Ruwatan, Dongkrak Kunjungan Wisatawan
Senin, 27 Oktober 2014 - 18:07 WIB
Ruwatan, Dongkrak Kunjungan Wisatawan
A
A
A
KULONPROGO - Sejumlah tradisi dan ritual menyambut tahun baru Muharram 1436 H atau dikenal Assyura masih dilaksanakan masyarakat Kulonprogo. Mereka menggelar beberapa tradisi mulai dari jamasan pusaka, ruwatan hingga melarung sesaji. Puncak objek wisata Suroloyopun banyak dipadati pengunjung.
Di Padepokan Gunung Lanang Pedukuhan Kalibayem Desa Sindutan Kecamatan Temon, pada malam satu muharram ini dilaksanakan Ruwatan Agung Salira Lestari Jati, dan pentas wayang kulit oleh Ki Basuki dengan lakon Gatotkaca Winisudha (Brajadenta Balela). Pagi harinya dilakukan labuhan di pantai Congot untuk membuang sukerta."Ada 77 peserta dari beberapa koita besar di Jawa," jelas pengelola Padepokan Gunung Lanang, Ki Soewaldji.
Ruwatan ini memiliki makna memberiksan diri demi masa depan yang lebih baik yang ditandai dengan mandi. Mereka juga membuang sial dengan membuang sukerto dengan melabuh benda-benda di Pantai Congot.
Sementara itu pada pagi harinya juga digelar Upacara Adat Suran dan Jamasan Pusaka Suroloyo di Sendang Kawidodaren. Sebelum dijamas, pusaka yang dibawa dikirab menuju Sendang Kawidodaren yang airnya diyakini bisa memancarkan kecantikan dan lebih awet muda.
Di Pedukuhan Klebakan Salamrejo, Sentolo juga dilakukan jamasan pusaka berupa kitab daun lontar. Kitab ini sudah berusia ratusan tahun dan ada sejak Kerajaam matam.Secara turun temurun, kitab ini dirawat oleh keluarga Ny Mangun Sukirah."Sesuai wasiat kakek buyut, setiap satu muharram dilakukan Jamasan,"ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Eko Wisnu Wardhana mengatakan tradisi ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahun. Hal ini menjadi daya tarik bagia wisatawan untuk datang. Seperti puncak suroloyo mampu mendatangkan ribuan pengunjung. "Tradisi ini telah menjadi bagian pengembangan pariwisata," ujarnya.
Kuntadi
Di Padepokan Gunung Lanang Pedukuhan Kalibayem Desa Sindutan Kecamatan Temon, pada malam satu muharram ini dilaksanakan Ruwatan Agung Salira Lestari Jati, dan pentas wayang kulit oleh Ki Basuki dengan lakon Gatotkaca Winisudha (Brajadenta Balela). Pagi harinya dilakukan labuhan di pantai Congot untuk membuang sukerta."Ada 77 peserta dari beberapa koita besar di Jawa," jelas pengelola Padepokan Gunung Lanang, Ki Soewaldji.
Ruwatan ini memiliki makna memberiksan diri demi masa depan yang lebih baik yang ditandai dengan mandi. Mereka juga membuang sial dengan membuang sukerto dengan melabuh benda-benda di Pantai Congot.
Sementara itu pada pagi harinya juga digelar Upacara Adat Suran dan Jamasan Pusaka Suroloyo di Sendang Kawidodaren. Sebelum dijamas, pusaka yang dibawa dikirab menuju Sendang Kawidodaren yang airnya diyakini bisa memancarkan kecantikan dan lebih awet muda.
Di Pedukuhan Klebakan Salamrejo, Sentolo juga dilakukan jamasan pusaka berupa kitab daun lontar. Kitab ini sudah berusia ratusan tahun dan ada sejak Kerajaam matam.Secara turun temurun, kitab ini dirawat oleh keluarga Ny Mangun Sukirah."Sesuai wasiat kakek buyut, setiap satu muharram dilakukan Jamasan,"ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Eko Wisnu Wardhana mengatakan tradisi ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahun. Hal ini menjadi daya tarik bagia wisatawan untuk datang. Seperti puncak suroloyo mampu mendatangkan ribuan pengunjung. "Tradisi ini telah menjadi bagian pengembangan pariwisata," ujarnya.
Kuntadi
(bbg)
