Kisah Menggugah Fakhtun Nadjib Dalam Kenangan Sahabat
A
A
A
JAKARTA - Kesedihan mendalam atas meninggalnya Fakhtun Nadjib (64) akibat tabrak lari di Tol Cipularang, bukan hanya dirasakan pihak keluarga, tetapi sahabatnya.
Dimata teman-temannya, warga Jalan Rumah Tahanan Militer, Gang Haji Muin, RT 01/10, Nomor 46, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok itu dikenal sebagai pria yang memiliki jiwa solidaritas, dan jiwa sosial yang tinggi.
"Almarhum jiwa sosialnya tinggi. Itu terbukti dari tindakannya. Sekitar satu tahun yang lalu. Saat kecamatan Cibadak, Bogor, tertimpa musibah gempa, dia menjadi penggerak dalam melakukan evakuasi penduduk," terang Taufik DS (58), sahabat almarhum, saat berbincang dengan Sindonews, Rabu (3/12/2014).
Selain itu, pria yang akrab dipanggil Opa ini juga mengatakan, almarhum merupakan salah satu penggerak Komunitas Ciliwung yang ada di kawasan Depok.
"Saat terjadi banjir, dia menggerakkan Komunitas Ciliwung untuk membantu mengevakuasi warga menggunakan perahu karet. Foto yang dibingkai itu juga waktu almarhum hadir di saresehan di Condet tahun 2012," bebernya.
Bahkan, tambah Opa, almarhum sendiri meninggal lantaran dirinya sedang membantu melakukan evakuasi sopir yang terjepit saat di Tol Cipularang.
"Dia itu mau menolong korban yang kegencet. Dan dipikirannya, saya yakin dia memarkir mobilnya itu di depan mobil yang ingin di tolongnya. Karena dia mau melakukan evakuasi dengan cara menarik dengan tali menggunakan mobilnya itu," jelasnya.
Saking tingginya jiwa sosial almarhum, sahabat lainnya yang bernama Novel Norton (46) mengatakan, kalau almarhum tidak bisa membedakan kepentinganya sendiri dengan kepentingan orang lain.
"Dia enggak bisa membedakan kepentigan sendiri dengan kepentingan orang lain. Contohnya saya pernah dari Salatiga ke Jakarta bersama dia. Kita diburu waktu, karena keesokan harinya dia ada janji dengan orang untuk bertemu dan membicarakan proyeknya. Dan orang tersebut sudah bersedia menggelontorkan dana untuk proyeknya," tutur Novel.
Namun, lantaran dirinya mendapatkan telepon dari salah seorang sahabatnya yang mengabarkan kalau sahabatnya itu sedang sakit dan membutuhkan pertolongan. Dia pun akhirnya lebih memilih menjenguk sahabatnya itu.
"Ada telepon dari Purwokerto. Temannya sakit dan butuh darah. Dia malah menunda janjinya dan milih berangkat ke Purwokerto untuk bertemu dengan temannya yang sakit. Padahal, dia satu-satunya yang dapat persetujuan dari donatur itu," tutupnya.
Oleh sebab itu, teman-temannya sangat menyayangkan akan kepergian sosok seseorang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi tersebut dengan cara yang tragis.
Dimata teman-temannya, warga Jalan Rumah Tahanan Militer, Gang Haji Muin, RT 01/10, Nomor 46, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok itu dikenal sebagai pria yang memiliki jiwa solidaritas, dan jiwa sosial yang tinggi.
"Almarhum jiwa sosialnya tinggi. Itu terbukti dari tindakannya. Sekitar satu tahun yang lalu. Saat kecamatan Cibadak, Bogor, tertimpa musibah gempa, dia menjadi penggerak dalam melakukan evakuasi penduduk," terang Taufik DS (58), sahabat almarhum, saat berbincang dengan Sindonews, Rabu (3/12/2014).
Selain itu, pria yang akrab dipanggil Opa ini juga mengatakan, almarhum merupakan salah satu penggerak Komunitas Ciliwung yang ada di kawasan Depok.
"Saat terjadi banjir, dia menggerakkan Komunitas Ciliwung untuk membantu mengevakuasi warga menggunakan perahu karet. Foto yang dibingkai itu juga waktu almarhum hadir di saresehan di Condet tahun 2012," bebernya.
Bahkan, tambah Opa, almarhum sendiri meninggal lantaran dirinya sedang membantu melakukan evakuasi sopir yang terjepit saat di Tol Cipularang.
"Dia itu mau menolong korban yang kegencet. Dan dipikirannya, saya yakin dia memarkir mobilnya itu di depan mobil yang ingin di tolongnya. Karena dia mau melakukan evakuasi dengan cara menarik dengan tali menggunakan mobilnya itu," jelasnya.
Saking tingginya jiwa sosial almarhum, sahabat lainnya yang bernama Novel Norton (46) mengatakan, kalau almarhum tidak bisa membedakan kepentinganya sendiri dengan kepentingan orang lain.
"Dia enggak bisa membedakan kepentigan sendiri dengan kepentingan orang lain. Contohnya saya pernah dari Salatiga ke Jakarta bersama dia. Kita diburu waktu, karena keesokan harinya dia ada janji dengan orang untuk bertemu dan membicarakan proyeknya. Dan orang tersebut sudah bersedia menggelontorkan dana untuk proyeknya," tutur Novel.
Namun, lantaran dirinya mendapatkan telepon dari salah seorang sahabatnya yang mengabarkan kalau sahabatnya itu sedang sakit dan membutuhkan pertolongan. Dia pun akhirnya lebih memilih menjenguk sahabatnya itu.
"Ada telepon dari Purwokerto. Temannya sakit dan butuh darah. Dia malah menunda janjinya dan milih berangkat ke Purwokerto untuk bertemu dengan temannya yang sakit. Padahal, dia satu-satunya yang dapat persetujuan dari donatur itu," tutupnya.
Oleh sebab itu, teman-temannya sangat menyayangkan akan kepergian sosok seseorang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi tersebut dengan cara yang tragis.
(san)