SPBU Mulai Sering Kehabisan Stok Pertamax
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan penurunan harga jual pertamax membuat konsumen mulai beralih ke pertamax, yang diakui memiliki pembakaran sempurna.
Hal ini berimbas pada seringnya SPBU kehabisan stok BBM nonsubsidi tersebut. Pengawas Lapangan 4455- 807 Tegalsari, Siraman Wonosari Antok mengatakan, setelah resmi harga BBM naik, banyak masyarakat yang beralih pada BBM nonsubsidi terutama pertamax. Kenaikan permintaan pertamax ini bahkan hingga 100%. “Jadi kami sering kali terlambat kiriman, karena permintaan meningkat,” ungkapnya kepada wartawan, kemarin.
Dijelaskannya, sebelum kenaikan BBM bersubsidi, dalam sehari, konsumsi pertamax di SPBU tersebut hanya 500 liter setiap harinya. Namun, setelah kenaikan BBM, bisa menghabiskan 1.000 liter dalam waktu kurang dari 24 jam. “Hal ini berbanding terbalik dengan konsumsi premium yang menurun,” katanya.
Dalam sehari, penurunan konsumsi premium menurun drastis. Dari hari biasa, SPBU yang berada di Jalur wisata tersebut menghabiskan 32.000 liter, kini hanya 24.000 liter. Namun, penurunan ini tidak hanya karena kenaikan BBM bersubsidi. ”Kemungkinan karena banyak SPBU yang bermunculan juga, sehingga mereka mencari SPBU terdekat,” ucap dia.
Ervan Bambang, salah satu warga Desa Kepek, Wonosari mengaku sering kali harus balik kanan saat masuk di SPBU karena kehabisan stok pertamax. Penurunan harga pertamax yang menyesuaikan harga minyak dunia membuatnya mulai beralih ke BBM nonsubsidi tersebut. ”Harga dengan BBM subsidi tidak terpaut jauh, apalagi lebih bagus di pembakaran mesin juga menjadikan konsumsi BBM lebih irit,” ucapnya.
Dia berharap, harga pertamax bisa turun lagi sehingga hak konsumen pertamina mendapatkan harga pertamax yang seragam bisa dirasakan. ”Mosok warga Jakarta yang boros BBM justru mendapatkan harga lebih murah,” tandasnya.
Suharjono
Hal ini berimbas pada seringnya SPBU kehabisan stok BBM nonsubsidi tersebut. Pengawas Lapangan 4455- 807 Tegalsari, Siraman Wonosari Antok mengatakan, setelah resmi harga BBM naik, banyak masyarakat yang beralih pada BBM nonsubsidi terutama pertamax. Kenaikan permintaan pertamax ini bahkan hingga 100%. “Jadi kami sering kali terlambat kiriman, karena permintaan meningkat,” ungkapnya kepada wartawan, kemarin.
Dijelaskannya, sebelum kenaikan BBM bersubsidi, dalam sehari, konsumsi pertamax di SPBU tersebut hanya 500 liter setiap harinya. Namun, setelah kenaikan BBM, bisa menghabiskan 1.000 liter dalam waktu kurang dari 24 jam. “Hal ini berbanding terbalik dengan konsumsi premium yang menurun,” katanya.
Dalam sehari, penurunan konsumsi premium menurun drastis. Dari hari biasa, SPBU yang berada di Jalur wisata tersebut menghabiskan 32.000 liter, kini hanya 24.000 liter. Namun, penurunan ini tidak hanya karena kenaikan BBM bersubsidi. ”Kemungkinan karena banyak SPBU yang bermunculan juga, sehingga mereka mencari SPBU terdekat,” ucap dia.
Ervan Bambang, salah satu warga Desa Kepek, Wonosari mengaku sering kali harus balik kanan saat masuk di SPBU karena kehabisan stok pertamax. Penurunan harga pertamax yang menyesuaikan harga minyak dunia membuatnya mulai beralih ke BBM nonsubsidi tersebut. ”Harga dengan BBM subsidi tidak terpaut jauh, apalagi lebih bagus di pembakaran mesin juga menjadikan konsumsi BBM lebih irit,” ucapnya.
Dia berharap, harga pertamax bisa turun lagi sehingga hak konsumen pertamina mendapatkan harga pertamax yang seragam bisa dirasakan. ”Mosok warga Jakarta yang boros BBM justru mendapatkan harga lebih murah,” tandasnya.
Suharjono
(ftr)