Setiap Pohon Ada Masanya

Minggu, 02 November 2014 - 14:49 WIB
Setiap Pohon Ada Masanya
Setiap Pohon Ada Masanya
A A A
Keberadaan pohon di sebuah kota menjadi keharusan karena manfaatnya yang begitu besar untuk kehidupan manusia. Pohon bisa menghasilkan oksigen, penyaring debu dan asap kendaraan bermotor. Juga bisa meminimalisasi polusi udara.

Selain itu, menjadi tempat penyimpanan air tanah sehingga mencegah datangnya banjir dan erosi, serta menjamin pasokan air tanah. Pohon juga menjadi peredam keramaian kota yang padat aktivitas.

Bisa dikatakan, pohon tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Namun, belakangan ini keberadaan pohon terutama di Kota Medan mulai membuat cemas sebagian warga. Dari beberapa kejadian belakangan ini, musibah kerap terjadi hingga menghilangkan nyawa manusia disebabkan pohon tumbang. Beberapa hari terakhir, dua warga dilaporkan tewas, satu orang dilarikan ke rumah sakit, dan kendaraan ringsek disebabkan pohon tumbang. Pohon tumbang ini jatuh tiba-tiba karena faktor alam.

Masyarakat dan pengendara kini mulai waswas karena pohon sewaktuwaktu bisa membahayakan keselamatan mereka. Tentunya kejadian alam seperti angin kencang, hujan, petir, dan sebagainya tidak bisa disalahkan. Cara perawatan, sistem penanaman, dan tempat penanaman bisa menjadi penyebab. Saat ini sedikitnya puluhan ribu pohon bertebar di Kota Medan. Sebagian ada yang sudah berumur.

Meskipun Dinas Pertamanan Kota Medan selaku satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bertanggung jawab merawat pohon, mengklaim tetap merawat, tapi secara kasatmata perawatan nyaris tidak ada. Hal ini terbukti dimana pohon tua atau pohon yang tidak bisa dirawat mulai ditebang karena dinilai hanya mengancam warga. Bahkan, SKPD tersebut semakin intens melakukannya. Tindakan itu juga dipicu akibat cuaca tidak menentu belakangan ini.

“Kami mulai fokus menebang pohon tua di Kota Medan, karena sudah tidak bisa dirawat. Jumlahnya kami tidak tahu persis. Tapi cukup banyak terutama di kawasan inti kota,” ungkap Kasi Pohon Dinas Pertamanan Kota Medan, Toni, kepada KORAN SINDO MEDAN, belum lama ini. Perhatian harus diberikan mulai saat ini juga, tidak hanya sekadar menebang pohon tua. Pemilihan jenis tanaman juga mulai menjadi perhatian. Saat ini pohon yang ditanam sangat beragam. Mulai dari mahoni, angsana, akasia, trembesi, asam, dan sebagainya.

Penanaman pohon sendiri selama ini tidak melihat kultur tanah, wadah atau tempat penanaman. Seperti di kawasan Jalan Yos Sudarso dan sekitarnya banyak ditanami pohon mahoni. Sedangkan di kawasan Medan Amplas bercampur, ada palem, angsana, akasia, dan mahoni. Begitu juga di kawasan Medan Tuntungan. Jadi, tidak ada spesifikasi jenis pohon di satu daerah.

Pohon yang mudah tumbang dan berdahan seperti akasia dan angsana mulai ditinggalkan. Sebab, dahannya terlalu banyak dan batangnya tidak kuat. Selain itu akarnya juga menyebar, sehingga merusak aspal dan trotoar. Semuanya mulai digantikan dengan mahoni. Maklum batang pohon ini sangat keras dan tidak terlalu banyak dahan. “Angsana dan akasia tidak lagi. Semuanya direncanakan ditanami mahoni dan pohon keras lainnya agar tidak mudah tumbang. Lalu ditanam berjarak dan tempatnya juga kami ubah. Ada ruang diberikan,” ungkapnya.

Bahkan, ketinggian juga mulai diperhatikan. Pemangkasan bagian atas dan dahan akan semakin intens. Ada batasan ketinggian pohon mulai diberlakukan. Hal ini mencegah pohon tidak rawan tumbang. Begitu juga dengan pemupukan. Pupuk sangat tersedia karena diolah sendiri. Jadi, tidak takut kekurangan. “Ke depannya, selain memperhatikan ketinggian, perawatan tidak sekadar pemangkasansaja, tapijugapemupukan dan perawatan lainnya. Kita lihat sebenarnya ada batas umurnya. Kalau tanaman itu sudah tua, harus diganti,” ucapnya.

Pohon Ada Masanya

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Sayed Umar, mengungkapkan, keberadaan pohon menjadi ancaman warga dikarenakan salah urus dari awal. Mulai dari penentuan lokasi penanaman, memilih jenis tanaman, dan juga tidak adanya perawatan.

