Saksi Bisu Kejayaan Baron Braud

Minggu, 09 November 2014 - 13:01 WIB
Saksi Bisu Kejayaan Baron Braud
Saksi Bisu Kejayaan Baron Braud
A A A
Jatinangor dikenal sebagai kawasan pendidikan tinggi karena di sana berdiri Universitas Padjadjaran, Ikopin, IPDN, dan Institut Teknologi Bandung. Sebelum jadi kampus, areal itu adalah perkebunan karet seluas 962 hektare milik pengusaha Jerman yang sangat tersohor pada masanya.

Kini setelah kebun karet itu hilang, sisa-sisa kejayaannya masih bisa dilihat. Jika berkunjung ke kawasan kampus ITB Jatinangor (dulunya Unwim), Anda dapat dengan mudah melihat Menara Loji. Tak heran karena tinggi menara berwarna putih itu sampai 20 meter dengan gaya neo gothic Belanda.

Bagian atas Menara Loji mengerucut membentuk segi delapan. Di puncak menara terdapat hiasan tiga jari menyerupai senjata trisula. Berdasarkan keterangan Gatot Gunawan, budayawan yang memiliki perhatian terhadap Menara Loji, bangunan heritagedibangun Baron Braud sekitar tahun 1800.

Menara itu berfungsi sebagai tempat memantau para pekerja pribumi di perkebunan. Dengan menaiki menara tinggi, Baron Braud tidak perlu lagi capek-capek keliling kebun seluas itu untuk menjamin semua pekerjaan diselesaikan dengan baik. Dari menara itu, Baron kerap memberi perintah kepada mandor pekerja dari jarak jauh.

Pada saat dibangun, Loji dilengkapi dengan lonceng raksasa. Lonceng akan berbunyi tiga kali dalam sehari, yakni pukul 05.00 sebagai tanda memulai menyadap getah karet, pukul 10.00 mengambil mangkuk-mangkuk berisi sadapan, dan terakhir pukul 14.00 sebagai pertanda bahwa waktu kerja sudah selesai.

“Namun tahun 1980 lonceng itu sudah tidak ada lagi, hilang dicuri,” kata Gatot saat ditemui di Menara Loji. Perkebunan karet itu terus berjalan sampai akhir hayat Baron Braud. Tak diketahui kapan Baron meninggal dunia. Namun 100 meter dari menara ada dua buah makam yang diyakini salah satunya tempat peristirahatan terakhir Baron.

Satu makam lagi diduga makam anaknya dari pernikahan dengan seorang perempuan Sunda dari Bogor bernama Ibu Inciah. “Ada sumber yang mengatakan bahwa itu adalah makam anaknya, tapi ada lagi yang bilang itu makam istrinya,” kata Gatot.

Sebagai objek wisata sejarah, Menara Loji di Jatinangor cukup layak dikunjungi. Meski lonceng bersejarah telah hilang dicuri, namun faktanya menara tetap dipelihara hingga kini, terbukti dengan adanya berbagai pembenahan yang dilakukan. Kini menara itu dikelilingi taman sehingga muncul tempat yang namanya Taman Loji.

“Dulu saya ke sini tahun 2008 masih belum begini, di sekitarnya juga masih banyak rumputrumput liar. Sekarang alhamdulillah sudah lebih rapi, dibentuk taman,” jelas dia. Menara Loji sebagai tempat wisata sejarah bakal sempurna jika saja ada orang yang menunggui sebagai pemandu.

Orang yang datang pasti membutuhkan keterangan dari ahli karena di sana tidak ada petunjuk sama sekali dalam bentuk pra sasti atau lainnya yang bisa menjelaskan sejarah tempat itu. Sayang pemerintah kecamatan setempat pun tidak tahu dan tidak berusaha mencari tahu sejarah tempat itu.

“Tidak ada catatan tentang itu,” kata seorang staf di kantor Kecamatan Jatinangor. Di Goethe Institute, lembaga kebudayaan Jerman di Bandung, tak ada satu pun koleksi buku atau sekadar keterangan tentang Menara Loji dan Baron Braud.

Terlepas dari sisi gelapnya, Menara Loji bisa menjadi alternatif wisata bagi Anda yang menginginkan susana berbeda saat liburan. Anda bisa datang dengan mengambil rute ke arah kampus ITB Jatinangor. Loji terdapat persis di samping kampus tepatnya di sebelah kiri jalan. Begitu sampai, Anda akan menemukan sebuah gerbang besi yang tak terkunci.

Inin nastain
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6610 seconds (0.1#10.140)