Plafon Jebol, Siswa SDN Kalisumber I Tetap Belajar
A
A
A
BOJONEGORO - Kabupaten Bojonegoro dikenal sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas) yang melimpah. Pemasukan daerah dari sektor migas cukup besar. Bahkan, kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bojonegoro 2014 mencapai Rp1,3 triliun.
Namun, di daerah yang dikenal kaya akan minyak ini masih banyak dijumpai gedung sekolah yang rusak. Contohnya SDN Kalisumber I di Desa Kalisumber, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Gedung sekolah yang hanya berjarak 500 meter dari lokasi pengeboran minyak mentah Sumur Tiung Biru yang dikelola Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu itu sungguh memprihatinkan. Gedung SDN Kalisumber I ini terdiri atas enam ruang kelas. Masing-masing ruang kelas berukuran sekitar 6 x 7 meter.
Namun, hampir semua ruang kelas yang berdinding tembok itu rusak. Plafon ruang kelas 2 banyak yang jebol dan pecah-pecah. Atap plafon dari asbes yang jebol dan pecah itu diberi penyangga potongan bambu agar tidak runtuh. Begitu pula kondisi ruang kelas 3 yang memprihatinkan. Atap ruang kelas 3 itu jebol dan menganga cukup lebar. Sementara, lantai ruang kelas juga pecah-pecah mengeluarkan pasir dan debu. Buku-buku tampak berserakan tak beraturan di pojok kelas.
Menurut guru kelas 2 SDN Kalisumber I, Yuyun Nikmayuha, gedung sekolah ini sudah rusak sejak lama. Plafon ruang kelas 2 dan kelas 3 pernah runtuh beberapa kali, tetapi beruntung tidak sampai menimpa siswa. “Saat ada angin kencang atau saat hujan sering mengakibatkan plafon runtuh. Kalau hujan, buku-buku di ruang kelas juga basah,” ujarnya. Dia mengatakan, kegiatan belajar-mengajar memang tidak nyaman ketika melihat atap ruang kelas jebol dan nyaris runtuh. Sebab, siswa selalu diliputi kecemasan kalau suatu saat atap itu akan runtuh.
“Apalagi kalau musim hujan, kami selalu waswas saat berada di ruang kelas,” ungkapnya. Yuyun mengatakan, pihak sekolah sudah melaporkan kondisi ruang kelas yang rusak itu pada Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, pihak sekolah pernah berupaya meminta bantuan pengelola Sumur Tiung Biru, yakni PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Namun, sejauh ini belum ada tanggapan apa-apa. “Ya untuk sementara kegiatan belajar-mengajar tetap memakai ruang kelas yang kondisinya rusak ini,” ujarnya.
Menurut Faizal, salah satu siswa kelas 3 SDN Kalisumber I, mengikuti pelajaran di ruangan kelas yang atapnya jebol tidak mengenakkan. Sebab, dia dan teman-temannya selalu waswas kalau plafon ruang kelas itu runtuh. “Ya khawatir, apalagi kalau ada hujan atau angin kencang,” ujar siswa asal Desa Kalisumber tersebut. Siswa yang belajar di SDN Kalisumber I ini sebanyak 80 anak. Sebagian besar mereka berasal dari Desa Kalisumber dan sekitarnya. SDN Kalisumber I ini berada di tepian hutan wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan.
Gedung sekolah ini juga berada di dekat lokasi pengeboran minyak Sumur TBRA, TBR B, dan TBR C. Saat ini Sumur TBR A yang berada di tengah hutan jati itu menghasilkan minyak mentah sebesar 1.400 barel/hari. Sedangkan, selama Januari- Oktober 2014 ini, secara akumulasi menghasilkan minyak mentah sebesar 324.000 barel.
Muhammad roqib
Namun, di daerah yang dikenal kaya akan minyak ini masih banyak dijumpai gedung sekolah yang rusak. Contohnya SDN Kalisumber I di Desa Kalisumber, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Gedung sekolah yang hanya berjarak 500 meter dari lokasi pengeboran minyak mentah Sumur Tiung Biru yang dikelola Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu itu sungguh memprihatinkan. Gedung SDN Kalisumber I ini terdiri atas enam ruang kelas. Masing-masing ruang kelas berukuran sekitar 6 x 7 meter.
Namun, hampir semua ruang kelas yang berdinding tembok itu rusak. Plafon ruang kelas 2 banyak yang jebol dan pecah-pecah. Atap plafon dari asbes yang jebol dan pecah itu diberi penyangga potongan bambu agar tidak runtuh. Begitu pula kondisi ruang kelas 3 yang memprihatinkan. Atap ruang kelas 3 itu jebol dan menganga cukup lebar. Sementara, lantai ruang kelas juga pecah-pecah mengeluarkan pasir dan debu. Buku-buku tampak berserakan tak beraturan di pojok kelas.
Menurut guru kelas 2 SDN Kalisumber I, Yuyun Nikmayuha, gedung sekolah ini sudah rusak sejak lama. Plafon ruang kelas 2 dan kelas 3 pernah runtuh beberapa kali, tetapi beruntung tidak sampai menimpa siswa. “Saat ada angin kencang atau saat hujan sering mengakibatkan plafon runtuh. Kalau hujan, buku-buku di ruang kelas juga basah,” ujarnya. Dia mengatakan, kegiatan belajar-mengajar memang tidak nyaman ketika melihat atap ruang kelas jebol dan nyaris runtuh. Sebab, siswa selalu diliputi kecemasan kalau suatu saat atap itu akan runtuh.
“Apalagi kalau musim hujan, kami selalu waswas saat berada di ruang kelas,” ungkapnya. Yuyun mengatakan, pihak sekolah sudah melaporkan kondisi ruang kelas yang rusak itu pada Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, pihak sekolah pernah berupaya meminta bantuan pengelola Sumur Tiung Biru, yakni PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Namun, sejauh ini belum ada tanggapan apa-apa. “Ya untuk sementara kegiatan belajar-mengajar tetap memakai ruang kelas yang kondisinya rusak ini,” ujarnya.
Menurut Faizal, salah satu siswa kelas 3 SDN Kalisumber I, mengikuti pelajaran di ruangan kelas yang atapnya jebol tidak mengenakkan. Sebab, dia dan teman-temannya selalu waswas kalau plafon ruang kelas itu runtuh. “Ya khawatir, apalagi kalau ada hujan atau angin kencang,” ujar siswa asal Desa Kalisumber tersebut. Siswa yang belajar di SDN Kalisumber I ini sebanyak 80 anak. Sebagian besar mereka berasal dari Desa Kalisumber dan sekitarnya. SDN Kalisumber I ini berada di tepian hutan wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan.
Gedung sekolah ini juga berada di dekat lokasi pengeboran minyak Sumur TBRA, TBR B, dan TBR C. Saat ini Sumur TBR A yang berada di tengah hutan jati itu menghasilkan minyak mentah sebesar 1.400 barel/hari. Sedangkan, selama Januari- Oktober 2014 ini, secara akumulasi menghasilkan minyak mentah sebesar 324.000 barel.
Muhammad roqib
(ars)