Tenggak Cherrybelle, 10 Pemuda Tewas

Rabu, 03 Desember 2014 - 10:47 WIB
Tenggak Cherrybelle,...
Tenggak Cherrybelle, 10 Pemuda Tewas
A A A
GARUT - Sepuluh pemuda di Kabupaten Garut meregang nyawa akibat mengonsumsi minuman keras (miras) oplosan jenis Cherrybelle kemarin.

Kesepuluh pemuda tewas itu antara lain, Sudar, 15, warga Sukaegang, Kecamatan Garut Kota; Ripal, 18, (Sukaresmi, Kecamatan Bayongbong); Asep, 23, (Sindangwargi, Tarogong Kaler); Budiman, 24, (Garut Kota); Da ni, 23, (Garut Kota); Yanyan, 24, (Garut Kota); Sobar, 25, (Garut Kota); Andri, 19, (Bungbulang); dan Erwin, 20, (Garut Kota). Korban kesepuluh yang tewas bernama Denis. Dia datang ke RSUD dr Slamet Garut sekitar pukul 18.00 WIB kemarin.

Walaupun mendapat perawatan medis, nyawa Denis tak tertolong. Dengan demikian, jumlah seluruh korban miras 12 orang. Perinciannya, tewas 10 orang dan masih dirawat yakni, Roni, 19, dan Romi, 15.

“Untuk korban terakhir ber nama Denis ini kami tidak mengetahui apakah dia meminum miras dari tempat sama atau bagaimana. Yang jelas dia datang sekitar pukul 18.00 WIB petang. Gejalanya sama seperti korban miras yang lain. Setelah ditangani oleh medis, nyawanya tidak tertolong,” kata Asep R, petugas medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Slamet Garut kepada KORAN SINDO kemarin.

Sebelum tewas, kata Asep, korban sempat ditangani secara medis oleh dokter di IGD. “Sepuluh orang meninggal masuk IGD dan sempat men da patkan penanganan medis. Sementara dua orang lagi, masih menjalani perawatan intensif. Dengan demikian total korban, baik yang sudah meninggal dan yang masih hidup ada 12 orang,” kata Asep.

Para korban datang berurutan sejak Senin siang hingga Selasa siang. Semua tewas setelah rata-rata menjalani perawatan antara satu hingga tiga jam. Dari catatan petugas RSUD dr Slamet Garut, korban pertama datang sekitar pukul 10.15 WIB, Senin 1 Desember. Korban miras oplosan yang pertama datang itu bernama Sudar, 15, warga Sukaregang, Kecamatan Garut Kota. “Korban yang pertama dilarikan ke IGD pada Senin ini meninggal sekitar pukul 13.00 WIB. Berikutnya datang lagi sejumlah korban lain dengan indikasi atau gejala sama, keracunan miras,” ujar dia.

Korban miras yang datang terakhir adalah Roni, 19, warga Kecamatan Garut Kota. Dia datang diantar keluarganya setelah mengalami gejala seperti yang dialami adiknya, Romi, 17, yaitu merasa mual dan pusing-pusing.

“Korban Roni baru saja datang sekitar pukul 14.00 WIB hari ini (kemarin). Dia dibawa keluarganya karena mengeluhkan sakit seperti apa yang dialami adiknya, Romi. Kebetulan memang adiknya yang bernama Romi itu sudah masuk ke rumah sakit duluan sekitar pukul 11.00 WIB. Keduanya masih hidup dan sedang menjalani perawatan intensif. Kami terus memberikan cairan infus,” ungkap Asep.

Seluruh korban meninggal telah dibawa oleh keluarga masing-masing untuk di makamkan di kampung halaman mereka. “Tahap paling parah adalah korban ini koma atau tak sadarkan diri, lalu meninggal dunia. Memang secara medis, racun dari miras oplosan akan merusak lambung, kemudian zat-zatnya masuk ke dalam pembuluh darah, lalu ke ginjal. Pada taraf ini korban merasa mual. Setelah racun masuk ke otak, baru korban merasakan pusing, pandangan kabur, dan terakhir tak sadarkan diri atau koma,” tutur dia.

Dari pengakuan seluruh korban, ujar Asep, mual dan pusing itu dialami setelah mereka menenggak miras oplosan jenis Cherrybelle pada Minggu 30 November malam. “Reaksi racunnya baru di rasakan hari berikutnya (Senin dan Selasa). Jadi tidak langsung sesaat setelah meminum miras. Apakah mereka meminum miras bersama-sama, kami tidak tahu,” ujar Asep.

Sementara itu, salah seorang korban, Roni menuturkan, dia menenggak miras oplosan pada Minggu (30/11) malam. Roni mengaku tak mengenal para korban yang tewas akibat miras oplosan sejenis. “Kami tidak minum-minum bersama. Ternyata adik saya yang bernama Romi juga menenggak minuman sama. Saya sama sekali tidak tahu. Saya tenggak saja minuman yang dibeli dari salah satu kios penjual di kawasan sekitar Terminal Guntur pada Minggu malam itu,” tutur Roni.

Belakang dia mendengar informasi bahwa kios yang menjadi tempat membeli miras juga didatangi oleh para korban tewas. Roni menjadi semakin khawatir akan kesehatannya saat mengetahui adiknya pun menenggak miras di tempat itu dan harus dilarikan ke rumah sakit. “Adik saya sampai tidak sadar. Saya merasakan hal sama akibat menenggak minuman yang warnanya mirip teh itu, yaitu merasa mual dan pusing, saya buru-buru ke sini untuk diperiksa dokter,” ujar dia.

Menurut Roni, minuman yang dibelinya itu dikemas dalam plastik. Harganya ber variasi. “Ada yang satu plastik Rp10.000, Rp15.000, ada juga yang Rp - 20.000. Saya membeli satu plastik yang Rp15.000,”ungkap Roni.

Sementara itu, seorang anggota Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Garut yang enggan disebutkan namanya mengemukakan, petugas tengah memburu pemilik kios yang menjual miras jenis Cherrybelle tersebut.

“Kami masih mencari (penjual miras). Sebab saat didatangi kiosnya, dia tidak ada. Kiosnya pun dalam kondisi tertutup. Padahal menurut sejumlah warga di sekitar terminal, kios itu buka setiap hari. Kami cari dia bagaimana pun caranya,” kata dia.

Fani Ferdiansyah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9058 seconds (0.1#10.140)