Prostitusi di Kemukus Dihentikan Bertahap

Jum'at, 28 November 2014 - 04:09 WIB
Prostitusi di Kemukus Dihentikan Bertahap
Prostitusi di Kemukus Dihentikan Bertahap
A A A
SRAGEN - Bupati Sragen Agus Fatchurrahman sepakat bahwa prakik prostitusi di kawasan Gunung Kemukus, Kecamatan Sumberlawang, Jawa Tengah, harus dihentikan. Namun hal itu tidak boleh dilakukan secara represif melainkan secara bertahap.

“Kita semua harus bersama sama untuk membenahi iman masyarakat agar tidak terjerumus dalam perbuatan asusila,” kata Agus Fatchurrahman, Kamis (27/11/2014). Sebagai langkah awal, pihaknya akan melakukan sosialisasi di Gunung Kemukus dengan memasang spanduk dan penerangan.

Sosialisasi diberikan kepada warga setempat maupun pendatang. Pihaknya yakin persoalan di Gunung Kemukus dapat diselesaikan dengan cara damai tanpa menimbulkan gejolak sosial.

Dia juga akan berkoordinasi dengan forum pimpinan daerah untuk menyelesaikan masalah itu. Sehingga nantinya dapat diselesaikan secara aman dan damai.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tataq Prabawanto mengemukakan, pihaknya akan mengumpulkan satuan kerja (Satker) terkait guna membahas Gunung Kemukus, seperti Kesbanglinmaspol, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan Satpol PP.

Masalah di Gunung Kemukus yang kompleks akan diurai satu per satu guna dicarikan solusi terbaik. Sehingga praktik prostitusi terselubung di lokasi itu bisa diberantas. Maraknya prostitusi karena adanya pemahaman yang keliru di Kemukus.

Pemahaman yang keliru tentunya harus diluruskan sambil menertibkan para PSK yang biasa mangkal. “Jadi kami tidak akan serta merta menutup Gunung Kemukus. Kalau ada yang keliru, itu yang harus diluruskan dulu,” tandas Tataq.

Juru Kunci Makam Pengeran Samudro di Gunung Kemukus Hasto Pratomo mengatakan, selama ini banyak pengunjung yang datang dengan motivasi untuk mencari pesugihan (kekayaan).

Dengan berziarah di makam Pengeran Samudro, mereka kemudian percaya mitos untuk mencari pesugihan harus melalui ritual hubungan seks bukan dengan pasangan resminya. “Mitos seperti ini jelas tidak benar dan harus diluruskan,” ungkap Hasto Pratomo.

Pihaknya menegaskan bahwa ritual seks bebas di Kemukus merupakan penyimpangan. Dirinya menganggap salah satu akar persoalan maraknya praktek esek esek di Kemukus adalah berdirinya rumah rumah bordil, kafe, dan tempat karaoke yang semakin menjamur.

Tercatat ada sekitar 100 rumah liar berdiri dengan berkedok kafe atau karaoke. Padahal keberadaannya dihuni para PSK yang mangkal.
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6827 seconds (0.1#10.140)