Pelajar dan PNS di Subang Sumbangkan Darah
A
A
A
SUBANG - Puluhan pelajar dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Subang menyumbangkan darah mereka. Kegiatan donor darah di Aula Kantor Kecamatan Blanakan itu digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-43 Korpri.
"Kegiatan donor darah penting terus dilakukan untuk memupuk jiwa dan rasa kepedulian sosial diantara sesama," kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Blanakan Aet Rudiatna kepada KORAN SINDO, kemarin.
Seorang pendonor yang juga siswi SMAN Blanakan, Yanti (17), mengatakan, meski baru pertama kali mengikuti donor darah, dia merasa bangga darahnya bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Terpisah, Direktur Unit Donor Darah PMI Kabupaten Subang Dwinan Marchiawaty mengatakan, stok darah di Markas PMI sedang krisis, bahkan habis sejak sepekan terakhir. Hal ini disebabkan tidak adanya keseimbangan antara yang membutuhkan darah dengan yang mendonorkan darahnya.
"Yang membutuhkan darah lebih banyak dan frekuensinya tinggi," keluh Dwinan.
Menurutnya, permintaan darah yang paling banyak berasal dari para pengidap penyakit talasemia dan pasien cuci darah, yang jumlahnya mencapai ratusan orang dan order darahnya rutin. Dia menyebut, setiap bulan, kebutuhan darah di Subang mencapai 1.200 labu, sementara hasil dari kegiatan donor paling bisa menghasilkan sebanyak 900 labu.
"Makanya, setiap bulan kebutuhan darah selalu tekor. Untuk mengatasinya, kami harus bergerak jemput bola ke setiap pendonor di lokasi-lokasi keramaian atau lokasi berlangsungnya kegiatan menggunakan mobil layanan donor darah," pungkasnya.
"Kegiatan donor darah penting terus dilakukan untuk memupuk jiwa dan rasa kepedulian sosial diantara sesama," kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Blanakan Aet Rudiatna kepada KORAN SINDO, kemarin.
Seorang pendonor yang juga siswi SMAN Blanakan, Yanti (17), mengatakan, meski baru pertama kali mengikuti donor darah, dia merasa bangga darahnya bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Terpisah, Direktur Unit Donor Darah PMI Kabupaten Subang Dwinan Marchiawaty mengatakan, stok darah di Markas PMI sedang krisis, bahkan habis sejak sepekan terakhir. Hal ini disebabkan tidak adanya keseimbangan antara yang membutuhkan darah dengan yang mendonorkan darahnya.
"Yang membutuhkan darah lebih banyak dan frekuensinya tinggi," keluh Dwinan.
Menurutnya, permintaan darah yang paling banyak berasal dari para pengidap penyakit talasemia dan pasien cuci darah, yang jumlahnya mencapai ratusan orang dan order darahnya rutin. Dia menyebut, setiap bulan, kebutuhan darah di Subang mencapai 1.200 labu, sementara hasil dari kegiatan donor paling bisa menghasilkan sebanyak 900 labu.
"Makanya, setiap bulan kebutuhan darah selalu tekor. Untuk mengatasinya, kami harus bergerak jemput bola ke setiap pendonor di lokasi-lokasi keramaian atau lokasi berlangsungnya kegiatan menggunakan mobil layanan donor darah," pungkasnya.
(zik)