Wujudkan Regenerasi Pembatik, Motif Lebih Modern
A
A
A
KULONPROGO - Penobatan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, oleh Dewan Kerajinan Dunia (world Craft Council) harus menjadi cambuk bagi perkembangan industri batik di DIY. Agar batik tetap lestari dan tidak ketinggalan zaman, perlu adanya regenerasi pembatik. Motif batik juga harus mengikuti perkembangan zaman dan lebih modern.
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Aruman mengatakan, batik saat ini telah berkembang cukup pesat. Hal ini tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menjadikan batik kian dikenal di kancah internasional. Dalam perkembangannya, batik tidak hanya menggunakan motif tradisional semata. Namun telah maju dengan motif kontemporer baik dalam media kain maupun kayu.
Permasalahan yang ada, regenerasi pembatik muda masih cukup stagnan. Mereka ini masih sulit bersaing dengan pembatik yang sudah lama bergelut dengan industri batik. Sehingga perlu ada terobosan teknik dan tren batik yang lebih menyasar anak muda. "Perlu adanya regenerasi pembatik, agar ke depan batik tetap eksis dan terus berkembang," ucapnya di sela-sela work shop Desain Batik Postmodernisme dengan media Kayu dan Kain di Sembung Batik, Lendah, Kulonprogo, kemarin.
Workshop ini diikuti sekitar 30 peserta dari kalangan mahasiswa dan pelajar yang ada di DIY. Acara ini merupakan kerja sa ma antara Rumah kreatif Jogja (RKJ) dengan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Dirjend Kebudayaan Kemendikbub RI.
Peserta diajak untuk mengenal bagaimana teknik membuat motif menggunakan komputer. Mereka juga melakukan praktik langsung di Sembung Batik untuk berkreasi dalam media kain. Sedangkan untuk media kayu dilaksanakan di Bantul."Kami kenalkan postmodern batik. Yaitu gaya batik dengan tradisional canting atau cap yang di-kombinasikan dengan kuas. Hasilnya juga cukup bagus," ujarnya.
Salah seorang peserta, Ika Yeni Saraswati mengaku senang bisa ikut terlibat langsung dalam proses pembuatan batik. Minimal dia paham dengan tahapan dan proses membatik. Ilmu ini dirasakan cukup penting dan akan ditularkan kepada teman-temannya.
Menurutnya, pengakuan batik sebagai warisan budaya oleh UNESCO harus diikuti dengan kiprah nyata generasi muda. Toh membatik tidak kaku dengan canting dan motif yang sudah ada. Namun bisa menggunakan kuas dengan motif sesuai kreasi. "Batik bisa menjadi media untuk berekspresi, motif sesuka kita," ujarnya.
Kuntadi
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Aruman mengatakan, batik saat ini telah berkembang cukup pesat. Hal ini tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menjadikan batik kian dikenal di kancah internasional. Dalam perkembangannya, batik tidak hanya menggunakan motif tradisional semata. Namun telah maju dengan motif kontemporer baik dalam media kain maupun kayu.
Permasalahan yang ada, regenerasi pembatik muda masih cukup stagnan. Mereka ini masih sulit bersaing dengan pembatik yang sudah lama bergelut dengan industri batik. Sehingga perlu ada terobosan teknik dan tren batik yang lebih menyasar anak muda. "Perlu adanya regenerasi pembatik, agar ke depan batik tetap eksis dan terus berkembang," ucapnya di sela-sela work shop Desain Batik Postmodernisme dengan media Kayu dan Kain di Sembung Batik, Lendah, Kulonprogo, kemarin.
Workshop ini diikuti sekitar 30 peserta dari kalangan mahasiswa dan pelajar yang ada di DIY. Acara ini merupakan kerja sa ma antara Rumah kreatif Jogja (RKJ) dengan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Dirjend Kebudayaan Kemendikbub RI.
Peserta diajak untuk mengenal bagaimana teknik membuat motif menggunakan komputer. Mereka juga melakukan praktik langsung di Sembung Batik untuk berkreasi dalam media kain. Sedangkan untuk media kayu dilaksanakan di Bantul."Kami kenalkan postmodern batik. Yaitu gaya batik dengan tradisional canting atau cap yang di-kombinasikan dengan kuas. Hasilnya juga cukup bagus," ujarnya.
Salah seorang peserta, Ika Yeni Saraswati mengaku senang bisa ikut terlibat langsung dalam proses pembuatan batik. Minimal dia paham dengan tahapan dan proses membatik. Ilmu ini dirasakan cukup penting dan akan ditularkan kepada teman-temannya.
Menurutnya, pengakuan batik sebagai warisan budaya oleh UNESCO harus diikuti dengan kiprah nyata generasi muda. Toh membatik tidak kaku dengan canting dan motif yang sudah ada. Namun bisa menggunakan kuas dengan motif sesuai kreasi. "Batik bisa menjadi media untuk berekspresi, motif sesuka kita," ujarnya.
Kuntadi
(bbg)