Pande Besi Kewalahan Layani Pesanan Petani

Selasa, 09 Desember 2014 - 11:03 WIB
Pande Besi Kewalahan Layani Pesanan Petani
Pande Besi Kewalahan Layani Pesanan Petani
A A A
BOJONEGORO - Pande besi di Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro kini mulai sibuk melayani para pelanggannya yang notabene adalah petani di daerah sekitar.

Saat musim hujan seperti saat ini para petani banyak yang memperbaiki cangkul, sabit, dan peralatan bajak untuk digunakan bercocok tanam di sawah dan tegalan. Desa Kedaton sejak lama dikenal sebagai kampung perajin pande besi. Kampung ini jaraknya sekitar 15 kilometer dari Kota Bojonegoro.

Sedikitnya ada 50 pande besi yang menekuni usaha kerajinan besi ini secara turun-temurun. Pande besi bukan hanya ditekuni oleh orang tua, tapi juga anak-anak muda. Salah satu perajin pande besi, Kunasit, 45, mengaku sudah menekuni kerajinan pande besi ini selama 30 tahun. Dia mulai belajar pande besi sejak usia remaja hingga berkeluarga.

Dia kini mampu menyekolahkan anaknya dari hasil bekerja menjadi perajin pande besi ini. Kerajinan pande besi memiliki kaitan erat dengan kegiatan bercocok tanam di persawahan. Saat musim kemarau, petani yang meminta memperbaiki peralatan cangkul dan lainnya sangat jarang. Jika saat musim hujan, petani yang meminta cangkulnya diperbaiki sangat banyak. “Ramai sepinya kerajinan pande besi ini tergantung musim,” ujar Kunasit.

Kunasit pertama kali menjadi perajin pande besi ikut dengan Bengkel Pak Trimo. Pak Trimo yang pertama kali membuka bengkel pande besi pada 1965. Bengkel pande besi yang berada di pinggir rumahnya itu sekarang dipegang oleh menantu Pak Trimo, Warsidin, 70. Jika saat menjelang musim hujan, dia kewalahan melayani perbaikan alat pertanian.

Dalam sehari Warsidin bisa memperbaiki lebih dari 50 cangkul, belum ditambah alat pertanian lain seperti sabit maupun alat untuk membajak sawah. Namun, sekarang pengolahan besi lebih cepat karena sudah menggunakan alat modern.

Biasanya menggunakan ubus (pompa tradisional untuk menghidupkan arang yang digunakan untuk membakar besi, red) sekarang sudah menggunakan mesin. “Ratarata setiap musim hujan petani memperbaiki alat pertaniannya,” ucap Warsidin.

Prosesnya mengolah besi yang diperbaiki ada beberapa tahap, yakni pertama besi atau cangkul yang diperbaiki itu dibakar. Proses ini disebut terek (saat besi dibakar dan memberi wojo). Setelah itu, besi diolah dengan palu untuk dibentuk. Petani biasanya hanya memepeh (cuma dibakar dan dikikir). “Prosesnya sekarang lebih cepat,” ujarnya.

Salah seorang petani yang memperbaiki alat pertaniannya, Surat, 60, warga Desa Siwalan, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro mengatakan, dia hampir setiap tahun memperbaiki cangkul. Perbaikan tersebut dilakukan karena lebih menghemat biaya dibanding membeli baru.

Dia sudah langganan memperbaiki alat pertaniannya di bengkel milik Trimo. “Kalau biaya perbaikan Rp60.000 satu cangkul, kalau di tempat lain seperti pasar Rp120.000,” ungkapnya. Saat ini Surat sudah melakukan tebar bibit padi karena musim hujan sudah mulai datang. Saat musim penghujan datang, dia biasa memperbaiki alat-alat pertanian seperti cangkul maupun sabit.

Sebab, selama musim kemarau jarang digunakan sehingga cangkulnya berkarat. “Kalau musim hujan pasti terpakai karena untuk persiapan tanam,” katanya.

Muhammad Roqib
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6442 seconds (0.1#10.140)