Kunci dalam menanam ada letak di situ. Menurutnya, tidak sulit merawat pohon di Kota Medan. Begitu juga dalam memperhatikan pohon tua atau tidak bisa berproduksi lagi dengan masih bisa dipertahankan. Sebab, bisa dilihat dari fisiknya. Apabila pohon yang sudah tua, bisa dilihat dari akarnya yang mengangkat. Artinya akar tersebut sudah tidak kuat memegang tanah. Apabila sudah seperti ini, pohon tersebut mudah tumbang karena akarnya sudah rusak akibat dimakan rayap dan jamur. Selain itu, bisa dilihat dari cabangnya semakin banyak.

Tentunya bila seperti ini, harus ditebang dan digantikan dengan pohon lainnya. Mengingat, pohon tersebut tidak akan kuat memikul beban yang cukup berat. “Setiap pohon itu ada masanya. Tidak bisa dipertahankan selamanya. Bahkan, tidak pohon tua saja. Kalau pohon yang tidak dirawat juga bisa demikian. Kalau sudah seperti ini, harus dilakukan replanting atau penanaman kembali,” ungkapnya.

Dia menguraikan, ketahanan satu pohon tidak bisa ditentukan atau diprediksi sampai berapa lama. Sebab, masingmasing pohon punya ketahanan berbeda, sehingga tidak bisa ditentukan. Selain itu, tergantung perawatan. Dalam merawat tidak bisa dianggap mainmain atau sekadar, semua jenis pohon butuh perawatan intensif. Kebanyakan saat ini mereka hanya paham atau sekadar menanam saja. Apabila tidak dirawat, sama saja. Pohon yang tidak dirawat percuma ditanam. Hal itulah yang bisa mengancam, bukan melindungi. “Perawatan harus dilakukan terus-menerus, tidak bisa hanya sekadar saja. Kalau sekadar, percuma saja ditanam,” ucapnya.

Dia mengingatkan, hal yang paling diperhatikan menyesuaikan lokasi penanaman dengan pohon yang ditanam. Apabila tidak sesuai, tentu akan berbahaya. Dia mencontohkan pohon trambesi yang ditanam saat zaman Belanda dengan yang ditanam belakangan ini. Trambesi tidak bisa ditanam di pinggir jalan. Sebab, akan merusak aspal dan akarnya tidak akan kuat menahan batangnya yang besar dan cabangnya yang banyak. Makanya, Belanda menanam trambesi di lapangan luas dan jauh dari jalan maupun drainase.

Tujuannya agar tidak merusak jalan dan kedalaman lubang lebih maksimal. Begitu juga dengan pohon lain. Pohon yang akarnya menyebar tidak bisa ditanam di pinggir jalan atau di trotoar. Sebab, kedalaman lubang terbatas dan akarnya akan merusak. Hal itu bisa saja dilakukan apabila begitu akar mulai menyebar dan terangkat, langsung ditebang. Sebab, ketahanan akar sudah mulai berkurang dan rawan tumbang. Jarak antara pohon satu dengan yang lain juga harus menjadi perhatian agar tidak saling berhimpitan, sehingga ada ruang gerak.

Apalagi tujuan penanaman pohon kota ada perlindungan, bukan produksi. Jadi, sejak awal sudah harus diperhatikan. Sebab, bila tidak, akan mengancam bukan memberikan naungan. Begitu juga dengan perawatan. Perawatan pohon tidak sulit selama itu ada kemauan dan harus dilakukan secara kontinu. Tidak bisa hanya sekadar. Perawatan dilakukan mulai dari penanaman, pemangkasan, penyiraman, hingga pemupukan yang harus berkesinambungan. Tidak bisa hanya sekadar atau karena ada momen tertentu.

Bila itu dilakukan, bisa terlihat dari bentuk pohon tersebut. Pohon akan terlihat indah dan tertata apabila terawat. Dirinya tidak menyebutkan apakah pohon di Medan terawat atau tidak. Masyarakat bisa menilai sendiri dengan melihat bentuk fisik pohon tersebut. Apabila cabang sudah terlalu banyak artinya tidak terawat atau dibiarkan. Sebab, cabang pohon tidak boleh banyak karena tidak akan kuat menahan beban. Kalau dahan atau ranting tidak banyak, maka batang pohon akan semakin kuat atau kokoh.

Terpenting lagi sifat tanaman juga harus diperhatikan. Sebab, tidak semua sifat pohon sama. Jadi, perlu dilakukan perlindungan. “Yang perlu dipahami adalah cara merawat dan menanamnya. Kalau sudah paham, teruskan saja. Itu sudah baik. Kalau pohon tertata rapi, maka akan indah dan tidak merusak estetika kota. Harus ada juga perencanaan. Kapan menanam dan kapan memotong,” tandasnya.

Reza shahab
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9690 seconds (0.1#10.140)