuat. Berbagai limbah logam yang diperoleh dari pasar loak itu disulapnya menjadi berbagai mainan miniatur. Sebut saja miniatur replika kapal laut, sepeda motor, mobil, dan robot hewan atau manusia.
Miniatur yang dibuat kebanyakan memang sarana transportasi, tapi Ind selektif dalam memilih model, yakni mobil dan sepeda motor klasik atau kuno. Miniatur robot juga lebih dipilih model seperti di film Transformer produksi Amerika. Menurut Indaryanto, mengolah limbah logam menjadi mainan miniatur tidak sulit.
Setelah memperoleh logam bekas, bahan membuat miniatur itu lalu dibersihkan dan diampelas. Sesudah itu, dibentuk sesuai yang diharapkan dengan menyolder semua sisi yang akan ditempel. Setelah semua terbentuk, terus pengecatan menggunakan cat pilok dengan cara disemprot. Dari limbah miniatur itu pun menjadi barang yang bernilai jual tinggi.
Bapak dua anak ini mengaku, menekuni pembuatan berbagai miniatur itu, khususnya yang berbentuk sarana transportasi sejak 2009. Usaha ini berawal dari hobi menumpuk barang-barang bekas. Saat ini hasil karyanya sudah tersebar di berbagai kota.
Selain di Kota Semarang juga di Magelang, Surabaya, Yogyakarta, hingga Jakarta. Dalam memasarkan produknya, Ind masih mengandalkan pameran-pameran kerajinan, baik yang digelar pemerintah maupun swasta. “Karena saya belum memiliki toko sendiri, sehingga hanya ikut pameran kerajinan,” ucapnya.
Harga yang dipatok Indaryanto untuk mainan hasil karyanya bervariasi mulai dari Rp50.000 hingga Rp300.000, tergantung model dan ukuran. Seperti miniatur mobil dihargai Rp200.000, kapal laut Rp300.000, sepeda motor Rp100.000-Rp200.000, dan robot Rp50.000.
“Untuk miniatur motor lebih bervariasi lagi harganya karena ukurannya juga bermacam-macam,” katanya. Soal omzet, pria yang juga bekerja sebagai guru ngaji privat ini mengaku tidak banyak, tapi lumayan karena menghasilkan uang dari penyaluran hobi.
M Abduh
(ftr)