Manajemen PSS Harus Tanggung Jawab

Kamis, 30 Oktober 2014 - 13:36 WIB
Manajemen PSS Harus Tanggung Jawab
Manajemen PSS Harus Tanggung Jawab
A A A
YOGYAKARTA - Manajemen PSS Sleman harus bertanggung jawab atas tragedi sepak bola gajah yang diperagakan anak-anak Elang Jawa saat menghadapi PSIS Semarang.

Perilaku tidak sportif tersebut dinilai para sesepuh PSS Sleman telah menodai sepak bola secara keseluruhan. “Manajemen harus bertanggung jawab. Saya kira manajemen terlibat. Ini sudah mencoreng nama baik dan merusak harapan publik Sleman. Dalam sejarah, ini yang pertama kali terjadi di Sleman,” kata mantan Manajer PSS Hendricus Mulyono kepada KORAN SINDO YOGYA, tadi malam.

Kendati meminta manajemen bertanggung jawab atas keterlibatannya, pria yang akrab disapa Mbah Mul, ini tidak sependapat jika manajemen mengundurkan diri. Sebab tindakan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Dia justru ingin aktor dibalik aksi memalukan itu mengakui dosanya.

Selain itu, Mbah Mul juga meminta pemain yang terlibat agar berani buka-bukaan. Keputusan pemain akan menentukan karier mereka selanjutnya di dunia sepak bola. “Kalau mau terbuka mungkin akan lebih ringan, tapi kalau ditutupi bisa tamat karier sepak bolanya,” katanya.

Senada diungkapkan mantan anggota Komisi Disiplin dan Komisi Banding PSSI Triyandi Mulkan. Dia menyebutkan manajer tim harus bertanggung jawab. Manajer dan pemain juga perlu mendapat sanksi, selain klub yang sudah didiskualifikasi. “Diskualifikasi sudah benar, tapi pemain juga kena dan manajer (juga),” katanya.

Hanya Triyandi ingin PSSI menginvestigasi persoalan ini secara tuntas. Termasuk mengusut dugaan paket yang disiapkan melaju ke Indonesia Super League (ISL) musim depan. “Harus diinvestigasi semuanya, jangan setengah-setengah. Ini akumulasi dari sekian banyak kejadian,” katanya.

Menpora Imam Nahrawi pun prihatin atas kejadian memalukan tersebut. Dirinya meminta PSSI untuk menindak tegas semua pihak yang terbukti ikut mengatur sepak bola gajah.

“Semua yang terlibat harus ditindak tegas, semuanya! Saya tidak mau hal seperti itu (sepak bola gajah) terulang lagi,” katanya ketika diwawancara usai mengikuti serah terima jabatan Menpora di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta kemarin.

Manajemen PSS Belum Sikapi Sanksi

Sementara itu, manajemen PSS Sleman masih belum menentukan sikap mengenai sanksi yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, yakni diskualifikasi dari putaran delapan besar Divisi Utama. Untuk sementara mereka menunggu surat resmi dari PSSI sambil mempertimbangkan langkah apa yang akan dilakukan dan tim di instruksikan tetap latihan seperti biasa.

Direktur Utama PT Putra Sleman Sembada (PSS) Supardjiono mengatakan, pihaknya baru akan memberikan tanggapan setelah surat resmi dari Komdis diterima. “Kami akan menunggu surat resmi, baru akan menanggapinya. Apakah nanti melakukan banding atau pembubaran tim masih belum ditentukan,” ucap Supardjiono.

Pihaknya akan melakukan pertemuan dengan seluruh pemain dan tim pelatih. “Besok (hari ini) tetap kami minta latihan,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sanksi dari Komdis PSSI dijatuhkan setelah ada pemanggilan terhadap empat pemain Elang Jawa, yaitu Hermawan Putra Jati dan Agus Awank Setyawan, keduanya merupakan pencetak dua gol bunuh diri. Selain mereka, Kapten PSS Anang Hadi dan kiper Grateo, direktur utama, serta tim pelatih, juga ikut dipanggil.

Sanksi diskualifikasi merupakan buntut dari sepak bola gajah antara PSS dengan PSIS Semarang pada Minggu (26/10), di Lapangan Akademi Angkatan Udara (AAU) Berbah, Sleman. Lima gol bunuh diri tercipta dalam laga hasil akhirnya dimenangkan PSS dengan skor 3-2.

Sejumlah pemain menyayangkan laga ini. Salah satunya bek inti, Waluyo. Pemain yang pernah memperkuat Arema tersebut kaget dengan hasil pertandingan itu. “Ya, kami tidak bisa menanggapinya. Cukup kaget juga kenapa bisa begitu,” ujarnya.

Penyerang PSS, Moniega Bagus Suwardi mengatakan, saat bermain melawan PSIS seperti biasa. “Saya tidak ingin seperti itu (sepak bola gajah). Kami pemain dilatih untuk menang, bukan kalah. Bisa lihat kemarin, saya juga seperti biasa mengejar bola,” kata Moniega.

Pemain lain, Wahyu Gunawan saat ditemui kemarin mengatakan, selanjutnya timmasihbelum tahu akan melakukan apa, tapi yang jelas tetap latihan adalah satu-satunya instruksi saat ini. “Kanlatihan untuk menjaga kondisi fisik kami, juga persiapan mengikuti kompetisi musim 2015, juga tidak apa-apa,” tuturnya.

Terpisah, Grateo enggan memberikan komentar apaapa. “Satu pintu, nanti manajemen yang akan menanggapi semuanya. Saya tidak bisa komentar apa-apa,” kata Grateo.

Salah satu kelompok suporter PSS Sleman, Slemania, melalui sekretarisnya, M Sanusi mengatakan, apa pun sanksi yang dijatuhkan ke tim kebanggaannya tetap akan mendukung Guy Junior cs. Untuk sanksi, Slemania menilai Komdis terlalu semena-mena karena tidak bisa banding. “Kami akan dorong manajemen meminta banding. Tetap apa pun yang terjadi, kami akan mendukung tim,” kata Sanusi.

Pemilik Ide Harus Tanggung Jawab

Sesepuh sepak bola Semarang, Ismangoen Notosapeotro, meminta manajemen PSIS bertanggung jawab atas sanksi diskualifikasi dari Divisi Utama Liga Indonesia. “Semua harus bertanggung jawab. Siapa yang memiliki ide (gol bunuh diri) juga harus bertanggung jawab,” kata lelaki yang akrab disapa Mbah Mangun itu, tadi malam.

Mantan manajer PSIS tersebut mengaku sangat prihatin dengan nasib buruk yang menimpa PSIS. Dia sangat menyesalkan langkah Mahesa Jenar melakukan tindak mencederai fair play dalam sepak bola.

Sodik/ Ridho Hidayat/ Andik S/Okezone
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7084 seconds (0.1#10.140)
pixels