Tenggak Miras Oplosan, 9 Pemuda di Garut Tewas
A
A
A
GARUT - Sembilan orang meregang nyawa akibat mengkonsumsi miras oplosan jenis cherrybelle. Mereka dinyatakan tewas setelah sempat menjalani pemeriksaan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Slamet Garut.
"Sembilan orang meninggal setelah masuk IGD. Sementara dua orang lagi masih menjalani perawatan intensif. Dengan demikian, total korban yang meninggal dan hidup ada 11 orang," kata Asep R, Petugas IGD RSUD dr Slamet Garut, Selasa (2/12/2014).
Dari catatan petugas rumah sakit, kedatangan pertama korban terjadi pada pukul 10.15 WIB, pada Senin 1 Desember 2014. Korban miras oplosan yang pertama datang bernama Sudar (15), warga Sukaregang, Kecamatan Garut Kota.
"Korban yang pertama dilarikan ke IGD pada Senin kemarin ini, kemudian dinyatakan meninggal sekitar pukul 13.00 WIB. Berikutnya datang lagi sejumlah korban yang lain, dengan indikasi gejala sama, keracunan miras," ujarnya.
Korban miras yang datang terakhir adalah Roni (19), warga Kecamatan Garut Kota. Dia datang diantar keluarganya setelah mengalami gejala mirip yang terjadi pada adiknya Romi (17), yaitu merasa mual, dan pusing-pusing.
"Korban Roni baru saja datang sekitar pukul 14.00 WIB. Dia dibawa keluarganya, karena mengeluhkan sakit seperti apa yang dialami oleh adiknya Romi," jelasnya.
Hingga berita ini ditulis, para pemuda korban miras oplosan yang telah dinyatakan tewas ini adalah Sudar (15), Ripal (18), Asep (23), Budiman (24), Dani (23), Yanyan (24), Sobar (25), Andri (19), dan Erwin (20), warga Kecamatan Garut Kota.
"Mereka datang berurutan sejak Senin siang hingga Selasa dini hari. Semuanya sudah dinyatakan tewas setelah rata-rata menjalani perawatan antara satu hingga tiga jam," ungkapnya.
Seluruh korban meninggal, kini telah dibawa oleh keluarganya masing-masing untuk dimakamkan di kampung halaman mereka. Menurut Asep, rata-rata korban mengalami gejala mual, dan pusing.
“Tahap yang paling parah adalah korban ini koma, dan tidak sadarkan diri lalu meninggal dunia. Memang secara medis, racun dari miras oplosan akan merusak lambung, kemudian zat-zatnya masuk ke dalam pembuluh darah, lalu masuk ke ginjal," tukasnya.
Dari pengakuan seluruh korban, tambah dia, hal itu dialami setelah mereka meminum miras oplosan jenis cherrybelle pada Minggu 30 November 2014 malam.
“Reaksi racunnya baru dirasakan hari berikutnya, tidak langsung setelah meminum mirasnya. Apakah mereka meminum miras bersama-sama, kami tidak tahu,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang korban yang masih dalam kondisi sadar, Roni menuturkan, dia meminum miras oplosan tersebut pada Minggu malam. Dia mengaku tidak mengenal para korban lain yang sudah meninggal dunia.
"Saya tidak tahu kalau mereka merasakan gejala sama dan meninggal. Kami tidak minum bersama. Apalagi ternyata adik saya juga minum minuman yang sama, saya sama sekali tidak tahu," tukasnya.
Sementara itu, anggota Reserse Kriminal Polres Garut yang tidak mau disebut namanya mengaku, pihaknya kini tengah memburu pemilik kios yang menjual minuman oplosan itu. Kini, keberadaan pemilik kios sedang dicari oleh polisi.
“Kami masih mencarinya. Sebab saat didatangi kios miliknya, dia tidak ada. Kiosnya pun dalam kondisi tertutup. Padahal menurut sejumlah warga di sekitar terminal, kios ini selalu buka setiap hari," tukasnya.
"Sembilan orang meninggal setelah masuk IGD. Sementara dua orang lagi masih menjalani perawatan intensif. Dengan demikian, total korban yang meninggal dan hidup ada 11 orang," kata Asep R, Petugas IGD RSUD dr Slamet Garut, Selasa (2/12/2014).
Dari catatan petugas rumah sakit, kedatangan pertama korban terjadi pada pukul 10.15 WIB, pada Senin 1 Desember 2014. Korban miras oplosan yang pertama datang bernama Sudar (15), warga Sukaregang, Kecamatan Garut Kota.
"Korban yang pertama dilarikan ke IGD pada Senin kemarin ini, kemudian dinyatakan meninggal sekitar pukul 13.00 WIB. Berikutnya datang lagi sejumlah korban yang lain, dengan indikasi gejala sama, keracunan miras," ujarnya.
Korban miras yang datang terakhir adalah Roni (19), warga Kecamatan Garut Kota. Dia datang diantar keluarganya setelah mengalami gejala mirip yang terjadi pada adiknya Romi (17), yaitu merasa mual, dan pusing-pusing.
"Korban Roni baru saja datang sekitar pukul 14.00 WIB. Dia dibawa keluarganya, karena mengeluhkan sakit seperti apa yang dialami oleh adiknya Romi," jelasnya.
Hingga berita ini ditulis, para pemuda korban miras oplosan yang telah dinyatakan tewas ini adalah Sudar (15), Ripal (18), Asep (23), Budiman (24), Dani (23), Yanyan (24), Sobar (25), Andri (19), dan Erwin (20), warga Kecamatan Garut Kota.
"Mereka datang berurutan sejak Senin siang hingga Selasa dini hari. Semuanya sudah dinyatakan tewas setelah rata-rata menjalani perawatan antara satu hingga tiga jam," ungkapnya.
Seluruh korban meninggal, kini telah dibawa oleh keluarganya masing-masing untuk dimakamkan di kampung halaman mereka. Menurut Asep, rata-rata korban mengalami gejala mual, dan pusing.
“Tahap yang paling parah adalah korban ini koma, dan tidak sadarkan diri lalu meninggal dunia. Memang secara medis, racun dari miras oplosan akan merusak lambung, kemudian zat-zatnya masuk ke dalam pembuluh darah, lalu masuk ke ginjal," tukasnya.
Dari pengakuan seluruh korban, tambah dia, hal itu dialami setelah mereka meminum miras oplosan jenis cherrybelle pada Minggu 30 November 2014 malam.
“Reaksi racunnya baru dirasakan hari berikutnya, tidak langsung setelah meminum mirasnya. Apakah mereka meminum miras bersama-sama, kami tidak tahu,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang korban yang masih dalam kondisi sadar, Roni menuturkan, dia meminum miras oplosan tersebut pada Minggu malam. Dia mengaku tidak mengenal para korban lain yang sudah meninggal dunia.
"Saya tidak tahu kalau mereka merasakan gejala sama dan meninggal. Kami tidak minum bersama. Apalagi ternyata adik saya juga minum minuman yang sama, saya sama sekali tidak tahu," tukasnya.
Sementara itu, anggota Reserse Kriminal Polres Garut yang tidak mau disebut namanya mengaku, pihaknya kini tengah memburu pemilik kios yang menjual minuman oplosan itu. Kini, keberadaan pemilik kios sedang dicari oleh polisi.
“Kami masih mencarinya. Sebab saat didatangi kios miliknya, dia tidak ada. Kiosnya pun dalam kondisi tertutup. Padahal menurut sejumlah warga di sekitar terminal, kios ini selalu buka setiap hari," tukasnya.
(san)