Jawa Tengah Kekurangan Dokter Gigi
A
A
A
SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dinilai masih kekurangan jumlah dokter gigi. Masyarakat di Jateng juga dinilai masih kurang memperoleh pelayanan, serta edukasi terkait kesehatan gigi dan mulut.
"Padahal mengacu pada indikator Indonesia sehat 2010, setiap dokter gigi seharusnya dapat melayani sekitar 10.000 pasien. Jadi, Jateng masih kurang dokter gigi," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang drg Suryono, kepada wartawan, Kamis (13/11/2014).
Berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2012, Jateng memiliki sekitar 1.645 dokter gigi. Dengan jumlah penduduknya sekitar 32 juta jiwa, maka rasio jumlah dokter gigi dan penduduknya adalah satu banding 19.000.
Sedangkan menurut data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng 2013, baru 45,8% anak usia sekolah dasar di Semarang yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut. Untuk itu, perlu ada kerjasama yang berkesinambungan.
"Kami berharap, BKGN ini dapat dijadikan momentum untuk membantu tindakan preventif, termasuk pemeriksaan gigi bagi anak. Agar-anak paham, tidak takut. Edukasinya dengan cara menyenangkan, seperti pemutaran video interaktif dan dongeng," jelasnya.
Selain anak-anak, upaya edukasi juga dilakukan kepada masyarakat umum, agar paham betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dalam rangka membantu pemerataan edukasi, serta pelayanan kesehatan gigi dan mulut, BKGN di Semarang kali ini melibatkan 200 tenaga kesehatan gigi dan mulut dan ditargetkan akan mampu melayani 1.800 orang.
"Selama tiga hari, yakni 13-15 November 2014, masyarakat bisa memperoleh layanan gratis di RSIGM FKG Unissula. Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat akan semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut," ungkapnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk drg Ratu Mirah Afifah mengatakan, berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, sekitar 24,5% penduduk Jateng memiliki permasalahan gigi dan mulut.
"Dari jumlah itu, baru 31% yang menerima layanan kesehatan gigi. Memahami hal itu, kami ingin kembali mengajak masyarakat melalui kegiatan BKGN untuk memperhatikan pentingnya kesehatan gigi dan mulut," tegasnya.
Kegiatan ini, katanya, terlaksana atas kerjasma dengan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), dan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia), dan menargetkan 1.800 orang masyarakat di Semarang memperoleh layanan gratis selama BKGN berlangsung di RSIGM FKG Unissula.
"Padahal mengacu pada indikator Indonesia sehat 2010, setiap dokter gigi seharusnya dapat melayani sekitar 10.000 pasien. Jadi, Jateng masih kurang dokter gigi," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang drg Suryono, kepada wartawan, Kamis (13/11/2014).
Berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2012, Jateng memiliki sekitar 1.645 dokter gigi. Dengan jumlah penduduknya sekitar 32 juta jiwa, maka rasio jumlah dokter gigi dan penduduknya adalah satu banding 19.000.
Sedangkan menurut data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng 2013, baru 45,8% anak usia sekolah dasar di Semarang yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut. Untuk itu, perlu ada kerjasama yang berkesinambungan.
"Kami berharap, BKGN ini dapat dijadikan momentum untuk membantu tindakan preventif, termasuk pemeriksaan gigi bagi anak. Agar-anak paham, tidak takut. Edukasinya dengan cara menyenangkan, seperti pemutaran video interaktif dan dongeng," jelasnya.
Selain anak-anak, upaya edukasi juga dilakukan kepada masyarakat umum, agar paham betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dalam rangka membantu pemerataan edukasi, serta pelayanan kesehatan gigi dan mulut, BKGN di Semarang kali ini melibatkan 200 tenaga kesehatan gigi dan mulut dan ditargetkan akan mampu melayani 1.800 orang.
"Selama tiga hari, yakni 13-15 November 2014, masyarakat bisa memperoleh layanan gratis di RSIGM FKG Unissula. Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat akan semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut," ungkapnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk drg Ratu Mirah Afifah mengatakan, berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, sekitar 24,5% penduduk Jateng memiliki permasalahan gigi dan mulut.
"Dari jumlah itu, baru 31% yang menerima layanan kesehatan gigi. Memahami hal itu, kami ingin kembali mengajak masyarakat melalui kegiatan BKGN untuk memperhatikan pentingnya kesehatan gigi dan mulut," tegasnya.
Kegiatan ini, katanya, terlaksana atas kerjasma dengan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), dan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia), dan menargetkan 1.800 orang masyarakat di Semarang memperoleh layanan gratis selama BKGN berlangsung di RSIGM FKG Unissula.
(san)