Miliarder Garut Berencana Menyulap Cilopang Jadi Hotel
A
A
A
GARUT - Apakah terbayang bila sebuah hotel dan cottage berjarak sangat dekat dengan gunung berapi yang masih aktif.Usef Zainal Arifin, seorang pengusaha lokal asal Kabupaten Garut, mencoba mewujudkannya.
Berangkat dari gagasan makin berbahaya sebuah tempat akan memiliki nilai jual pariwisata yang tinggi, Usef nekat untuk berencana mendirikan sebuah kawasan wisata terpadu bernama Wisata Alam Bukit Cilopang Park di Gunung Guntur, salah satu gunung api aktif di Garut. Tentunya kawasan wisata yang akan dibangun ini didirikan di atas lahan pribadi miliknya sendiri.
“Saya memiliki lahan sekitar 24 hektare (ha) di sekitar Gunung Guntur, sebuah lahan yang berbatasan dengan kawasan konservasi milik BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Lokasinya memang lebih dekat dengan puncak Gunung Guntur bila dibandingkan dengan objek wisata Cipanas Garut,” kata Usef.
Lokasi lahan miliknya itu terletak di Cilopang, Gunung Guntur, wilayah administratif Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler. Sebagai tahap awal, dia akan menggunakan lahan seluas tiga ha terlebih dahulu untuk pembangunan sebuah kawasan wisata. Sebagai prioritas, sejumlah bangunan yang akan didirikan di lahan ini adalah convention hall, cottage,hotel, danai wisata, rumah-rumah danau, taman buah, kantor informasi dan pelatihan, mesjid, playground, kios kuliner, dan lainnya.
Pemerintah Desa Rancabango pun dilibatkan. Alasannya, pemerintah tingkat paling bawah ini memiliki sebuah tanah carik desa di sekitar Gunung Guntur seluas enam ha. “Tanah carik desa berbatasan langsung dengan tanah milik saya. Kami sudah sepakat akan bekerjasama untuk pengembangan sebuah kawasan wisata terpadu di sekitar Gunung Guntur. Dengan demikian, total luas lahan yang akan dibangun untuk pembangunan objek wisata baru ini mencapai 30 ha,” ujarnya.
Sistem kerja sama yang disepakati ke depan lebih kepada usaha yang saling melengkapi. Secara gamblang Usef menjelaskan konsep kawasan wisata yang akan diciptakannya di Gunung Guntur.
“Di lahan pribadi saya yang seluas tiga ha, saya akan bangun beberapa infrastruktur untuk tempat orang menginap. Sementara di lahan seluas empat ha milik pemerintah desa, akan dibangunkan tempat makan, belanja, dan keperluan lain bagi orang-orang yang menginap di hotel saya tadi. Sedangkan untuk lahan saya seluas 23 ha sisanya, rencananya akan dibangun tempat untuk wisata ternak sapi, kuda, kambing etawa, camping ground, kebun, atau lainnya. Sehingga para pengunjung bisa berjalan-jalan di sana,” paparnya.
Lahan miliknya dan tanah carik Pemerintah Desa Rancabango ini sendiri sebelumnya merupakan kawasan eks tambang pasir galian C. Rencana pembangunan kawasan wisata tersebut adalah bagian dari upayanya mereklamasi dan mengembalikan kesuburan tanah di daerah bekas tambang.
“Dulu menambang pasir di sini diizinkan oleh pemerintah. Sekarang sudah dilarang. Maka saya pun berhenti. Lalu sebagai bagian dari upaya mereklamasi atau mengembalikan kesuburan tanah, saya akan membuat kawasan wisata,” katanya.
Fani Ferdiansyah
Berangkat dari gagasan makin berbahaya sebuah tempat akan memiliki nilai jual pariwisata yang tinggi, Usef nekat untuk berencana mendirikan sebuah kawasan wisata terpadu bernama Wisata Alam Bukit Cilopang Park di Gunung Guntur, salah satu gunung api aktif di Garut. Tentunya kawasan wisata yang akan dibangun ini didirikan di atas lahan pribadi miliknya sendiri.
“Saya memiliki lahan sekitar 24 hektare (ha) di sekitar Gunung Guntur, sebuah lahan yang berbatasan dengan kawasan konservasi milik BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Lokasinya memang lebih dekat dengan puncak Gunung Guntur bila dibandingkan dengan objek wisata Cipanas Garut,” kata Usef.
Lokasi lahan miliknya itu terletak di Cilopang, Gunung Guntur, wilayah administratif Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler. Sebagai tahap awal, dia akan menggunakan lahan seluas tiga ha terlebih dahulu untuk pembangunan sebuah kawasan wisata. Sebagai prioritas, sejumlah bangunan yang akan didirikan di lahan ini adalah convention hall, cottage,hotel, danai wisata, rumah-rumah danau, taman buah, kantor informasi dan pelatihan, mesjid, playground, kios kuliner, dan lainnya.
Pemerintah Desa Rancabango pun dilibatkan. Alasannya, pemerintah tingkat paling bawah ini memiliki sebuah tanah carik desa di sekitar Gunung Guntur seluas enam ha. “Tanah carik desa berbatasan langsung dengan tanah milik saya. Kami sudah sepakat akan bekerjasama untuk pengembangan sebuah kawasan wisata terpadu di sekitar Gunung Guntur. Dengan demikian, total luas lahan yang akan dibangun untuk pembangunan objek wisata baru ini mencapai 30 ha,” ujarnya.
Sistem kerja sama yang disepakati ke depan lebih kepada usaha yang saling melengkapi. Secara gamblang Usef menjelaskan konsep kawasan wisata yang akan diciptakannya di Gunung Guntur.
“Di lahan pribadi saya yang seluas tiga ha, saya akan bangun beberapa infrastruktur untuk tempat orang menginap. Sementara di lahan seluas empat ha milik pemerintah desa, akan dibangunkan tempat makan, belanja, dan keperluan lain bagi orang-orang yang menginap di hotel saya tadi. Sedangkan untuk lahan saya seluas 23 ha sisanya, rencananya akan dibangun tempat untuk wisata ternak sapi, kuda, kambing etawa, camping ground, kebun, atau lainnya. Sehingga para pengunjung bisa berjalan-jalan di sana,” paparnya.
Lahan miliknya dan tanah carik Pemerintah Desa Rancabango ini sendiri sebelumnya merupakan kawasan eks tambang pasir galian C. Rencana pembangunan kawasan wisata tersebut adalah bagian dari upayanya mereklamasi dan mengembalikan kesuburan tanah di daerah bekas tambang.
“Dulu menambang pasir di sini diizinkan oleh pemerintah. Sekarang sudah dilarang. Maka saya pun berhenti. Lalu sebagai bagian dari upaya mereklamasi atau mengembalikan kesuburan tanah, saya akan membuat kawasan wisata,” katanya.
Fani Ferdiansyah
(ftr)