Puting Beliung Ancam Medan

Rabu, 05 November 2014 - 15:56 WIB
Puting Beliung Ancam...
Puting Beliung Ancam Medan
A A A
MEDAN - Warga Kota Medan diimbau berhati- hati jika berada di jalanan saat hujan deras turun. Dengan kondisi cuaca seperti saat ini, pohon-pohon di pinggir jalan sangat berpotensi tumbang secara tiba-tiba.

“Warga juga harus mengantisipasi atap rumahnya. Kalau kira-kira tidak kuat, dikuatkan supaya tidak mudah beterbangan kalau ada angin kencang,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut, Hendra Suwarta, kemarin.

Menurut BMKG, kecepatan angin di wilayah Sumatera Utara (Sumut) saat ini mencapai 30 knot per jam dan akan berlangsung hingga awal 2015. Dengan kecepatan angin tersebut, seluruh daerah di wilayah Sumut berpotensi terjadi puting beliung, seperti Kota Medan, Serdangbedagai, Tanjung Balai, Deliserdang, Tebingtinggi, Kisaran, Asahan, Binjai, dan Langkat. Hendra menjelaskan, penyebab kecepatan angin mencapai 30 knot per jam dikarenakan kondisi awan saat ini cumulonimbus (Cb) atau awan dengan massa besar.

Apalagi saat ini Sumut sedang memasuki puncak musim hujan yang sudah tentu intensitas hujannya semakin meningkat. “Apalagi kalau ada belalainya, itu yang sangat membahayakan. Tapi datangnya tidak tentu, arah angin juga bisa berubah. Kadang ke arah timur, barat daya dan tenggara. Paling tidak tiga hari bisa berubah. Tapi angin berembus bisa kapan saja disertai hujan deras, makanya puting beliung bisa mengancam kapan saja,” kata Hendra.

Untuk itu, dia mengimbau warga lebih berhati-hati jika berada di luar rumah. Bisa saja, dengan kondisi hujan yang disertai angin kencang, pohon di pinggir jalan tiba-tiba tumbang. Tidak hanya puting beliung, musim hujan yang berlangsung hingga Januari 2015 ini juga berpotensi terjadi banjir dan longsor. Potensi banjir biasanya terjadi di daerah perkotaan.

Selain karena infrastrukturnya yang tidak bisa menampung debit air, banjir juga dikarenakan air kiriman dari pegunungan. “Oleh karena itu, warga yang berada di perkotaan terutama yang tinggal di kawasan bantaran sungai perlu waspada. Air sungai bisa tiba-tiba naik ditambah hujan yang terus-menerus. Selain itu, bisa saja tiba-tiba datang air kiriman dari pegunungan, sehingga terjadilah banjir,” ucapnya.

Kata dia, pola hujan di Sumut memang seperti ini setiap tahun, dan puncak hujannya terjadi Oktober dan November. Desember hingga Januari juga masih musim hujan tapi intensitasnya sudah menurun. “Dengan musim penghujan ini, tinggi gelombang meningkat hingga tiga meter dari ratarata permukaan air laut. Karenanya nelayan juga harus mewaspadai tinggi gelombang di laut,” tuturnya.

Rumah Warga Percut Sei Tuan Porak-poranda

Peringatan yang disampaikan BMKG ini memang bukan isapan jempol. Paling tidak, puting beliung sudah melanda daerah tetangga Kota Medan.

Sedikitnya empat dari puluhan rumah mengalami rusak parah akibat dihantam angin puting beliung di Desa Bandar Khalipa, Pasar IV, Dusun 17, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Selasa (4/11) dini hari. Derasnya hujan dan angin kencang membuat puluhan rumah warga mengalami kerusakan. Seluruh atap dan rangka bubungan rumah terbang dibawa angin.

Saat peristiwa berlangsung sempat angin berputar dan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Selain merusak rumah warga, sejumlah tanaman pohon warga turut rusak. Aliran listrik warga pun juga terpaksa harus diperbaiki. “Malam itu angin kencang dan hujan deras. Karena itu makanya kami panik dan terpaksa lari keluar rumah,” ujar Sumarni, 56, warga Dusun 17.

Memang tidak ada korban jiwa ataupun luka akibat angin puting beliung itu, namun warga masih khawatir dengan kondisi hujan dan angin kencang yang masih terus terjadi hampir setiap malam. Sementara Kepala Bidang Pelayanan Sosial, Dinas Sosial Pemkab Deliserdang, Darwin, mengklaim hanya ada sepuluh rumah yang rusak akibat angin puting beliung itu. Di antarnya empat rumah rusak berat, empat rumah rusak sedang, dan dua rumah rusak ringan.

Terpisah, pengamat lingkungan di Medan, Jaya Arjuna, mengatakan, sebenarnya informasi musim hujan sudah disampaikan BMKG, namun Pemko Medan sering tidak mengerti bagaimana mengatasi potensi banjir di perkotaan.

“Tidak perlu susah-susah sebenarnya. Pemko Medan hanya perlu memperbaiki drainase dan melakukan pemetaan kawasan banjir di Medan sehingga kita tahu daerah mana-mana saja yang rawan banjir dan mana daerah yang sudah bebas banjir. Tapi sepertinya itu tidak pernah dilakukan. Padahal, BMKG sudah sering kali menginformasikan perkiraan cuaca,” sebutnya.

Eko agustyo fb/ M andi yusri
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7202 seconds (0.1#10.140)